Suasana hening, Jessica sibuk dengan makanan dan pikirannya. Michele sibuk menghapus kenangan-kenangan di ponselnya. Sementara Kevin, laki-laki itu sibuk mengabari Juan tentang hal ini.
TO KETUA JU :
'Kakak ipar sudah setuju bertemu denganmu di cafe starlight besok siang jam satu. Jadi datanglah lebih dulu, Kak. Jangan membuat Kakak ipar menunggu....' Send.
Senyum mengembang di bibir Kevin setelah mengirimkan pesan pada Juan.
***
Pertemuan yang sengaja diatur, sebenarnya membuatnya Jessica sedikit malas untuk bangun pagi itu. Ditambah syahdunya kesejukan cuaca pagi hari sehabis hujan. Iya karena akhir tahun adalah langganannya hujan, jadi pasti akan banyak kenangan yang muncul hari lepas hari.
Seperti pagi ini ...
Putri galau adalah gelar yang dinobatkan oleh Michele untuk sahabatnya, Jessica. Karena kata Michele, tidak ada hari tanpa Jessica galau. Dan kalau Jessica ditanya, jawaban pasti 'Namanya juga penulis, kalau nggak galau... susah buat nyari inspirasinya.'
Jika sudah begitu, tidak ada yang bisa menyaut perkataan Jessica. Meski itu hanya sebuah alasan agar orang memaklumi dirinya yang masih terus menggalaukan kepergian Justin, karena bagi Jessica terlalu menyakitkan mengingat pengorbanan Justin untuk menyelamatkan sampai harus mengorbankan dirinya.
Pukul delapan pagi.
Wanita cantik itu masih terlelap dibalik selimut berwarna abu-abu metalik yang terkesan mewah itu. Tidurnya sangat cantik, rapi, tidak seperti kebanyakan orang yang jika tidur maka tempat tidurnya tidak akan rapi.
Sudah pukul delapan tapi kamar Jessica masih gelap karena gorden kamarnya yang tebal masih tertutup rapat dan lampu mati.
"Jess, bangun! Udah pagi," kata Michele masuk ke dalam kamar Jessica lalu membuka tirai jendela agar Jessica mendapati nutrisi dari cahaya matahari pagi.
"Bangun, Jess! Kamu kan harus ke kantor sebelum ketemu saudaranya Kevin," omel Michele sambil membuka tirai.
Jessica membuka matanya perlahan, lalu setelah terbuka sempurna. Mata cantik dan bening itu menatap lurus pada langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
Sekelebat bayangan ketika Kevin mengatakan perintahnya tadi malam muncul begitu saja. Jessica menghela nafas berat, ia menoleh ke arah Michele tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Bangun, aku duluan ke kantor sama Kevin karena kita ada survey lokasi!" tegas Michele lalu berjalan keluar dari kamar Jessica.
"Ingat jam setengah satu di cafe Starlight!" teriak Michele dari luar kamar Jessica. "Temui Juan!" ceplos Michele tak sadar.
***
Jessica mendengus kesal, suara Michele terdengar memekikkan telinga. Karena belum sepenuhnya mengumpulkan nyawanya, Jessica tidak sadar kalau Michele telah menyebutkan nama pasangan kencan butanya hari itu.
Jessica menguap lalu mengusap wajahnya lalu bangun dari posisi tidurnya. Cukup lama ia hanya duduk, otaknya belum berfungsi dengan baik pagi ini. Tapi, mengingat ia harus bertemu dengan saudaranya Kevin membuatnya menghempas kembali tubuhnya di kasur.
10 menit berlalu ...
Jessica hanya menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu.
"Bangun Jess, hanya bertemu! Lakukan saja!" ucap Jessica pada dirinya sendiri lalu ia menapakkan kakinya di lantai, meraba-raba keberadaan sendal kamarnya. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi dengan langkah gontai, sejujurnya ia sangat malam untuk mengulang perkenalkan dari awal. Tapi, ya sudahlah! Ia memilih mengikuti saran ke dua sahabatnya itu. Jadi ia mempersiapkan dirinya sebelum pergi ke kantor.
"Aku harus tampil cantik atau tidak?" gumam Jessica setelah menyelesaikan mandinya dan menggulung rambutnya dengan handuk.
"Lalu kali ini? Apakah aku bisa atau dia akan ku oper lagi ke Michele?" gumam Jessica lalu beralih menuju meja riasnya.
***
"Entah kenapa, setiap kali aku ada di dekatmu... aku merasa seakan kau milikku! Aku sadar, seharusnya tidak melibatkan perasaan dalam hubungan pertemanan ini. Tapi, harus ku akui... aku mencintaimu tanpa kau tahu, Chel!"
Hati kecil Kevin mulai menerima perasaan yang selama ini berusaha ia pungkiri. Tugasnya ada di pertemanan ini untuk menjaga kakak iparnya, ia tidak dibenarkan jika mementingkan urusan hatinya saat menerima tugas yang sudah seperti tugas negara ini.
Saat ini, Kevin sibuk memperhatikan Michele yang sedang berbincang dengan beberapa orang lainnya di depan, tak jauh dari Kevin. Mereka tengah membicarakan konsep yang akan dipakai untuk syuting film baru dari naskah tulisan Jessica.
"Vin!" seru Michele memanggil Kevin dengan melambaikan tangannya.
Kevin mengangguk, ia mendekati Michele lalu bertanya,"Iya, gimana?"
"Kamu habis ini kemana? Boleh anterin aku ke kantor nggak, soalnya aku perlu bahas soal ini ke Jessica... setidaknya Jessica harus tahu semua ini," kata Michele saat mereka berjalan pergi meninggalkan area syuting menuju parkiran.
Kevin menganggukkan kepalanya. Ia sekalian ingin bertemu dengan Jessica, ia ingin memastikan wanita itu tidak akan mangkir lagi dari pertemuan yang sengaja ia buat untuk dirinya dan Justin.
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Kevin.
Michele menoleh lalu menggeleng. "Tadi pagi nggak sempet masak, kesiangan," ujar Michele beralasan.
"Gimana kalo kita sarapan dulu, aku agak laper," kata Kevin menawarkan, ia melirik Michele sesaat lalu membukakan pintu untuk wanita itu.
"Boleh," saut Michele lalu masuk ke dalam mobil.
Kevin pun mengangguk, ia segera menutup pintu mobil setelah Michele masuk lalu ia berjalan cepat masuk mobil melalui pintu sebelah kemudi.
"Makan di mana?" tanya Kevin sambil menyalakan mobilnya.
"Terserah," jawab Michele membuat Kevin menoleh.
Kevin menatap Michele sesaat lalu menghela nafas. Michele yang mengerti maksud helaan nafas Kevin pun mengulum senyumnya.
"Ya udah, kita makan bubur ayam aja," ujar Michele sambil tersenyum pada Kevin.
Kevin pun mengangguk lalu menjalankan mobilnya. Suasana di antara Kevin dan Michele menjadi cukup akward karena persoalan kemarin. Semua gara-gara Jessica menjodohkan keduanya dan Kevin menyanggupi dengan sebuah alasan. Hal itu berpengaruh cukup besar terhadap perubahan sikap keduanya, Kevin menjadi lebih hangat dan Michele yang semakin menjaga sikap.
Perjalanan Kevin dan Michele hening, hanya alunan lagu yang terpasang di musik mobil lah yang sedikit mencairkan suasana. Namun, percakapan di antara keduanya masih sedikit, tidak sebanyak biasanya.
Michele beberapa kali mencuri-curi pandang pada Kevin. Ia sangat kepikiran dengan perkataan Jessica, iya! Bagi orang yang sebenarnya mudah untuk move on tapi juga mudah untuk baper, Michele tidak bisa diprovokasi dengan kata-kata seperti yang diucapkan Jessica.
"Apa Jessica ngigo ya? Jodohin gue sama cowok super super kaku kaya Kevin? Iya sih, kalo dijadiin teman atau tempat curhat, Kevin its a perfect boy! Tapi kalo jadi pasangan? Apa nggak mati kutu terus gue?" batin Michele, otaknya terus berpiki mencoba menetralisir kata-kata Jessica yang terus menghantui kepalanya.
Tapi bagaimana pun, Michele harus mengakui ketampanan dan karisma laki-laki di sampingnya itu. Wajah yang menawan, rahang tegas ditambah guratan-guratan halus yang menambah kesan tampannya.
Bukankah harusnya Michele beruntung jika Kevin mengiyakan perkataan Jessica untuk menjadi kekasihnya.
"Tampan, Baik, Berkharisma...," puji Michele dalam hati lalu melirik Kevin sekali lagi. "... Tapi, dingin, cuek! Apa aku bisa bertahan sama dia? Kita kontras banget ya ampun," batin Michele meringis.
***
Bersambung ...