Pelajaran berlangsung tapi saint justru melamun memikirkan rencana dari ibunya prihal masa depan yang akan ia jalani dalam beberapa minggu kedepan hingga kini fikiran nya selalu tertuju ke masalah tersebut dan mengabaikan penjelasan dosen yang kini tengah menerangkan materi matkul untuk mereka.
"Apa ada relawan yang ingin mencoba...? " Seru dosen muda setelah menjelaskan materi kuliah yang ia berikan, sembari memperhatikan setiap siswa yang mengikuti kelasnya.
"Apa kau ingin maju...? " Saint seketika terkejut saat Baifrand melempar nya dengan gumpalan kertas.
"What..?! " Tidak mengerti saint sembari menoleh ke arah Baifrand yang duduk di belakangnya.
"Itu...? " Tunjuk Baifrand kedepan hingga saint berpaling di mana dosen muda tengah menunggu dirinya dengan senyum hangat.
"Maju sana..!? " cetus Baifrand hingga saint menggeleng lalu kembali menatap nya.
"Kenapa... Tapi dia meminta mu maju... !!" Gemas Baifrand saat saint menolak.
"Ayo nong saint... Aku ingin kau mengerjakan tugas ini... Sepertinya Nong saint sangat memperhatikan penjelasan materi yang sudah dijelaskan... " Saint tidak bisa mengelak setelah mendengar permintaan serta penjelasan dosen muda tersebut hingga ia dengan terpaksa bangkit karena dirinya di pandangi oleh siswa yang mengikuti kelas tersebut.
"B_baik prof perth... " Tergagap saint sembari mendelik Baifrand yang tengah menatap nya dengan senyum geli.
"Iicch dasar.....!!" Runtuk saint lalu dengan terpaksa maju karena dirinya semakin di perhatikan oleh siswa siswa yang lain.
"Bagus tolong kerjaan materi yang pertama na... " Saint meraih spidol yang di berikan oleh dosen muda yang kini bediri di samping nya dengan senyum lembut.
"Errr... Daii Prof Perth... " Sopan saint lalu mulai mengerjakan soal yang di berikan meski ia tidak yakin mampu untuk mengerjakannya karena ia sama sekali tidak memperhatikan dan menyimak penjelasan Perth dosen mata kuliah yang kini ia ikuti.
"Oke.. Cukup bagus ... " Puji Perth setelah saint menyelesaikan satu rumus lalu memberikan spidol itu kembali pada Perth.
"Errr.. Apa jawaban saya salah Prof...? " Tanya saint ragu karena ia benar-benar sembarangan menjawab soal tersebut.
"Tidak... Ini benar.. Hanya saja kurang dalam penjelasan nya... Tapi ini cukup bagus... " Saint sesaat menghela nafas dalam lalu tersenyum sopan.
"Daii.. Kau boleh kembali ke kursi mu.. Ingat na.. Kau harus kembali mempelajari nya... " Saint dengan malu mengagguk lalu kembali ke tempat duduk nya dengan pipi bersemu karena kebodohannya kini ia justru malu sebab harus di tegur oleh dosen muda yang banyak memiliki fans di kampus tersebut.
"Satt...!! " Umpat saint saat Baifrand masih menertawakan nya.
"Aw.. Kenapa kau justru menyalahkan aku..? " Tidak peduli Baifrand hingga saint mendengus kesal.
"Itu karena kau.. Kenapa kau tidak memberitahu aku jika dosen tengah memberikan penjelasan materi...!! "Omel saint lagi hingga Baifrand semakin tertawa geli.
" Ohoo... Aku fikir kau tengah menikmati wajah tampan Prof Perth itu sebabnya aku tidak ingin menganggu mu..."canda Baifrand hingga saint semakin gemas lalu menyerangnya dengan cubitan karena mata kuliah telah selesai dan dosen mereka telah keluar dari ruangan itu.
"Aw... Aww.. Saint hahaha... Itu sakit.... " Mengaduh Baifrand kesakitan saat mendapatkan serangan dari saint.
"Rasakan itu... Kau selalu berfikir seperti itu...!? " Kesal saint hingga Baifrand semakin terbahak bahak.
"Hentikan bai.. Aku serius...? " Segah saint lalu memilih diam di kursi nya sembari menatap kedepan karena di dalam kelas tidak ada siswa lain selain mereka berdua.
"ok.... Maaf na... Aku hanya bercanda sobat... " Bujuk Baifrand sembari merangkul pundak sahabat cantik itu setelah saint memilih diam.
"Sudahlah... Aku ingin sendiri... " Singkat saint hingga Baifrand menghela nafas sabar seraya menarik salah satu kursi lalu duduk di samping saint.
"Ada masalah..? " Tanya Baifrand dengan hati-hati saat saint masih menatap kedepan dengan kesal.
"Jangan ganggu aku... " Tukas saint hingga lagi lagi Baifrand harus bersabar.
"Daii... Aku sahabat mu na... Mana mungkin aku tega meninggalkan mu di sini dalam keadaan seperti ini... Katakan padaku...mungkin itu bisa mengurangi beban mu...? " Bujuk Baifrand hingga saint menatap nya.
"Apa masalah ini benar-benar serius hingga kau seperti ini saint...? " Cemas Baifrand saat memperhatikan iris mata saint karena menyimpan begitu banyak beban.
"Aku akan di jodoh kan bai... " Sesaat suasana hening saat Baifrand mencerna dengan baik ucapan saint.
"Dan aku tidak bisa menentang nya... " Adu saint serak saat Baifrand masih diam mendengarkan ungkapan nya.
"Apa yang harus aku lakukan bai...? " Rasa tidak tega seketika memenuhi hati Baifrand hingga dalam sekejap saint telah berada di dalam pelukan nya.
"Ssssttt jangan menagis na... Tenang lah... " Bujuk Baifrand karena ia benar-benar tidak tega dan tidak ingin melihat saint menagis.
"Tapi aku belum siap menikah bai... Jujur aku takut..? " Adu saint lagi hingga Baifrand sesaat merenggang kan pelukan nya .
"Daii aku mengerti kenapa kau belum siap... Tapi apa yang kau takut kan hah..? " Mengerti dan rasa penasaran Baifrand berbaur menjadi satu hingga ia memberanikan diri untuk bertanya pada saint.
"Dia dulu pernah menikah..." Baifrand cukup tertarik ketika mendengarkan penjelasan saint bahwa calon suaminya pernah menikah.
"Aw.. Dia singge..? " Tanya Baifrand dengan hati hati karena ia tidak ingin saint kembali bersedih.
"Lalu apa yang salah na... Dia single...dan aku yakin dia bisa mengerti.. Kau belum siap menikah karena ingin kuliah itu bisa di bicarakan dengan baik-baik na... Jadi kenapa kau begitu khawatir heemb..? " Lembut Baifrand bertanya sembari memberikan sedikit jalan agar saint tidak berfikir semua telah berakhir jika dirinya telah menikah kelak.
"Aku tahu... Tapi bukan itu masalahnya...? " Serak saint lagi hingga Baifrand semakin penasaran.
"Lalu...? "Ingin tahu Baifrand sembari memandangi wajah cantik saint yang kini semakin sendu.
" Dia gay... Itu yang aku tahu dari mae... Dia pernah mengalami depresi akibat pasangannya memilih selingkuh dari nya lalu meninggalkan nya... "Baifrand cukup terhenyak karena permasalahan saint benar-benar berat bahkan ia tidak habis fikir jika calon suami saint adalah seorang gay yang pernah menikah dengan sesama jenis nya.
" Aku benar-benar ingin menolak... Tapi aku tidak ingin mae kecewa... Karena dia anak dari sahabat lamanya yang datang meminta tolong pada mae.. Agar anaknya sembuh dan tidak lagi kembali ke jalan itu... Aku harus bagaimana baii....?!"ngkapan serta penjelasan dan aduan serak saint membuat bhati Baifrand benar-benar teriris saat mendengar nya.
"Tuhan... "Iba Baifrand setelah mendengar semuanya dari saint.
"Aku tidak tahu harus apa bai...? " Serka saint hingga Baifrand kembali memeluk seraya mengusap bahunya lembut.
"Ssssttt jangan panik na... Bukan kah semuanya belum berlangsung... Jadi kau bisa mengatur siasat atau membicarakan ini dengan mae mu terlebih dahulu... " Ujar Baifrand mencoba memberikan saran agar ada jalan keluar untuk permasalahan tersebut pada saint.
"Tidak ada yang bisa aku lakukan bai... Karena malam ini malam ini kami akan di pertemukan... Dan mereka akan membicarakan tanggal pernikahan yang tepat untuk kami... Itu yang aku tahu dari mae... " Baifrand semakin mempererat pelukan nya saat saint suara saint berubah parau karena tangis nya mulai pecah.
"Aku tidak siap bai... Aku benar-benar takut... Karena tidak mengenal nya... Bahkan belum pernah bertemu dengan nya... Tapi dalam waktu dekat kami akan di nikahkan bai... " Adu saint khawatir mengingat latar belakang calon suaminya kelak karena ia telah mendengar cerita dari nuk ibunya hingga Baifrand memilih menggeleng karena ia tidak memiliki cara untuk membantu saint
"Sabar na... Aku yakin kau bisa... " Saint tidak bisa menahan diri selain menangis hingga Baifrand bisa merasakan ketakutan yang saint rasakan hingga air mata nya tidak kalah deras.
"Heeyy... Ingat na... Aku selalu bersamamu na.. Jadi jangan berfikir kau sendiri ok... " Bujuk Baifrand agar saint berhenti menangis meski saat ini ia tidak kalah parah seperti saint.
"Hiks... Kenapa mereka memilih cara ini.. Apa sebuah cinta bisa di jadikan bahan percobaan hiks.. Hiks... " Adu saint dengan kecewa karena keputusan dari ibunya tidak memberikan dirinya sebuah pilihan.
"Saint apa kau telah membicarakan ini dengan mae mu...? Maksud ku kau bisa menolak...? " Tanya Baifrand hati-hati dengan suara gemetar karena ia benar-benar tidak tega saat saint seperti ini.
"Aku telah membicarakan nya... Tapi mae selalu berkata jika ini yang terbaik... " Baifrand merenggangkan jarak di antara mereka hingga ia bisa melihat seperti apa kesedihan sahabatnya.
"Bagaimana aku bisa menganggap ini yang terbaik jika pria yang akan menjadi suami ku adalah seorang gay... Apa dia juga bisa mencintai ku bai...?" Baifrand benar-benar kehilangan kata saat ketakutan saint kini menyadarkan dirinya tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong sahabatnya.
"Hiks.. Aku yakin kau bisa na... Aku sahabat mu.. Kau bisa datang pada ku kapanpun yang kau mau.. Kau bisa mengadukan keluh kesah mu padaku... Aku akan selalu siap untuk mendengarkan nya... " Saint semakin menagis hingga matanya membengkak karena permasalahannya tidak ada jalan keluar.
"Hiks Baifrand hiks... " Isak saint tidak tahu harus melakukan apa.
"Daii... Jadi menagis na.. Cukup... " Bujuk Baifrand lalu mengusap air mata saint setelah ia mengusap air mata nya sendiri.
"Aku yakinin kau kuat... Kau pasti bisa... Siapapun dia kau pasti bisa menghadapi nya... " Saint yang masih menangis menggeleng kecil.
"Cinta bukan mainan bai.. Dan cinta juga bukan bahan percobaan untuk di uji... " Baifrand hanya bisa menitihkan air mata kesedihan saat mendengar kata-kata saint karena semuanya benar jika cinta bukan untuk di permainkan ataupun untuk percobaan.
"Bagaimana jika dia tidak bisa mencintai seorang perempuan bai setelah kami menikah kelak... " Khawatir saint saat mengutarakan apa yang ada di kepalanya.
"Heyy... Berfikir lah positif na... Jika kau bisa otomatis dia bisa... Apa mae mu mengatakan laki-laki itu juga setuju dengan pernikahan itu...? " Ujar Baifrand mencoba memberikan saint semangat serta menanyakan perihal yang cukup membuat nya ingin tahu.
"yaah... Dia setuju... " Serak saint hingga Baifrand menghela nafas dalam lalu mengagguk.
"Bersabarlah na... " Baifrand hanya bisa mengusap bahu saint dengan lembut lalu tersenyum meski senyum itu jauh dari kata bahagia.
"Apapun yang terjadi aku akan selalu bersama mu na.. Ingat kita sahabat ok... " Saint mengangguk mengerti meski saat ini dirinya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa karena tidak ada yang bisa menghentikan semuanya.
"Daii... Bukan kah kau ada kelas tambahan... " Baifrand mencoba mengingat kan saint agar tidak lagi bersedih akibat masalah nya.
"Ehemm... Terimakasih na.. Karena selalu ada saat aku membutuhkan teman... " Haru saint saat baifrand tersenyum lembut padanya.
"Tentu.. Karena kau sahabat ku saint... " Balas baifrand dengan akrab.
"Eemmb... Kita sahabat... Baiklah.. Aku pergi na.. Sampai jumpa besok... " Putus saint lalu membenahi barang-barang nya.
"Ingat na jangan terlalu memikirkan hal ini.. Aku yakin semua pasti akan baik-baik saja... " Ujar baifrand menyemangati saat saint bangkit dari duduk nya.
"Aku akan berusaha... "Singkat saint seraya menjinjing tas nya.
" Aku yakin kau pasti bisa na... Semangat... "Saint hanya tersenyum lalu memilih berlalu karena ia masih memiliki satu kelas yang lainnya hingga ia harus pergi dari sana dengan terburu buru.
*
*
*
*
Langkah saint semakin gontai padahal hari telah sore setelah matkul terakhirnya usai tapi dirinya benar-benar enggan untuk pulang jika mengingat malam ini dirinya akan di pertemukan dengan laki-laki yang akan menjadi suaminya.
"Hahh... " Keluh saint saat melangkah menyusuri pinggiran pembatas jalan kampus karena rasa malas membuat nya sedikit ingin bermain main di sana.
"Heey.. Apa yang kau lakukan ..? " Saint seketika menoleh kebelakang di mana arah suara menegurnya hingga pijakan kakinya yang berada di pembatas jalan oleng.
"Aaakkh! " Pekik saint hampir jatuh karena dari belakang ia merasakan pelukan dari orang yang sempat menegurnya beberapa saat yang lalu.
"Tuhan.. Kau harus hati-hati na..? " Saint benar-benar terkesiap setelah menyadari siapa yang telah menolong nya saat hampir jatuh dari pinggiran pembatas jalan.
"Aw.. Prof Perth... Apa yang Prof lakukan di sini...? " Tanya saint malu bercampur gugup saat Perth menatap nya.
"Ooiih.. Kenapa kau masih memanggilku Prof hah.. Ini sudah berada di luar jam kuliah.. Kau cukup memanggilku phi Perth... " Mendengar penjelasan Perth saint hanya bisa tersenyum bodoh karena fikiran kalut nya membuat ia kembali mendapatkan masalah seperti tadi pagi.
"Ooh yaah.. Prof ooff_maaf maksud ku phi... " Jawab saint gugup saat Perth masih memandangi nya.
"Oya nong.. Apa yang kau lakukan di sini..? " Tanya Perth karena ia heran hari telah sore bahkan tidak ada kelas lagi di sana bahkan tidak ada satu siswa pun yang tersisa.
"Aw... Aku errr... " Bingung saint karena ia tidak tahu harus menjelaskan apa mengingat ia memang tidak ingin pulang.
"Apa kau ada masalah... ? " Tanya Perth lagi hingga saint menggeleng dengan cepat.
"Jika kau tidak ada masalah kenapa mata mu bengkak hemmb? " Pertnyaan Perth semakin membuat saint serba salah untuk menjawab nya.
"Ooh.. Yahh.. Aku akan segera pulang... Sampai jumpa phi... " Putus saint karena ia tidak ingin di introgasi lebih jauh terlebih Perth adalah dosen baru yang mengajar disana itu sebab nya ia memilih pergi.
"Ok.. Sampai jumpa Nong.....?" Balas Perth sembari melambaikan tangannya saat langkah saint semakin jauh meninggalkan nya hingga ia sendiri di sana.