"Bukan untuk Nata?" tanyanya dengan senyum aneh yang menyertainya. "Lo datang kembali ke Jakarta bukan untuk mendapatkan hati Nata?" Dia mengulang kala Alby diam, seakan-akan sedang tertangkap basah sekarang ini.
"Kenapa lo diam saja? Gue benar atau gue salah?" Rama masih mencoba untuk menguasai keadaan yang ada. Mencoba berbicara dengan nada yang biasa.
"Alby, sudah menjadi rahasia umum di antara kita kalau lo menyimpan rasa untuk Nata. Lo menyukai pacar gue dulu. Jadi tidak akan mengejutkan jikapun Lo menjawab dengan kata yang mendukung pertanyaan dari gue." Rama tertawa di bagian akhir kalimat. "Jadi santai saja. Seperti biasanya."
Dengan tatapan penuh makna, Alby akhirnya mengangguk. "Hm, gue datang untuk Nata. Itu adalah tujuanku. Tujuan utamaku."
