Januari 2006.
"Kenapa kamu menghindariku?"
Tiga kata itu keluar bersamaan dari mulut mereka. Terdengar bersahutan dan bermelodi, di belakang pintu dari ruangan multimedia yang sepi itu. Sehingga sekilas terdengar cukup menggema.
Baik Luna maupun Rafael tampak sama-sama tak menyangka dengan hal itu. Pertama, kata-kata itu keluar saja dari mulut mereka. Namun siapa menyangka kalau lawan bicara mereka juga menanyakan hal yang sama.
"Bukankah kamu yang menghindariku duluan?" Luna berkata begitu tak lama kemudian. Tampak kembali canggung bertukar mata dengan pemuda itu. "Saat kita bertemu kamu akan langsung buang muka dan pura-pura tak melihatku?"
Rafael mengakui hal itu. Namun di saat bersamaan dia tetap saja heran dengan sikap aneh gadis itu terhadapnya selama empat bulan ini.
"Tapi kamu juga berusaha tidak berpapasan denganku, kan? Seringkali ketika kita tak sengaja bertemu di koridor, kamu akan berbelok dan mencari arah lain. Kenapa kamu melakukan itu?"