Emily memeluk kedua kakinya dan menumpukan kepalanya di sana seraya terisak, sesekali mengusap air mata yang mengalir membasahi pipinya. Saat ini dirinya benar-benar terkurung, dan rasanya sesak sekali.
Sejak tadi ia berusaha untuk keluar tetapi sulit, kini dirinya seperti berada di sebuah ruangan yang terkurung, ruangan yang sangat sempit dan menyesakkan lantaran hanya cukup untuk tubuhnya saja, itu pun jika dalam keadaan seperti ini. Emily sama sekali tak bisa bergerak.
Entah apa yang sudah terjadi kepadanya saat ini, pikiran Emily langsung bercabang ke mana-mana dengan bingungnya. Rasanya keluar dari sini pun sulit karena ia sudah terkurung dengan tembok yang sangat kuat.
"Ya Tuhan..." isaknya.
"Kenapa semua ini bisa terjadi kepadaku, Tuhan?"
**