Dengan beraninya Emily menatap Jeffa dengan wajah datarnya, sekali lagi, Emily sama sekali tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya apalagi bisikan-bisikan yang mulai membicarakannya tak punya hati. Karena ini adalah kesalahan gadis itu, bukan dirinya. Mereka tidak tahu awalnya seperti apa, jadi mereka tak berhak untuk mengomentarinya.
Jeffa mengulurkan tangannya ke arah Quinza, berniat membantu gadis itu untuk bangun dari posisinya. Namun, bukannya menerima uluran tangan Jeffa, gadis itu malah bangkit sendiri tanpa bantuan tangan laki-laki itu membuat Jeffa mengangkat sebelah alisnya dan dengan cepat menarik tangannya kembali.
Melihat perlakuan kakaknya yang tampak aneh membuat Emily mengangkat kedua alisnya heran. Entah sejak kapan kakaknya itu seperhatian itu pada orang lain, apalagi seorang perempuan. Yang ia tahu Jeffa hanya peduli pada perempuan terdekatnya saja, yaitu dirinya dan juga sang ibu.