Masih di tempat yang sama, Sean dengan setianya masih memegang nampan. Sudah sepuluh menit dirinya berdiri di depan kamar Geladis, namun tak ada tanda-tanda kalau gadis itu akan keluar dari kamarnya. Bi Arim juga tadi sudah menghampirinya ke sini tetapi Sean lebih memilih untuk menunggu Geladis keluar dari kamar.
Hingga sebuah ide terlintas di benaknya membuat Sean tersenyum kecil, ia tahu kalau Geladis tak ingin bertemu dengannya maka dari itu Sean yakin jika menggunakan cara ini tak ada pilihan lain lagi untuk gadis itu keluar dari kamarnya.
Tangannya kembali terulur untuk mengetuknya. "Geladis, aku simpan sarapanmu di depan pintu ya. Aku tahu kalau kamu pasti belum makan dari kemarin. Jadi, aku mohon ambil sarapannya dan aku juga bawakan camilan untukmu."