"Emily..."
Gabriel mendekat ke arah gadis itu yang tengah menundukkan kepalanya sembari duduk di kursi yang berada di sebuah taman, taman yang ia tunjukkan kepada gadis itu pada saat masa tiga hari hadiah untuk Emily yang diberikan ayahnya.
"Apa aku terlahir untuk sendirian saja? Kenapa semua orang tidak mau berteman denganku, Gabriel?"
Laki-laki itu perlahan ikut duduk di samping gadis itu, tangannya terulur untuk mengusap punggung gadis itu berniat untuk menenangkannya saat terdengar suara isak tangis gadis itu. "Kamu tidak seperti itu, Emily."
Emily mendongakkan kepalanya dan menatap Gabriel dengan kedua matanya yang sudah penuh dengan air mata. "Lalu kenapa tidak ada orang yang bisa bertahan lama berteman denganku?"