Selepas wanita yang mengaku sebagai ibunya itu pergi, Sean menutup kembali pintunya dengan perasaan bersalah yang tiba-tiba menyerang hatinya. Dengan langkah ragunya, Sean kembali melangkahkan kakinya menuju dapur, di dalam hatinya seolah ada dorongan untuk mengejar wanita itu tetapi Sean mencoba menyangkalnya.
"Tidak, tidak, tidak," Sean terus bergumam seperti itu seraya menggelengkan kepalanya kuat. Ia tidak boleh lemah seperti ini, hanya karena dorongan di hatinya sampai-sampai ia mempercayai wanita itu begitu saja.
Sean mencoba menghilangkan pikiran itu dengan menyibukkan diri membersihkan seluruh rumahnya, mulai dari menyapu, sampai membereskan ruangan dapur yang menyatu dengan meja makan kecil di sana.
Tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama untuk membereskan rumah yang cukup kecil ini, setelah selesai Sean dilanda bosan. Ia tidak tahu harus melakukan apa selain berdiam diri.
