"Ma!"
Geladis yang sedang memainkan ponselnya lantas terkejut saat mendengar ucapan sang mama. Kedua matanya membelalak saat mamanya dengan begitu santainya menitipkan dirinya pada Sean, jangan sampai Sean mengiyakan ucapan mamanya. Bisa-bisa Geladis jatuh cinta lagi pada Sean.
Mengapa di setiap dirinya ingin berhenti berjuang tetapi semesta seolah mendukung dirinya untuk kembali memperjuangkan laki-laki itu. Jujur saja, sampai saat ini pun Geladis belum bisa benar-benar melupakan Sean di saat laki-laki itu masih sering datang ke rumahnya untuk bekerja.
"Lho, kenapa? Kamu kan sekolah, jadi tidak mungkin kalau kamu ikut Mama."
"Terus kenapa Kak Zyan bisa ikut? Kak Zyan juga kan kuliah," protes Geladis. Kan lumayan juga kalau dirinya bisa ikut ke luar negeri, sekalian liburan dan bisa berjauhan dengan Sean. Mungkin di sana Geladis bisa menemukan laki-laki bule yang bisa masuk ke dalam hatinya, menggantikan Sean.