"Kue siapa ini?"
Geladis mengulum bibirnya rapat saat dirinya memasuki kamar dan langsung diberikan pertanyaan yang ia hindari tadi. Zyan yang memang selalu langsung duduk di sofa ketika masuk ke dalam kamarnya lantas saja heran saat melihat kue di depannya.
"Lilinnya angka delapan belas, sedangkan kamu belum delapan belas tahun. Terus ini kue siapa?" tanya Zyan lagi, kali ini matanya mengarah pada Geladis.
"Eu—eu—punya temen, Kak."
"Kamu tidak mencoba menutupi sesuatu dari Kakak, kan?" Zyan menatap Geladis dengan datar, sebelah alisnya terangkat. Tatapannya pun seolah mendesak Geladis agar cepat menjawabnya.
Sontak saja dengan cepat Geladis menggelengkan kepalanya, tak ingin membuat Zyan semakin curiga padanya karena lama menjawab. Geladis menggeleng seraya tersenyum manis. "Ini punya temenku, Kak. Namanya Kak Jane, dia baru umur delapan belas tahun hari ini."
"Terus kuenya kenapa masih ada di sini?"
"Nanti sore aku ke rumahnya."