Hari ini Sean kembali bekerja di rumah Darmi, dan kini laki-laki itu sudah sampai di pekarangan rumah milik majikannya. Bertepatan dengan itu, pintu rumah itu terbuka dan menampilkan sosok pria yang menggunakan jas kantor serta menenteng tas hitamnya.
Sean meneguk salivanya susah payah, tidak ada Darmi di belakangnya yang mungkin saja bisa menolongnya di keadaan menegangkan seperti ini. Ia tak tahu harus melakukan apa selain terus berjalan dengan kepala yang tertunduk.
Yup, alasan Sean bersikap seperti ini karena pada saat dirinya tak sengaja mendengarkan pembicaraan pria itu bersama Zyan. Dan hingga saat ini dirinya bisa terbebas, namun sepertinya tidak untuk kali ini.
Langkah Sean terhenti kala ia melihat sepasang sepatu berdiri di hadapannya. Laki-laki itu mengeluarkan keringat dingin di pelipisnya, tangannya pun basah karena keringat. Sean tak berani untuk sekedar memandang wajah pria di hadapannya, ia sudah membayangkan bagaiman tatapan tajamnya yang menghunus padanya.