Chereads / Persahabatan beda alam / Chapter 22 - PBA 22

Chapter 22 - PBA 22

"Hai Sean!"

Emily berteriak seraya melambaikan tangannya begitu pandangannya bertemu dengan laki-laki itu yang sedang berada di atas perahu, hatinya sangat lega saat melihat sosok Sean lagi—dengan keadaan baik-baik saja. Tanpa berbasa-basi lagi, Emily langsung menghampiri Sean. Kali ini dirinya tidak lagi ditemani oleh kedua kakaknya, lantaran ia pergi ke permukaan laut tanpa diketahui oleh sang kakak.

"Bagaimana keadaanmu, Sean?" tanya Emily dengan tangan yang ditumpu di atas perahu seraya menatap Sean dengan sorot khawatirnya.

Sontak saja pertanyaan yang dilontarkan Emily membuat kedua alis Sean menyernit. "Maksud kamu? Aku baik-baik saja, ini buktinya." Jawab Sean dengan merentangkan kedua tangannya.

"Bukankah kemarin kamu sakit? Lalu bagaimana keadaanmu sekarang?"

Lagi lagi Sean menyernit heran. "Dari mana kamu tahu kalau aku sakit?"

Perempuan itu membulatkan matanya sambil bergumam merutuki kebodohannya, Emily terlalu khawatir sehingga tidak bisa menahan rasa penasarannya terhadap Sean. "Eum—aku ha—hanya menebak saja, karena kemarin aku tidak melihatmu jadi aku berpikir kalau kamu memang sakit." Tutur Emily dengan gugup.

Melihat Sean menganggukan kepalanya, membuat Emily langsung bernapas lega. Setidaknya Sean tidak curiga padanya dan tidak bertanya lebih lanjut. Dapat Emily lihat wajah Sean yang tampak seperti orang yang sudah terbangun dari sakit. Kemampuan sang kakak memang tidak bisa lagi Emily ragukan.

"Oh ya, Jeffa dan Jeffry mana?" tanya Sean ketika tak melihat si kembar di samping Emily.

"Mereka sudah tertidur," alibi Emily.

Sean benar-benar tidak mengerti dengan kehidupan Emily yang katanya berada di bawah laut itu, bagaimana rasanya tertidur di dalam air? Pasti rasanya akan sangat aneh, ya itu untuknya. Tetapi mungkin berbeda dengan Emily, Jeffa serta Jeffry.

"Sean!"

"Kamu sedang apa di sana?"

Terlihat Lesmana tengah berjalan menghampirinya, membuat Sean menjadi gelagapan. Dengan cepat ia menoleh ke samping, menyuruh Emily untuk pergi dari sana. Namun, yang didapatinya perempuan itu masih santai menatapnya dengan tersenyum lebar.

"Emily, cepat pergi dari sini! Bagaimana kalau nanti Ayahku melihatmu?" bisik Sean mengusir.

"Tidak, aku tidak mau pergi dari sini."

Tepukan di bahunya membuat Sean terlonjak kaget. Saat melihat Lesmana berada di sampingnya, Sean langsung menetralkan kembali raut wajahnya. "E-eh, Ayah? Ada apa, Yah?" tanya Sean gugup seraya melirik ke sampingnya, di sana masih ada Emily—menatapnya, seolah tidak akan terjadi sesuatu.

"Kamu sedang apa di sini? Ayo, kita ke sana saja!" Lesmana langsung merangkul Sean agar pergi dari sana dan ikut dengannya. Sean lantas bingung ketika Lesmana tidak melihat ke arah Emily sedikit pun.

Sean yang sudah berjalan cukup jauh lantas menoleh ke belakang, melihat Emily yang masih berada di sana sambil menatapnya seraya melambaikan tangannya lalu Emily menghilang dari pandangannya.

Satu hal lagi yang Sean ketahui, bahwa Lesmana tidak bisa melihat Emily. Sean sangat ingin tahu mengapa dirinyalah yang bisa melihat mereka, sedangkan ayahnya sendiri tidak bisa. Ia benar-benar ingin mengetahui alasannya. Kalau memang dirinya memiliki kemampuan khusus seperti itu, sudah wajar tetapi berbeda ketika ia tidak memiliki kemampuan itu sama sekali.

Tak ingin membuang-buang waktu untuk memikirkan hal itu, Sean lebih baik membantu sang ayah untuk menangkap ikan. Namun, seketika kedua bola matanya membulat saat mendapati Emily tengah melempar-lemparkan ikan ke arah jaring milik Lesmana.

Rasanya ingin berteriak pada perempuan itu, tetapi rasanya tidak mungkin mengingat di sini ada keberadaan ayahnya dan juga para nelayan lainnya. Sean hanya pasrah saja ketika melihat Emily tersenyum padanya yang seolah mengatakan 'tidak apa-apa, aku hanya ingin membantu ayahmu'.

Sebenarnya Sean senang ketika melihat banyaknya ikan yang berada di jaring milik ayahnya, tetapi Sean hanya takut nantinya para nelayan yang lain curiga dan tentu saja sang ayah pun ikut curiga.

"Wah, mendapatkan ikan banyak ya Pak?" ucap Pak Hasan seraya melihat ke arah jaring milik ayahnya.

"Bersyukur sekali mendapatkan banyak ikan seperti ini," sahut Lesmana yang tak ingin bersikap sombong. Sean hanya tersenyum.

Sean berpikir, kalau Lesmana mendapatkan ikan banyak seperti ini dan itu karena Emily, ia harus berterima kasih pada perempuan itu karena telah membantu ayahnya. Tak dapat dipungkiri kalau Sean sangat senang saat ikan yang didapat sang ayah begitu banyak, itu artinya ayahnya akan mendapatkan uang yang cukup banyak jika semua ikannya terjual di pasar.

"Terima kasih, Emily." Gumam Sean pelan sambil menatap ke arah air yang berada di sampingnya—di mana tadi Emily berada di sana.

***

Selepas dari laut, seperti biasa Sean akan pergi bekerja ke rumah Bu Darmi. Namun, saat Sean akan menuju ke rumah Bu Darmi, Sean melihat seseorang yang tak asing di matanya tengah berdiri di dekat rumah tetangganya dengan posisi membelakanginya.

Tapi, entah mengapa Sean begitu mengenali sosok itu meskipun yang terlihat hanya postur tubuhnya saja. Kaki Sean melangkah mendekati sosok itu dengan langkah pasti.

Begitu berada di belakang sosok laki-laki itu, Sean langsung melayangkan tangannya untuk menepuk bahu tegap laki-laki tersebut. Betapa terkejutnya Sean ketika lelaki itu menoleh ke belakang, ini benar-benar di luar dugaannya.

"Jeffry?"

Tepat di depannya, Jeffry tengah berdiri. Ya, Jeffry, kakak dari Emily. Bagaimana bisa laki-laki itu berada di sini? Bukankah dirinya pernah mengatakan bahwa mereka itu tinggal di laut. Lalu bagaimana bisa Jeffry hidup di darat seperti ini? Ditambah lengkap dengan memakai pakaian layaknya seorang manusia biasa.

"Kamu benar Jeffry?"

"Iya, aku Jeffry. Jeffry Poetra Petter, ada yang salah?"

Sean menganga lebar. "B-bagaimana bisa kamu berada di sini?" tanyanya dengan berbisik, berbeda seperti sebelumnya.

Jeffry mengedikkan kedua bahunya acuh sambil mengangkat sebelah alisnya. "Ini adalah wilayah milik Ayahku, jadi siapapun dari keluarga beliau berhak menginjakkan kakinya di sini. Termasuk aku."

Sungguh Sean melihat Jeffry yang sungguh berbeda saat ini. Bukan lagi laki-laki yang selalu becanda dan humoris. Tetapi, saat ini Jeffry terlihat seperti sosok laki-laki yang penuh wibawa. Sean patut bertepuk tangan untuk itu.

"Ada keperluan apa kamu datang ke sini?" tanya Sean mengalihkan pembicaraan.

"Aku hanya ingin memantau wilayah ini saja, walau sebenarnya tanpa ada seseorang yang memantaunya Ayahku akan tahu bagaimana keadaan wilayah ini," jawabnya santai seraya kedua bola matanya yang tak pernah berhenti menyapukan pandangannya ke sekitar.

"Lalu di mana Emily?"

Jeffry mendengus kesal. "Hari kemarin yang mencarimu, Emily. Lalu sekarang? Kamu yang mencari Emily. Atau memang kalian berjodoh?" kata Jeffry yang kemudian tertawa geli, "ah, tapi rasanya tak mungkin kalian berjodoh. Jelas saja itu adalah hal yang sangat mustahil untukmu dan Emily." Sambungnya.

Kedua alis Sean terangkat tak mengerti. "Lagi pula siapa yang mau berjodoh dengan adikmu? Aku hanya bertanya saja, dan aku pun belum berhenti berbicara. Aku juga akan menanyakan di mana Jeffa, saudara kembarmu itu? Tapi, kamu sudah memotong ucapanku."

"Ya, ya, ya. Terserah kamu saja."

***