Ana dan Tobias tertegun sejenak melihat orang-orang itu menghadang sambil berjalan perlahan-lahan mendekati mereka. Ana melihat ke sekeliling dan mundur beberapa langkah. Raut wajah Tobias terlihat sangat khawatir. Ana melirik ke arahnya sekilas lalu tangannya meraih tangan Tobias untuk menenangkannya.
"Tangkap mereka!"
"Sekarang!"
Bersamaan dengan suara teriakan orang itu, Ana berseru mengajak Tobias untuk melarikan diri dari tempat itu. Mereka berbalik dan langsung berlari kembali ke jalan yang semula dilewatinya. Orang-orang itu mengejar mereka dengan membabi buta. Kemarahan yang diakibatkan karena mereka tidak bisa menangkap Ana dan Tobias kemarin memuncak. Terlebih lagi, mereka yang kalah berkelahi dengan seorang gadis remaja membuat mereka kesal bukan main. Wajah mereka memerah menahan amarah. Mereka berlari mengejarnya dengan beringas.
Ana dan Tobias berlari menuju alun-alun yang dipenuhi oleh orang-orang berkerumun. Pertandingan pedang yang sebelumnya dilihatnya sudah berganti dengan pertandingan tarian. Dua orang gadis yang di atas panggung menari dengan tarian ketukan kaki yang indah. Mereka berdua menyelusup diantara kerumunan orang. Orang-orang yang mengejar mereka terhambat beberapa saat tetapi mereka berhasil mengejar. Mereka menyerobot orang-orang yang ada di lokasi itu, menyikut ke kanan dan ke kiri untuk membuka jalan dan tetap mengejar Tobias.
Tobias hampir setiap hari bermain di Kota Perlaine sehingga jalan-jalan di kota itu pun sudah ia hapal. Ia mengajak Ana berbelok arah. Mereka berlari menyusuri jalan di tepi perumahan yang berderet berwarna pink dengan model yang sama. Mereka berbelok menaiki tangga yang mengarah ke arah taman. Mereka menengok ke belakang. Orang-orang itu tidak terlihat dari belakang. Mereka berhenti sejenak dan mengatur pernapasan mereka.
"Kau baik-baik saja, Tobias?"
Tobias menggelengkan kepalanya. Sesudah dirasa cukup lama mereka beristirahat, mereka berjalan menyusuri taman yang dipenuhi dengan pohon-pohon cemara berderet rapi dan jalanan yang berliku.
Saat mereka akan berjalan keluar dari tanam, terdengar suara teriakan dari belakang.
"Itu mereka!"
Ana dan Tobias terlonjak kaget dan mereka segera berlari kembali melewati jalan di sekitar taman itu. Mereka melewati pepohonan rindang di sekitar tanaman bunga yang berwana merah dan kuning hingga sampai di tepian rumah-rumah yang mulai berjauhan. Pusat kota pun sudah mulai mereka tinggalkan. Sampailah di sebuah danau yang indah dengan jembatan kayu yang berwarna putih. Mereka berdua melewati jembatan itu.
Tiba-tiba tiga orang lelaki besar menghadang mereka di ujung depan jembatan. Ana dan Tobias menghentikan langkah kaki mereka secara mendadak hingga bunyi gesekan sepatu berdecit di atas jembatan. Mereka berdua segera membalikan tubuhnya dan berbalik arah. Namun, dari arah berlawanan dua orang lelaki bertubuh besar juga telah menghadangnya Mereka terjebak. Ana kembali berbalik melihat tiga orang di depannnya. Pemimpin gerombolan lelaki besar itu menyeringai ke arah mereka sambil memperlihatkan giginya yang menguning. Suara serak dan lantang keluar dari mulutnya.
"Kena kalian! Mau pergi kemana, hah?"
Tobias merapatkan tubuhnya di belakang Ana dengan ketakukan. Ana maju selangkah melindungi Tobias dan memintanya menepi di pinggir jembatan. Tatapan matanya memandang tiga orang yang di depannya lekat-lekat kemudian melirik dua orang yang berada di belakangnya. Ia mengerutkan alis dan menimbang-nimbang. Sesaat kemudian, kakinya terangkat. Sebelum gerombolan orang di depannya bergerak maju menyerangnya, Ana berlari melesat ke arah mereka terlebih dahulu sambil melemparkan tas ransel besarnya ke wajah orang yang berada di depannya. Kakinya juga terangkat menendang orang di depannya. Dua orang itu pun terjatuh mengenai salah satu temannya yang berada di belakang mereka. Teman itu ikut terjauh tertimpa mereka. Kaki Ana mendarat dengan mulus di tanah. Dua orang lelaki yang berada di ujung jembatan berlari mengejarnya sambil berteriak dengan berang ke arah mereka.
"Gadis kurang ajar!"
Ana segera berbalik dan berlari menuju mereka. Seorang gerombolan yang jatuh tertimba tadi berdiri dan mengejar Ana dari belakang. Saat Ana berlari mulai mendekati pemimpin orang itu, secara tiba-tiba tubuhnya bergerak menyamping, menghindari pukulan pemimpin gerombolan itu, sehingga orang besar itu melayangkan pukulan ke arah temannya sendiri yang berada di belakang Ana. Orang di belakang Ana itu terkejut dan tidak sempat menghindar.
Bug!
Suara pukulan keras membentur tubuh salah seorang dari teman mereka sendiri dan terpelanting jatuh tercebur ke danau. Bunyi tubuhnya yang terjatuh ke dalam air terdengar keras.
Pemimpin gerombolan itu tertegun sejenak sedangkan orang yang berada di belakangnya berhenti berlari. Ana menutupi mulutnya.
"Ops, maaf," serunya prihatin melihat orang itu tercebur ke dalam danau. Segera Ana berpaling ke arah Tobias yang terpaku melihat kejadian itu. Ia mengerutkan alisnya.
"Apa yang kau lakukan? lari Tobias!"
Tobias tersadar dan mulai berlari. Namun, dua orang yang berada di dekatnya menghampirinya. Mereka mencoba menangkap Tobias. Ia mencoba menghindarinya tetapi kakinya tergelincir sehingga ia terjatuh di ke danau. Tobias mulai panik karena ia tidak bisa berenang. Sia-sia saja tanganya mencoba menggapai rerumputan di tepian danau karena tangan kecilnya tidak dapat menjangkaunya.
"A… na, tolong, a… ku tidak bisa berenang."
Suara Tobias terdengar timbul dan tenggelam di sela-sela air yang masuk ke dalam mulutnya. Tubuh Tobias perlahan-lahan tenggelam ke danau. Mata Ana terbelalak dan segera terjun ke danau berusaha menyelamatkan Tobias. Tubuhnya masuk ke dalam air dan menggapai tubuh Tobias yang mulai tenggelam ke dasar danau. Tangannya menggapai tubuh Tobias dan membawanya ke permukaan. Ana mencoba berenang membawa Tobias ketepian. Tobias tersedak saat membuka matanya dan melihat Ana membawanya ke tepian. Namun, orang bertubuh besar yang tercebur ke danau itu mulai berenang menghampiri mereka. Tanganya menarik tangan Ana sehingga membuat Tobias yang sudah di pelukannya terlepas kembali. Ana berusaha menggapai Tobias sedangkan lelaki besar itu menghalangi Ana dan membawanya tenggelam ke dasar danau. Alhasil, Ana kembali berada di dalam dasar danau. Ia meronta dari cengkeraman lelaki itu dan terlepas. Lelaki tadi naik ke atas permukaan. Ana pun akan naik ke permukaan tetapi kakinya tersangkut akar pohon yang melilit kakinya. Dicoba dilepaskannya akar pohon itu tetapi tidak berhasil. Napasnya pun mulai habis. Ia menyadari bahwa ia harus menyelamatkan Tobias tetapi kesadarannya perlahan-lahan hilang. Saat ia mulai tak sadarkan diri, cahaya biru kehitaman muncul disertai sebuah simbol melingkar dengan tanda bintang dan lingkaran kecil di telapak tangannya. Diantara kesadarannya yang mulai menghilang dan pandangan matanya kabur di bawah air, terlihat sinar kuning keemasan yang menyilaukan muncul. Cahaya terang itu membuat semua akar-akar yang melilit kaki Ana terputus. Terlihat sosok seorang pemuda berambut emas menghampirinya dan sayu-sayup pun terdengar suara seseorang berkata-kata di dalam benaknya.
"Menyebalkan! Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya di Wayshire?"
Kesadaran Ana pun menghilang dan ia tidak sadarkan diri. Pemuda itu berenang naik ke permukaan sambil membawanya.