Yunki menatapku dan aku hanya tersenyum lalu menyentuh pipinya yang sangat lembut seperti kain sutra.
"Kira-kira nanti anak aku lelaki apa perempuan ya," ucap aku yang masih menatap Yunki.
"Perempuan atau lelaki sama aja sayang, yang paling terpenting adalah anak kita sehat," kata Yunki sambil mengusap-usap perutku.
"Iya sayang!"
"Kamu benar-benar enggak mau jus atau minum air putih?" Yunki kembali menanyakan itu padaku.
"Enggak sayang," aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku. "Tapi aku agak mengantuk," sambung aku.
"Ya udah kamu tidur aja, aku akan menemani kamu di sini," lanjut Yunki lalu menarik selimut dan menyelimuti tubuhku.
"Terima kasih suamiku," aku tersenyum dan sekilas mencubit gemas pipinya.
Yunki juga ikut tersenyum lalu mengusap-usap kepalaku agar tidur.
"Apa aku kucing?" tanya aku sambil cemberut.
"Iya kamu kucing besar," jawab Yunki sambil sedikit tertawa, ia selalu gemas saat aku cemberut di hadapannya.
"Berarti kamu suaminya kucing dong," ledek aku.