Entah kenapa Yunki seperti kerasukan sesuatu, dari semalam yang ia bahas hanya anak di dalam otaknya. Seketika aku terdiam sambil berpikir, kalau aku memiliki anak dari Yunki. Apa aku masih bisa kuliah dan main dengan sahabat-sahabat aku? Jujur aja, sepertinya aku sangat membutuhkan refreshing.
"Kenapa kamu bengong?" Lagi-lagi Yunki bertanya seperti itu padaku.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Sa ... sayang, tidur yuk. Besok aku kuliah," ucapku yang masih gugup.
"Baiklah!"
Yunki akhirnya mengalah dan menjauhkan wajahnya dari wajahku, aku langsung bernafas lega. Lalu aku langsung memejamkan mata biar Yunki enggak bertanya aneh-aneh lagi. Yunki benar-benar berhenti bertanya dan mengobrol aneh-aneh padaku, namun sebenarnya ia sedang menatapku yang udah memejamkan mataku.
"Kenapa aku sangat terobsesi memiliki anak darinya?" batin Yunki yang tidak mengerti dengan keinginannya itu.