Bayi itu diberi nama Guo Jing. Raja bersuka cita karenanya, karena dengan kehamilan Xue Fu selama ini dia merasa sangat beruntung. Sebab setelah Xue Fu hamil, selir kelima juga akhirnya mengandung sehingga diperkirakan akan lahir dua putra mahkota dengan usia selisih tidak genap satu purnama.
Akan tetapi kekecewaan kembali menyelimuti sang Raja, karena bayi lelaki berwajah tampan itu ternyata tidak ada tanda mengeluarkan suara bahkan tidak menangis. Tabib kerajaan mengatakan bahwa bayi itu bisu. Raja menahan kabar kelahiran bayi tersebut dan memerintahkan Xue Fu untuk bersembunyi terus menerus di bilik kerajaan.
"Jangan pernah untuk terlihat dihadapan siapapun atau aku akan membunuh kalian berdua!" ancam raja terhadap Xue Fu.
Xue Fu tak mengatakan apapun. Ia melihat bayi itu dengan tatapan sedih.
"Guo Jing, jika ada seorang saja yang berani mengganggumu, aku akan membunuhnya!" tekad Xue Fu. Ia sangat berduka dengan kondisi putranya, tapi ia tidak menerima penghinaan. Bagaimanapun darah raja Xiang jin mengalir didalamnya, bagaimana bisa ia merasa malu dan bahkan berniat membunuh mereka berdua?
Kali ini, ia telah bertekad untuk merawat bayi itu dengan baik. Bukan berarti bisu tidak memiliki harapan. Bahasa manusia bisa dibentuk dengan isyarat tangan, ia akan melakukan apapun untuk membuatnya menjadi ksatria.
*
Genap satu purnama, selir ke-lima melahirkan seorang putra. Hal itu menjadi kabar gembira bagi penghuni kerajaan. Mereka berpesta pora merayakan kelahiran putra mahkota. Bagi Xue Fu, itu adalah kabar duka. Setelah ia mengalami kesulitan yang hebat untuk melahirkan putra raja, kini ia dicampakkan karena melahirkan bayi yang bisu.
Malam itu sang tabib mendatangi Xue Fu.
"Aku beri tahu sebuah rahasia besar. Ketahuilah bahwa selir kelima tidaklah melahirkan putra raja. Dia telah melakukan perbuatan memalukan untuk mengambil tahta! Xue Fu, hiduplah dengan keadilan!" tabib itu menghilang di dalam kegelapan malam. Meninggalkan Xue Fu yang berusaha memahami perkataan Wang Lee.
"HIDUPLAH DENGAN KEADILAN!" kata-kata itu terngiang di kepalanya.
Sebuah pesan yang Wang Lee utarakan membuat Xue Fu semakin yakin bahwa Guo jin adalah satu-satunya keturunan Raja yang berhak mewarisi kerajaan. Bukan karena Xue Fu menginginkan tahta, tapi Xue Fu ingin kerajaan yang hidup di dalam keadilan seperti yang dikatakan Wang Lee, dia harus merubah keadaan negri itu.
Xue Fu mengejar Wang Lee.
"Tuan, aku harus pergi dari sini membawa bayi ini. Bagaimanapun Selir kelima memiliki bayi laki-laki yang akan menggantikan posisi Guo jin. Aku... Akhh!" Dengan sekali ketukan Wang Lee berhasil membuat Xue Fu pingsan. Lalu ia membakar tempat itu.
*****
Xue Fu mengerjap saat cahaya terang menerobos masuk melalui celah dedaunan.
"Dimanakah aku?" Xue Fu melihat kesekelilingnya. Sebuah tempat yang tidak ia kenali. "Bayiku?" Xue Fu bangkit. Ia tak melihat Guo jin sehingga membuatnya panik. Ia berlari keluar dari pintu di hadapannya.
"Tempat apa ini?" Ia melongok pada sebuah tempat yang lebih rendah dari rumah yang ia tempati. Beberapa orang sedang mengikuti pergerakan silat yang dilakukan seorang guru di depannya. Tempat itu lebih mirip dengan perguruan silat.
"Dimana anakku?" Ia mencari-cari namun tak juga mendapatkan bayi itu. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang sedang berbicara sendiri, ia menimang seorang bayi.
"Apa yang kau lakukan dengan bayiku?" Xue Fu berteriak. Ia tak mengenali semua yang ada di tempat ini.
"Kami sedang melatihnya berbicara Nona Fu," jawab wanita itu tenang.
"Mana mungkin, dia masih sangat kecil dan bahkan menangispun tidak bisa. Dia seorang yang bisu, bagaimana kalian akan mengajaknya berbicara?"
"Engkau akan melihat hasilnya satu tahun lagi Nona Fu, bersabarlah!" katanya sambil menyerahkan bayi itu kepada Xue Fu.