Chapter 10 - 9. teror

Siang ini aku dan Rani pergi jalan jalan setelah pulang kuliah. Sengaja ingin menghindari Wira sekaligus membahas masalah tadi. Aku benar benar merasa terganggu dengan surat yang tadi ku terima. Benar benar tidak masuk akal.

Tunggu!!

Apakah dia?

Astaga! Kenapa aku tidak berpikir hal ini sejak awal?

Apakah benar dia yang melakukan nya?

Jika iya, untuk apa? Bukan kah dia yg meninggalkan ku dulu?

Pikiran ku berkecamuk. Namun aku masih menimbang banyak hal untuk menyebutkan satu nama yang sekarang terlintas di benak ku.

Kami tidak pergi berdua, karena rupanya Dewa ikut bersama kami. Sepertinya Rani sedang dekat dengan Dewa. Aku pun tidak terlalu risih dengan kehadiran orang ketiga dalam kegiatan rutin ku dengan Rani. Aku berusaha maklum.

"Kita nonton aja gimana?" tanyaku ke mereka berdua. Ternyata mereka berdua malah sudah bergandengan tangan dan membuat ku merasa seperti pengganggu saja.

"Wah, obat nyamuk nih!" sindir ku pada mereka yang hanya ditanggapi senyum malu malu keduanya.

Setelah mengantri tiket masuk, kami lalu memilih kursi di bagian tengah.

Dari ujung ekor mataku, aku merasa diikuti sedari tadi. Beberapa kali ku tengok ke belakang namun hasilnya nihil.

Kali ini kami menonton film 'the mummy' . Dewa duduk di pinggir kemudian Rani lalu aku. Sebelahku kosong sampai deretan ujung.

Sambil makan popcorn aku serius sekali menonton film ini. Aku memang hobi sekali menonton film.

Sampai sampai aku tidak sadar bahwa di kursi sebelah ku sudah ada yg menempati.

Dengan cuek nya orang itu ikut mencomot popcorn yg ada di tanganku.

"Eh... kamu kok seenaknya sih makan pop...." kalimatku terhenti setelah tau yg duduk di sampingku tidak lain dan tidak bukan adalah Wira.

Entah sejak kapan dia ada di sini.

"Wiraaa?!!"

"Haii sayang ... Sini bagi popcorn nya. Ih kamu kenapa nemenin orang pacaran sendirian? Kenapa nggak ajak aku aja dari tadi! Kan jadi kamu nggak sendirian gitu," katanya lalu langsung menyambar popcorn ku dan asik menonton film yg sedang diputar.

Aku tersenyum. Rasanya sikap Wira kali ini membuatku merasa senang. Tanpa basa basi lagi, aku bersandar pada bahunya dan melingkarkan tanganku ke tangan nya. Dia sesekali menyuapiku popcorn juga.

Rasanya aman dan tenang ada wira di sini. Tidak seperti tadi, aku selalu was was. Seperti ada yg mengikuti.

Apa mungkin wira ya?

"Kamu kok bisa di sini?"tanyaku.

"Iya, kebetulan aja. Tadi aku lewat terus lihat kamu belok ke sini. Aku susulin deh " kata nya santai

"Oh gitu..."

"Kenapa?" tanya nya.

"Enggak."

Setelah 2 jam ada di dalam bioskop, film akhirnya selesai. Kami keluar pelan pelan, karena antrian yang panjang. Rani dan Dewa pun terkejut saat melihat Wira sudah ada di dekat ku.

Dewa melihat Wira dengan tatapan tajam, begitupun dengan wira.

Sebenarnya ada apa di antara mereka berdua. Dan apa maksud dewa tadi?

Memang sih, Wira seperti mempunyai banyak rahasia. Tapi aku tidak tau seperti apa dan maksud dari kata kata Dewa itu.

"Eh, makan dulu yuk. Laper," kata Rani sedikit memaksa.

"Yuk, aku juga laper." aku pun antusias.

Kami segera menuju salah 1 cafe yg tidak terlalu jauh dari sini. Memang rasa lapar mulai melanda, dan perut harus segera diisi.

Sampai cafe, kami pun memilih kursi yang kosong dan agak sepi dari pengunjung lain.

"Pesen apa, Nay?" tanya Rani.

"Mmmm... Nasi kebuli sama jus mangga," kataku sambil melihat buku menu.

"Kamu apa, Ra?" tanyaku lagi ke Wira.

Dia diam. Kutengok ternyata dia dan Dewa sedang saling lempar pandangan yg tajam dan seperti ada aura kebencian yg dalam di antara mereka berdua.

Aku menyenggol kaki Rani yg duduk di depanku dan menyuruh nya untuk ikut melihat Dewa dan Wira. Rani yang juga menyadari kekakuan di antara kekasih kami pun mulai risih.

"Wa! Kamu pesen apa?!" Dewa pun sama, diam seolah tidak mendengar Rani berbicara.

Lalu dipukulnya bahu Dewa, dan seketika mereka berdua sama sama sadar.

"Eh? Apa?"tanya Dewa ke Rani.

Aku melirik ke Wira.

Dia malah menaikkan sebelah alis nya kepada ku. Akhirnya semua sudah memesan menu masing masing.

Kami makan bersama disertai rasa kikuk karena Dewa dan Wira yg seperti nya bermusuhan.

Akhirnya, aku pamit ke Rani pulang duluan.

"Ya udah, balik dulu, ya, Ran. Ketemu besok di kampus," kataku.

"Hati hati ya, Nay."

"Oke. Kamu juga."

Dewa dan wira masih saling tatap dengan tatapan tajam. Segera kutarik tangan nya menjauh. Rasanya jika dibiarkan terlalu lama, mereka pasti akan bertengkar.

Sampai di parkiran aku masih penasaran dengan sikap mereka. Akhirnya kuberanikan diri bertanya.

"Kamu sama dewa ada masalah apa sih??" tanyaku.

"Musuh lama." Dia lalu naik motor nya dan segera memberikan helm juga padaku.

Mungkin lain kali aku akan bahas lagi masalah mereka. Bukan sekarang.

Wira mengantarku sampai kost.

Dan seperti biasa, dia ikut masuk ke kamar kost ku, dan langsung merebahkan diri di ranjang.

Kebiasaan..

Aku lalu segera menuju kamar mandi, dan mandi. Karena rasanya tubuhku sudah sangat lengket sekali.

Sekitar 20 menit kemudian aku keluar kamar mandi dengan sudah berganti baju.

Wira malah tidur nyenyak di ranjang ku.

Hm... dasar.

Kuputuskan untuk memasak saja. Agar saat dia bangun nanti, aku sudah punya makanan untuk nya.

Dia ini termasuk doyan banget makan.

Sekitar satu jam, aku selesai masak dan beres beres.

Kudekati wira yg masih terlelap.

Aku memandangi wajah nya lekat lekat.

Dia emang ganteng.

Tapi aneh... Kehidupan nya semua serba tertutup.

Tiba tiba.

Sreeet...buggg.

Wira menarik ku ke dalam pelukan nya lalu memeluk ku erat.

"Wira..!! Ih apa apan sih!!!" gerutuku kesal. Tapi anehnya Wira tetap memejamkan mata tapi terus memelukku erat.

Ini anak sadar apa enggak sih?

"Wira!" panggilku lagi.

"Hm?" Dia hanya menggumam tanpa membuka mata nya.

"Awas! aku mau bangun," rengek ku.

"Mau ngapain? Sini aja nemenin aku tidur."

"Ih ogah!!" Aku terus berusaha melepaskan pelukan wira, namun tidak bisa.

Kriiiinngg

Ponselku berdering.

"Ada telepon. Awas dulu," kataku.

Wira lalu melonggarkan pelukan nya dan membiarkan ku menerima telepon.

"Halo, Ran. Gimana?"

"...."

"Mm ... Masa? Eh nanti aku telepon lagi ya," kataku menutupi kegugupanku sambil sesekali melirik ke Wira.

Kulihat wira sudah duduk di ranjang dengan wajah acak acakan. Namun tetep keren.

Dia lalu pergi ke kamar mandi. Sementara itu aku buatkan dia kopi.

Saat Rani telepon tadi, dia bilang kalau pengirim surat itu kemungkinan adalah laki laki itu. Tapi apa mungkin?

Besok aku harus melihat cctv. Aku benar benar penasaran.

Sreeettt

Wira tau tau sudah memeluk ku dari belakang dan menenggelamkan wajah nya di leherku. Nafasnya tenang sekali berhembus mengenai ku.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Wira tiba tiba.

"Enggak kok."

"Jangan bohong," katanya santai namun mampu membuat jantung ku berdebar lebih cepat karena gugup.

Aku mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.

Wira yg menyadari kegelisahan ku lalu menarik tubuh ku menjadi berhadapan dengan nya.

"Ada apa?" tanya nya serius.

Aku masih diam, bingung bagaimana harus menceritakan nya.

"Aku pengen denger dari mulut kamu. Kita ini udah pacaran, Nay. Masalah kamu itu masalahku juga. Aku yakin, kamu lagi ada masalah kan? Jangan sampai aku nyari tau sendri kamu kenapa.'' kata nya tegas.

"Iya, aku lagi bingung," kataku lalu melepaskan tangan wira dan kembali ke sofa depan tv.

Ku hempaskan tubuhku dengan kasar di sana. Wira menyusul ku.

Kuambil tas yg ada di meja nakas sampingku. Dia hanya menatapku setiap gerak gerik ku.

"Tadi, waktu di kelas, ada yg taruh, ini ke meja ku." lalu kuberikan surat tadi dengan bentuk yang agak kacau, karena darah yg sudah luntur.

Wira memegang surat itu dan langsung mencium surat itu dan mengerutkan dahi nya.

"Darah," gumam nya.

Dia segera membuka amplop itu dan membaca surat nya.

Dia terlihat serius sekali.

"Kamu tau siapa kira kira pengirimnya?" tanya wira sambil meremas surat itu.

Aku menggeleng. Lalu kupeluk dia. Untuk menenangkan nya dan untuk menenangkan ku juga.

"Aku takut. Kenapa dia bisa ngirim hal gila kaya gitu? Dan maksudnya apa?" tanya ku yg masih berada di pelukannya.

Wira membelai punggungku lembut.

"Aku bakal cari tau siapa orangnya. Kamu jangan takut ya.."

======

Malam ini wira menginap di kost ku karena dia takut terjadi sesuatu padaku.

Namun tidak seperti saat di rumah nya. Kini, aku tidur di ranjangku dan dia tidur di sofa.

Aku masih terus terbayang surat tadi.

Semoga secepat nya aku bisa tau siapa pelaku nya.

Besok kami akan melihat rekaman cctv kls ku.

Dan pasti pelaku nya akan ketauan.