"Ma, Pa. Maafin, Reyna." cewek itu memeluk Dini yang masih saja histeris dalam tangisannya. Padahal Reyna sudah mengakui kesalahan dan keteledorannya kemarin. Reyna sudah berjanji tidak akn lagi mengulangi kesalahan yang sama lagi.
"Mama, khawatir. Papa, juga sampai stres kamu ga ada di rumah, sayang." Bas yang paling senang walau dalam hatinya dia pun begitu merisaukan.
"Iya. Reyna, udah tahu semuanya dari, Jaxton."
Dini mengusap terus kepala Reyna dengan penuh sayang. Dini sudah lega, tetapi entah kenapa hatinya masih saja menandakan keraguan yang Dini sendiri tidak tahu. Reyna takut pergi darinya. Dini takut kehilangan puterinya yang sudah bertahun-tahun dia besarkan hingga saat ini.
"Sayang. Kenapa kamu ga kelihatan pulang dari pintu depan?" tanya Dini dengan suara serak karena menangis berlebihan. Mama itu menatap sendu pada puterinya.