Mario menghela napas kasar, dia memandang ke arah lobi, di mana kedua mata yang menatap tajam itu dia arahkan pada cowok yang selama ini sudah menjadi target Mario. Dia akan menegaskan dirinya untuk cepat menangani.
Sebelum dia melangkah ke sana, Mario meregangkan otot lehernya yang terasa kaku. Setelah itu dia mulai mendekati dengan langkah cepat sambil tersenyum manis seolah tidak ada yang membuatnya kesal.
"Hai, Reyna." sapanya.
Cewek itu menoleh cepat dan bergumam. "Kak Mario."
Mario tidak melunturkan senyumannya sama sekali. "Kamu baru aja dateng, ya? Bareng ... dia lagi?" tanyanya seakan tidak mengetahui apa-apa.
Reyna tersenyum manis seperti biasanya. "Iya, Kak. Kak Reno, kayak biasa anterin aku."
Mario menunduk sebentar, dia tersenyum pedih. Reyna sama sekali tidak mengerti perasaannya. Dia cukup untuk bersabar dan menerima.