Mika terdiam sambil bersandar pada dinding yang menghadap ke arah kafetaria. Sudah lebih dari tiga puluh menit ia berdiri di sana sambil memperhatikan Elang.
Elang terlihat seperti orang linglung. Pria itu hanya duduk dengan tatapan kosong dan tangan yang menggenggam erat gelas kopi yang masih utuh di atas meja.
Mika tengah menimbang-nimbang apakah ia harus menghampiri Elang dan memastikan apa pria itu baik-baik saja, atau tetap diam memperhatikan tanpa melakukan apa pun.
Oh, memangnya siapa dirinya hingga Elang mau menceritakan masalahnya?
Mika ingin bersikap masa bodoh, tetapi Elang terlihat begitu rapuh sekarang.
Mika menggeleng cepat, ia lalu berhenti berpikir dan langsung berjalan cepat menghampiri Elang.
Elang bahkan tidak menyadari kehadiran Mika saat gadis itu menarik kursi dan duduk di hadapannya.
Mika menatap Elang lurus-lurus. Tatapan pria itu benar-benar kosong.
"Kopinya udah dingin!" celetuk Mika dengan sengaja.