Kepalaku terasa sangat berat, dan mataku terasa ngilu saat aku membuka mata. Aku hanya bisa menghela napas melihat Mas Asep yang kini berada tak jauh dari tempatku duduk.
"Untuk apa semua itu?" tanyaku heran.
"Sampean masih baru, hanya berjaga jika saja sampean berubah pikiran dan membocorkan tempat ini pada orang lain!" sahut Mas Asep dengan santainya.
Untuk yang kesekian kalinya, aku menghela napas berat.
Sebelumnya kami membuat janji untuk bertemu di tempat biasa, karena aku ingin membahas masalah Ratih dengan mereka. Namun, sepertinya TG memang sangat berhati-hati, jadi mereka membuatku pingsan dan memindahkanku ke tempat ini, yang kutahu pasti adalah markas mereka.
Well, tempat ini cukup menarik. Sebuah padepokan sederhana yang tidak terlalu luas, dan terletak di tengah-tengah hutan.
"Ayo, Mas. Sampean ditunggu Mas Reza," ucap Mas Asep sambil berdiri dan merapikan komprangnya.