Kaki Melati mendadak terasa seperti jelly, hingga sulit untuknya menopang tubuh. Jantung gadis itu juga terus berdetak tak beraturan dan perutnya terasa mulas.
'Oh Tuhan, aku gugup sekali.' lirih Melati dalam hati.
"Tarik napas dalam-dalam, dan keluarkan perlahan dari hidung!" ucap Dinda sambil memijit pelan punggung tangan Melati.
Keringat dingin terus mengalir dari kening gadis itu.
Melati menoleh ke arah Dinda, dan mengangguk pelan. Ia lalu mengikuti ucapan calon adik iparnya itu.
Melati menarik napas sedalam mungkin, dan mengeluarkannya perlahan dari hidung.
Gadis itu mengulanginya beberapa kali. Namun sepertinya, hal itu tidak membantu sedikit pun.
Sungguh, belum pernah ia merasa segugup ini.
"Sudah waktunya, Kak Mel! Atur napas Kakak lagi. Kakak terlihat sangat kacau!" seru Dinda sambil mengarahkan tangan Melati untuk mengapit lengannya.
Sesampainya di ruangan khusus yang mengarah ke pintu gereja, Dinda menyerahkan tangan Melati pada kakeknya.