Aku terdiam mematung, masih memikirkan apakah sakit ketika alat itu memotong kakinya, eh maksudnya gips di kakinya.
"Miss?" panggil Auresa lagi.
"Eh, iya?" Aku mengedipkan mata terkejut. "Oh iya, saya setuju."
"Baik, kita mulai ya."
Aku memejamkan mata erat, tidak ingin melihat Auresa yang sedikit membuatku ngeri. Pembukaan gips cukup lama, kata Auresa karena ketebalannya yang membuat susah dan Auresa super hati-hati.
Aku bisa merasakan kakiku langsung berdenyut kuat ketika pelindung kaki tersebut dilepaskan. "Shhh," ringisan keluar dari bibirku tanpa sadar.
Perlahan, aku membuka mata. Melirik ke arah kakiku yang lagi diusapkan alkohol oleh Auresa membuat rasa dingin menerpanya.
"Seperti ucapan saya tadi kalau kaki anda terlindungi karena gips yang tebal. Hanya saja, akibat dari benturan itu membuat gips anda kian menyempit dan menekan luka anda, sebab itu ketika dilepas akan terasa berdenyut keras. Anda merasakannya kan?"
"Iya, dok!"