"VINO!!" Tatjana segera menghampiri Dion dan Vino. Dia merobek lengan bajunya dan melilitkan kain itu ke luka Vino agar tidak mengeluarkan darah lagi. "Tahan, jangan hilang kesadaran oke?!"
Dion mengusap pundak Vino pelan. "Tahan dek, jangan tutup mata ya dan tetap di sini sama Abang."
Napas Vino terputus-putus dengan mata mengerjap-erjabkan menghalau rasa kantuk yang menyerangnya dengan kuat. "A-abang …."
"Kenapa dek? Tahan, bentar lagi."
"T-tolong lanjutkan apa yang sudah Vino lakukan," lirih Vino. "Jangan buat pengorbanan Vino sia-sia, Bang."
Mata Dion berkaca-kaca, dia mengangguk cepat. "Pasti dek, Abang dan Ana akan melakukan apapun untuk menghukum siapa yang salah di sini dan memaksanya bertanggungjawab."
"Abang, jaga Bunda Tiara ya. Dia adalah sosok mama yang menjaga kita selama ini. Vino tidak peduli, apakah dia ibu kandung kita atau bukan. Kita memiliki dua ibu."
Dion mengangguk cepat. "Pasti dek!"