"Tita," tegur Irma menatap Tita dalam, dia menggelengkan kepalanya kecil.
"Maaf, apa bisa papi—"
"Pergi, gitu?" Tatjana segera memotong ucapan Gunawan. "Gundik itu yang maksa papi buat nemuin dia?!"
"Bukan begitu, Ana. Papi ada rapat mendadak," ralat Gunawan.
"Halah, alasan itu udah basi tau gak."
Mengacuhkan semua ucapan ketus anaknya, Gunawan beralih kepada Irma yang fokus memotong steaknya. "Irma, Mas izin pergi. Apa kamu keberatan?"
"Silakan," jawab Irma tanpa menatap suaminya.
"Mami," bentak Tatjana dan Tita secara bersamaan.
"Pergi lah mas, lagian, ada tidaknya kamu di antara kami juga tidak papa. Aku dan anak-anak sudah terbiasa tanpa kamu di sini," lanjut Irma menatap Gunawan datar, membuat pria itu menelan ludahnya susah payah.
Walau disindir seperti itu oleh anak dan istrinya, Gunawan tetap pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun lagi.
Tita menatap Irma memprotes. "Mami kenapa sih biarin papi pergi begitu aja?!" tanyanya membentak.