Yogyakarta
Pesantren Darussalam
Di asrama putri..
"Mar, marni", kata Asih.
"Apa sih ?", tanya Marni.
"Tunggu, aja nesu dong mar karo aku"
(Tunggu, jangan marah dong Mar dengan saya), jawab Asih.
"Mboh lah, hemm.."
(Tidak tau lah, hemm..), kata Marni.
Di depan kamar Titah, Dilla, dan Gina..
"Alhamdulillah akhirnya bisa merasakan kasur di asrama putri lagi, dan juga bisa menuntut ilmu di pesantren darussalam lagi", kata Titah.
Di kamar Titah, Dilla, dan Gina..
"Kowe ngapa Dill, saka mau aku perhatikan kowe melamun wae, mikirin apa hayo, mikirin Rivan ya ?"
(Kamu kenapa Dill, dari tadi saya perhatikan kamu melamun saja, mikirin apa hayo, mikirin Rivan ya ?), tanya Gina.
"Penak wae, mana ana aku mikirin Rivan, Gin"
(Enak saja, mana ada saya memikirkan Rivan, Gin), jawab Dilla.
"Lah terus ngapa kowe melamun, cerito Dill, yen ana apa-apa ?"
(Lah terus kenapa kamu melamun, cerita Dill, kalau ada apa-apa ?), tanya Gina lagi.
"Dadi kaya iki loh Gin, aku iki merasa ada sing kurang neng kamar iki Gin, tapi apa ya ?"
(Jadi seperti ini loh Gin, saya ini merasa ada yang kurang di kamar ini Gin, tapi apa ya ?), tanya Dilla.
"Oh iya, kira-kira apa ya Dill ?", tanya Gina lagi.
"Loh aku tanya marang kowe, kok kowe malah tanya iseh nang aku sih, haduh Gina, Gina.."
(Loh saya tanya ke kamu, kok kamu malah tanya lagi pada saya sih, haduh Gina, Gina..), keluh Dilla.
Di depan kamar Titah, Dilla, dan Gina lagi..
"Masuk ke kamar lah, loh kok di kunci, astaghfirullahalazim, lupa saya pasti ada Dilla dan Gina deh di dalam, assalamu'alaikum Dill, Gin", kata Titah.
Di kamar Titah, Dilla, dan Gina lagi..
"Ahha aku tau Dill", kata Gina.
"Titah..", sambung Dilla.
Di depan kamar Titah, Dilla, dan Gina lagi..
"Kok gak ada yang nyaut ya, kunci yang ku pegang gak bisa masuk lagi, itu tandanya kan di dalam ada orang, coba sekali lagi ah..", kata Titah.
Di kamar Titah, Dilla, dan Gina lagi..
"Dill..", kata Gina.
"Iya ngapa Gin ?"
(Iya kenapa Gin ?), tanya Dilla.
"Kok kaya e neng njaba ana sing memberikan salam, sapa ya ?"
(Kok seperti nya di luar ada yang memberikan salam, siapa ya ?), tanya Gina.
"Oh iya bener kowe, aku ra ngerti sapa Gin, aja-aja"
(Oh iya benar kamu, saya tidak tau siapa Gin jangan-jangan), jawab Dilla.
"Titah..!!", seru Dilla dan Gina.
Di depan kamar Titah, Dilla, dan Gina lagi..
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Dilla dan Gina.
"Wa'alaikumussalam, Titah", Dilla dan Gina menjawab salam dari Titah.
"Loh, loh, ngapa ta iki, ana apa ta ?"
(Loh, loh, kenapa sih ini, ada apa), tanya Titah.
"Ra apa-apa ya Gin, kita kangen karo kowe kok tah, ya ta Gin ?"
(Tidak apa-apa ya Gin, kita rindu dengan kamu kok tah, ya kan Gin ?), tanya Dilla.
"Iya tah, awake kangen karo kowe, anyar wae awake omongin eh kowe teka, berarti kuwi tandanya dawa umur kowe, tah"
(Iya tah, kita rindu dengan kamu, baru saja kita omongin eh kamu datang, berarti itu tandanya panjang umur kamu, tah), jawab Gina.
"Oalah ku kira ana apa, ya padha aku uga kangen karo kalian berdua, oh ya aku ada oleh-oleh kanggo kalian berdua, titipan saka bude lan pakde ku, tunggu ya aku taruh tas dhisik neng kamar, lan awake bungkar oleh-oleh saka bude lan pakde ku neng jero kamar wae lan amiin terimakasih doanya Gina lan Dilla"
(Oalah ku kira ada apa, ya sama aku juga rindu dengan kalian berdua, oh ya saya ada oleh-oleh untuk kalian berdua, titipan dari bude kan pakde ku, tunggu ya saya taruh tas dulu di kamar, dan kita bongkar oleh-oleh dari bude dan pakde ku di dalam kamar saja dan amiin terimakasih doanya Gina dan Dilla), kata Titah.
"Padha-padha tah"
(Sama-sama tah), sambung Dilla dan Gina.
Di rumah pak Sobri
Di kamar pak Sobri dan bu Indri..
"Suamiku mana ya, oh ya lupa lihat jam, sudah jam berapa ya sekarang, ya Allah sudah jam setengah delapan malam, cari suamiku dulu deh, habis itu baru siapkan makan malam di meja makan", kata bu Indri.
Di ruang tv..
"Nak, mil, ibu minta tolong dong, tolong bantu ibu untuk siapkan makan malam leh, loh kok anakku si Kamil yang paling ganteng setelah bapaknya tidak di rumah, suamiku juga sama belum pulang juga, dua-duanya kemana ya, hemm..?", bu Indri bertanya-tanya sendiri.
Di depan rumah pak Sobri..
"Haduh dik Ajeng tambah ayu wae, dadi tambah gemes aku karo panjenengan, dik, dik Ajeng.."
(Haduh dik Ajeng tambah cantik saja, jadi tambah gemas saya dengan kamu, dik, dik Ajeng..), kata pak Sobri yang sedang melamun memikirkan bu Ajeng.
"Loh punika bapakku ta, ngapain nuwun teng ngrika, samperin kemawon deh, pak, bapak, assalamu'alaikum, pak, rama"
(Loh itu kan bapakku, ngapain ya di sana, samperin saja deh, pak, bapak, assalamu'alaikum, pak, bapak), kata Kamil yang melihat pak Sobri sedang melamun memikirkan bu Ajeng.
"Wa'alaikumussalam leh, sampun ngrika mlebet dhateng lebet dalem"
(Wa'alaikumussalam nak, sudah sana masuk ke dalam rumah), kata pak Sobri yang masih melamun memikirkan bu Ajeng.
"Rama ngapain teng mriki, rama ugi mlebet dong pak ?"
(Bapak ngapain di sini, bapak juga masuk dong pak ?), tanya Kamil.
"Mangke kemawon, panjenengan mlebet kemawon rumiyen, rama taksih kresa teng mriki kaliyan memikirkan dik Ajeng ku sayang, sampun ngrika mlebet mil, mlebet"
(Nanti saja, kamu masuk saja duluan, bapak masih mau di sini sambil memikirkan dik Ajeng ku sayang, sudah sana masuk mil, masuk), jawab pak Sobri.
"Iya pak, iya", kata Kamil.
Di ruang tengah..
"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada bu Indri.
"Wa'alaikumussalam", bu Indri menjawab salam dari Kamil.
"Kamil, sampun kondur panjenengan, leh, oh nggih bapakmu pundi ?"
(Kamil, sudah pulang kamu, nak, oh ya bapakmu mana ?), tanya bu Indri.
"Wonten teng njawi bu"
(Ada di luar bu), jawab Kamil.
"Oh mekaten nggig sampun ibu kresa dhateng bapakmu rumiyen, oh nggih setunggal iseh leh, ibu kresa suwun tolong sami panjenengan, tolong panjenengan siapkan dhahar dalu teng meja dhahar nggih"
(Oh begitu ya sudah ibu mau ke bapakmu dulu, oh ya satu lagi nak, ibu mau minta tolong sama kamu, tolong kamu siapkan makan malam di meja makan ya), kata bu Indri.
"Inggih bu, tapi mangke nggih telas Kamil siram"
(Iya bu, tapi nanti ya habis Kamil mandi), sambung Kamil.
"Inggih leh, mboten apa, ibu tinggal dhateng ngajeng nggih, susul bapakmu"
(Iya nak, tidak apa, ibu tinggal ke depan ya, susul bapakmu), kata bu Indri lagi.
"Iya bu", sambung Kamil lagi.
Di depan rumah pak Sobri lagi..
"Bener sing neng bilang Kamil, bojo ku ana neng kene"
(Benar yang di bilang Kamil, suamiku ada di sini), kata bu Indri.
"Yen lagi memikirkan dirimu eling babagan iki dik"
(Kalau sedang memikirkan dirimu ingat tentang ini dik), kata pak Sobri yang masih memikirkan bu Ajeng.
"Bojo ku mau bilang dik, dik sapa sing bojo ku maksud, aku atau mbak Ajeng, ku tanya wae lah"
(Suamiku tadi bilang dik, dik siapa yang suamiku maksud, saya atau mbak Ajeng, ku tanya saja lah), kata bu Indri lagi.
"Mas Sobri, dik sinten ingkang panjenengan pangangkah punika ?"
(Mas Sobri, dik siapa yang kamu maksud itu ?), tanya bu Indri.
"Nggih dik Ajeng lah, memangnya sinten iseh selain panjenengan, dik Ajeng ku"
(Ya dik Ajeng lah, memangnya siapa lagi selain kamu, dik Ajeng ku), jawab pak Sobri.
"Oh sanes garwa panjenengan Indri, mas ?"
(Oh bukannya istrimu Indri, mas ?), tanya bu Indri lagi.
"Indri memang garwa kula dik Ajeng, tapi teng atiku menika tetap namung setunggal wonten putri, yaiku dik Ajeng seorang"
(Indri memang istriku dik Ajeng, tapi di hatiku ini tetap hanya ada perempuan, yaitu dik Ajeng seorang), jawab pak Sobri lagi.
"Oh dadi ngono ya mas, mas Sobri.."
(Oh jadi begitu ya mas, mas Sobri..), kata bu Indri yang marah pada pak Sobri.
"Dik Indri, hehe", sambung pak Sobri.
"Apa, ini rasakan, emm..", kata bu Indri lagi yang mencubit pak Sobri.
"Awwww.., sakit dik", kata pak Sobri yang di cubit oleh bu Indri.
"Rasakan, hukuman untukmu neng jero ya mas"
(Rasakan, hukuman untukmu di dalam ya mas), kata bu Indri lagi yang akan memberikan hukuman untuk pak Sobri.
"Haduh hukuman lagi, mati lah aku, haduh, haduh..", keluh pak Sobri.