Pukul 5:30 pagi, Zania telah bersiap untuk pergi, meninggalkan kehidupan yang telah 4 tahun ini Ia jalani. sejujurnya Ia tak ingin pergi, Namun, mau bagaimana lagi, Ia pun tak ingin lebih lama jauh dari Ibunya. Zania gadis berusia 11 tahun dituntut untuk dewasa sejak dini, meski hati kecilnya selalu memberontak. Tak ada yang dapat ia lakukan. Ia terpaksa terus melangkah mengikuti jejak Ayahnya dan Fachri, Fachri adalah adik dari Zania
"teh,kita teh mau ketemu Umi kan ya?," tanyanya.
"Iyah,kita mau ketemu Umi," jawab Zania.
"aseeek," tuturny kegirangan
"terus kita sekolahnya bakal pindah ya teh?,"
Zania diam, Ia hanya menggedikkan bahu.
setelah sampai di terminal mereka pun segera mencari bus jurusan merak-bandung.
tak begitu lama mereka mencari mereka langsung masuk dan duduk di kursi. belum terlalu banyak kursi terisi Zania masih terus diam dan melamun pandangannya terus menatap ke jendela.
"Kamu kenapa diem terus, mau beli makanan ga?," tanya sang Ayah
"mumpung lagi banyak tukang asongan nihh," sambungnya.
Zania hanya hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa Ia tak ingin apa pun,
"Ade mau itu pak," ucapnya menunjuk salah satu tukang asongan.
Zania hanya diam melirik sang adik.
"kamu bener gamau teh?," tanya tuan Kenan sekali lagi.
aku tetap diam dan hanya menggelengkan kepala.
"Bukannya teteh belum makan-makan ya dari kemarin?, emangnya, ga laper teh?," cecar Fachri.
"kalo lagi makan tuh diem jangan banyak ngomong," ketusku.
Fachri menunduk sambil cemberut.
bus sudah terisi penuh kenek pun sudah memberi aba-aba kepada sopir agar segera berangkat.
perjalanan masih sangat panjang 5-6 jam kurang lebih, Karna sekarang sudah ada jalan alternatif ke tol Cipularang jadi tidak begitu jauh untuk menempuh,