Chereads / It’ Precious / Chapter 11 - Vila di Puncak

Chapter 11 - Vila di Puncak

Untuk liburan mengawali tahun baru 2008 ternyata keluarga Natawijaya menyewa sebuah villa di Puncak yang bernuansa pedesaan. Jauh dari hiruk pikuk kota dan juga rumahnya bernuansa saung ala-ala villa di Bali.

Perjalanan yang ditempuh oleh keluarga inti Vanka menempuh sekitar kurang lebih hampir satu jam lima belas menit. Dan saat jam tujuh lebih lima belas saat ini, mobil mereka sudah sampai di sebuah pekarangan tempat parkir dimana bisa muat banyak mobil dengan kapasitas yang cukup luas.

Sebelum mobil keluarga kecil Haikal telah sampai masuk ke pekarangan villa ini, sejalan-jalan mereka mendapati pemandangan alam yang indah sekali.

Tidak diayal jika villa itu punya ambience bagus, apalagi dekat dengan banyak perkebunan salah satunya adalah perkebunan berbagai macam bunga dan buah apel serta strobery.

Tidak lupa juga sawah yang membentang luas di beberapa sisi yang ada. Menambah pengalaman tinggal di pedesaan yang cukup bersih serta udaranya segar.

Mobil milik keluarga Haikal itu pun mulai mengeluarkan beberapa penumpang dan pengemudinya. Papa dan Mama serta disusul oleh ketiga anak perempuannya. Mereka yang sudah datang disambut oleh beberapa sanak keluarga lainnya.

Tante Sita dan Om Panji tidak lupa ketinggalan Bude Wuni yang baru saja keluar dari dalam pelataran vila itu menyambut kedatangan Mama Rina dan Papa Haikal.

Karenanya Mama dan Papa pun menyuruh ketiga anaknya untuk duluan masuk ke dalam vila mengerti jika Mama dan Papa masih harus mengeluarkan koper-koper mereka yang akan dibantu oleh Tante Sita, Om Pandu serta Bude Wuni.

"Nak, kalian semua masuk duluan ke dalam ya. Katanya di dalam sudah ada Yuma, Erwin, Ochi, Mbak Ghina dan banyak lainnya. Kalian kumpul dulu saja sama mereka," kata Papa menyuruh ketiga anaknya masuk terlebih dahulu ke dalam pelataran vila.

Tanpa banyak kata akhirnya mereka bertiga pun langsung berjalan menjauhi mobil milik Papa dan masuk ke dalam pelataran vila yang dilalui dengan sebuah gerbang dimana di dalam nya ada sebuah kolam ikan koi dan bangunan pendopo utama yang terdiri dari sebuah ruangan luas indoor yang tertutup kaca berisi banyak sofa-sofa yang terlihat empuk serta sudah ada banyak para anggota sepupu dan keponakan keluarga Natawijaya yang berada di dalam pendopo indoor di situ.

Nuansa bangunan di sana seperti bangunan saung modern dimana batu alam menjadi daya tarik dari sebuah eksterior yang ada.

Karena sudah menemukan di mana para sepupu-sepupu lainnya berkumpul, akhirnya mereka bertiga pun langsung saja masuk ke dalam pendopo indoor yang terlihat sangat nyaman.

Lisya, Syika dan Vanka juga diberi salam ucapan atas kedatangan mereka yang dibilang paling telat dari semua sanak keluarga yang sudah berkumpul di sana.

Ketiga gadis yang adalah anggota keluarga Natawijaya itu pun duduk di sofa yang saat itu masih tersisa dan bisa diduduki oleh ketiganya. Suasana di dalamnya ramai dengan banyak celotehan para anggota sepupu.

Seperti biasa, Vanka mendekati Yuma yang ada di salah satu sudut ruangan dimana dia berada di dekat jendela. Sedang mengamati keadaan sekitar. Vanka pun mendatangi Yuma, dia menanyakan apakah dia bisa diajak satu kamar dengannya.

Karena tidak mungkin dia akan satu kamar dengan kedua Kakaknya. Tapi jika Vanka bisa memilih, dia masih ingin bisa mengajak bicara Kak Lisya. Dan itu tidak memungkinkan karena dia tau itu akan merusak suasana yang ada. Apalagi di saat liburan natal seperti ini.

"Yuma., kamu nanti satu kamar dengan siapa? Sepertinya yang aku lihat villa saung ini punya banyak kamar yang bisa dipilih untuk ditempati. Satu kamar dengan aku ya, Yum. Aku lagi nggak bisa satu kamar sama kakak-kakakku yang lain," kata Vanka meminta bantuan Yuma untuk menemaninya satu kamar.

"Sepertinya aku belum menentukan. Tapi nggak mungkin aku satu kamar dengan adik lelakiku. Aku ingin satu kamar dengan sesama perempuan. Boleh juga, sih," jawab Yuma yang mulai mengiyakan ajakan Vanka satu kamar.

"Oke, kalau gitu. Kita sama-sama aja di pendopo sampai kita nanti diminta buat pilih kamar. Oh, iya. Apa kamu sempat jalan-jalan disekitaran sini? Aku lihat sepanjang jalan kalau banyak tempat bagus untuk didatangi nanti," cetus Vanka yang ingin mengajak Yuma jalan-jalan sekeliling tempat yang ada di dekat Vila.

"Belum. Oh ya, aku tadi yang paling pertama datang. Aku berangkat terlalu pagi dan ketiduran sepanjang jalan. Aku bahkan belum tau bagaimana keadaan di sekitar vila ini. Bagus juga kalau kita nanti bisa jalan-jalan. Lumayan suntuk juga kalau kita di berada di vila terus," kata Yuma sepakat jika dia akan ikut Vanka jalan-jalan menelusuri sekitaran vila itu.

Dengan Yuma yang menjawab pertanyaan Vanka secara bersahabat, membuat Vanka tidak menaruh curiga kepada sepupunya itu.

Padahal sebenarnya Yuma adalah satu dari segelintir anggota kerabatnya yang tau bagaimana dengan keadaan Vanka sebenarnya. Dan dia diberi tugas oleh anggota keluarganya, agar dia bisa menemani Vanka tanpa membuat Vanka curiga. Terutama dengan menjadi teman dekatnya.

Semua pihak keluarga ini tidak ingin masalah yang sudah diketahui oleh Vanka akan berakibat fatal dengan keberadaan Lisya juga. Mereka memilih agar semua menutupi kesalahan Lisya, dibalik keinginan mereka supaya Lisya bisa bahagia.

Nyatanya mereka mengkhawatirkan jika dengan masalah ini Vanka tidak bisa mengabulkan permintaan sanak keluarganya. Salah satu dari beberapa keinginan paling sederhana adalah agar Vanka sadar siapa dirinya di keberadaannya dengan alasan dasar kenapa dia ada ruang lingkup anggota keluarganya sekarang ini.

Sayangnya sampai sekarang yang sudah dilakukan oleh pihak keluarganya barulah hal yang sederhana. Mereka hanya berusaha agar Vanka mengetahui bagaimana keberadaannya di keluarganya.

Yang diusahakan oleh Mama Rina, Syika dan Lisya agar Vanka bisa memergoki ketiganya sedang berpura-pura mengobrol. Dengan pembicaraan penting yang singkat mengenai Vanka dan keberadaannya di keluarga ini tanpa keinginan banyak sanak keluarganya. Dan ini ada kaitannya dengan Kakak kandungnya, Lisya.

Ketika semua para anggota tetua keluarga Natawijaya sudah kembali ke pendopo utama dimana mereka baru saja berurusan dengan bagasi atau koper bawaan.

Kedatangan banyak para Bude-bude, Tante, Om dan Pakde berserta Mama dan Papa, menandakan jika seluruhnya sudah bisa langsung menuju ke kamar masing-masingnya.

Kali ini para tetua akan berada di pendopo sebelah barat dimana dekat dengan pendopo utama. Serta semua sepupu tua akan ada di pendopo yang bersebelahan dengan pendopo sepupu muda, tepatnya di bagian tengah dekat dengan kolam renang.

Di dalam pendopo setidaknya ada sekitar empat-lima kamar yang bisa digunakan dan mereka bebas memilih mau di mana dan dengan siapa. Suara menggema Bude Inn terdengar dan membuat sontak Vanka mengajak Yuma untuk segera ke pendopo tempat dimana sepupu muda berada.

"Yuk,, Yuma. Kata Bude Inn para sepupu muda dapat tempat di pendopo bagian tengah di sebelah kiri. Kita harus memilih kamar yang sesuai, jika kamu mau dapat kamar yang bagus. Siapa cepat dia dapat," kata Vanka yang kemudian mengalungkan tangannya itu mengajak Yuma yang sudah menyamakan jalannya dengan Vanka.

Tidak lama mereka berjalan menusuri pendopo di bagian depan dan melewati kolam renang di tengah-tengah bagunan pendopo berjumlah lima banyaknya, mereka sampai di pendopo dimana para sepupu muda akan bertempat di sana.

Sudah banyak para sepupu muda di sana. Vanka, Kak Lisya, Kak Syika, Yuma, Erwin, Ochi, Alfino, dan Karin yang sudah sampai di pendopo tengah di bagian kiri, dekat dengan pendopo tengah bagian kanan di mana para sepupu tetua ada di sana.

Untung saja pendopo bagian untuk sepupu muda punya sejumlah empat kamar. Dimana semuanya mendapat jatah kamar, sekamar dua orang.

Vanka dan Yuma memilih kamar bagian atas bersamaan dengan Kak Lisya juga Kak Syika. Sedangkan yang lainnya ambil di kamar bagian bawah. Kamar di atas sama-sama menjorok kearah balkon. Bedanya kamar mereka berdua adalah jenis kasurnya. Ada yang single dan ada yang double.

Vanka dan Yuma mengambil kasur single. Setelah mereka berdua sudah memilih kamar, akhirnya mereka berdua bergantian membawa koper mereka menuju ke dalam kamar yang sudah mereka pilih.

Sesudahnya, Vanka dan Yuma pun mulai melihat-lihat pemandangan dari luar balkon. Memang Vila itu sangat bagus, pemandangan dari lantai dua di kamarnya menjorok ke sebuah terasiring yang ada di salah satu ruas jalan di dekat Vila berada. Sepertinya Vanka mulai ingin segera bisa jalan-jalan kesekeliling wilayah sekitar Vila ini.

Dia pun mengajak Yuma yang sama-sama ada di balkon sedang duduk di salah satu kursi kayu anyaman yang terdapat di sana. Agar mereka bisa jalan-jalan memutari wilayah yang sangat asri dan menyenangkan untuk didatangi.

"Yum, kamu nggak mau jalan-jalan keliling wilayah sekitaran vila sini? Sekarang masih jam delapan pagi, kiranya masih pagi untuk bisa jalan-jalan sekeliling vila. Udaranya masih segar dan ada masih ada banyak penduduk sekitarnya yang bisa kita tanyai tentang daerah ini. Katanya kamu sedari perjalanan ke sini nggak sempat liat pemandangan disekitar. Yuk,," ajak Vanka ke Yuma. Melihat jika ternyata Yuma merasa tertarik, dia pun tidak menolaknya. Tapi dia berkata, akan lebih baik jika dia ajak banyak sepupu muda lainnya.

"Ayuk,, tapi aku lebih senang lagi kalau kita pergi rame-rame. Ajak yang lainnya, Vanka," kata Yuma saat itu memberi saran.

Karena Vanka mengiyakannya akhirnya dia pun langsung saja pergi ke dalam kamarnya dari balkon dan menuju keluar untuk mencari dimana anggota keluarga sepupu muda lainnya.

Dia menemukan ada Kak Lisya dan Kak Syika berada tepat di dalam kamarnya. Karenanya dia pun langsung saja mengajak keduanya yang juga mengiyakan ajakan dari Vanka. Dan begitu pula dengan semua anggota sepupu muda lainnya.

Karena mereka sudah saling bersiap-siap untuk pergi menyusuri sekeliling wilayah yang ada di seputaran vila ini, akhirnya mereka pun hendak pergi.

Tapi sebelumnya, Lisya menyuruh kebanyakan anggota sepupu muda lainnya untuk menunggu dia pamit ke banyak para anggota tetua lainnya. Dan selian Lisya mereka semua menunggu cukup menungu saja Lisya kembali ke pendopo tengah dimana adalah tempat para sepupu muda ada berada.

Sedangkan Lisya sedang pergi ke pendopo depan dimana dia tau banyak para anggota tetua ada di sana. Ternyata dia salah tebak, semua anggota para tetua sedang berada di pendopo utama dimana semua para sepupu dan keponakan ada di sana sebelumnya.

Mengetahui itu Lisya pun langsung saja pergi ke sana. Suasana di pendopo utama sepertinya terfokus dengan adanya sebuah percakapan antara para Bude, Pakde, Tante, Om serta Mama dan Papa.

Karena ruangan ditutup rapat dan kedap udara, Lisua tidak tau apa yang sedang dibicarakan. Lisya yang hampir membuka pintu kaca ketika semua sedang tidak sadar dengan keberadaannya.

Tapi dia dengan tidak sengaja mendengar percakapan salah seorang anggota keluarganya yang saat itu seperti sedang berdiskusi dan mengemukakan pendapatnya itu. Itu adalah Bude Wuni. Walaupun suaranya tidak nyaring tapi suara Budenya itu cukup bisa didengar.

"Kalau memang kamu, Rin. Memilih agar Lisya dan Vanka tidak punya masalah kedepannya. Itu salah. Kasihan kalau Lisya harus menunggu. Bude tau kamu juga ada sama pemikiran dengan bude. Segala kesalahan Lisya juga adalah tanggungan dia dan kita. Setidaknya Vanka harus tau jika posisi dia tidak baik, bukannya malah takut jika terjadi sesuatu kalau dia tau kesalahan Lisya," apa yang dikatakan oleh Bude Wuni terdengar di benak Lisya. Sesaat dia tau apa yang sedang dibicarakan semua anggota tetua.

Karena belum ada yang melihat keberadaannya, dia pun langsung saja kembali ke pendopo tempat banyak sepupu muda menunggu dia berpamitan pergi mengeliling daerah sekitar vila ini.

Dia berjalan dengan sama memikirkan apa yang sudah didengarnya itu. Tapi itu membuat kepalanya jadi pusing karena dia tau arah pembicaraan sebenarnya.

Mengerti itu, dia langsung saja mencari anggota sepupu tua untuk saling berkabar jika dia dan banyak sepupu muda ingin pergi untuk mengelilingi daerah sekitaran vila.

Dalam jalannya dia masih terngiang-ngiang akan perkataan Budenya, semua takut dia tidak bahagia di saat Vanka masih ada. Tapi semua keluarga tidak ingin kesalahannya diketahui semuanya. Singkatnya seperti itu.

Tapi ada baiknya juga kalau dia melupakan pemikirannya. Setidaknya sepupu tuanya, Angie mengatakan tentang keberadannya di pendopo sepupu tua. Lisya pun berpamitan agar para sepupu muda akan berjalan-jalan mengeliling vila.

Dan para sepupu tua pun juga saling antusias untuk ikut serta juga. Dan Lisya pun disuruh menunggu banyak sepupu tua lainnya bersiap-siap. Dan Lisya mengatakan jika sudah siap mereka akan menunggu para sepupu tua di pendopo sepupu muda, yang Mbak Angie pahami itu.

Lisya pun kembali ke pendomo sepupu muda. Dia berbasa-basi mengatakan jika dia sudah berpamitan dengan banyak tetua dan mengajak sepupu tua untuk ikutan. Dan mereka akan pergi saat para sepupu tua menghampiri mereka semua.

Dengan semua anggukan banyak sepupu muda lainnya, Lisya pun tinggal bersantai di sebuah altar depan pendopo dimana dia berada.

Tapi mukanya sedang tidak santai. Mengetahui itu, Syika pun bertanya ke Lisya dengan diam-diam. Tanpa diketahui siapa saja yang saat itu menunggu di dalam pendopo.

"Kak, kayaknya ada hal yang kamu tutupi. Tadi kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Syika perhatian.

"Nggak apa-apa, Syika. Nanti malam aku cerita ke kamu. Nggak enak kalau diomongin di sini," kata Lisya dengan lebih membuat mukanya tidak lagi tegang.