"Long time no see, Laras"
Suara itu...
Laras menolehkan kepalanya disusul dengan Verga yang mengikutinya. Wajah Laras benar benar terkejut melihat sosok yang tersenyum menatap kearahnya yang berjarak kurang lebih satu meter dihadapannya. Verga tampak menggeram emosi menatap pria tersebut.
Pria yang mati matian ia hapus dari ingatannya selama ini. Sekarang muncul dengan wajah yang tampak tidak memiliki rasa bersalah sama sekali. Verga benar benar kesal dibuatnya, ah, senyuman itu. Bagaimana bisa ia menunjukkannya setelah membuat gadis kesayangannya rapuh karena ulah bajingannya.
Oke, sekarang Laras benar benar tidak tau harus menunjukkan ekspresi seperti apa dihadapan mantan kekasihnya. Wajahnya masih penuh kejut mendapati kendati makhluk menyebalkan yang masih tersenyum itu.
"How are you? fine?"
Pertanyaan yang satu itu sukses membuat Verga mengepalkan tangannya kuat dibalik Hoodie kebesarannya. Apa maksud pria dihadapannya ini, apakah dia meledek Laras yang tampak memang rapuh dimatanya.
"She always fine, even if without you!" jawab Verga berniat mewakili Laras yang masih terdiam menatap pria itu.
Atensi Varo mengarah sepenuhnya pada laki laki yang berdiri tepat disamping mantan kekasihnya, "Ah, kau ada disini juga?"
Verga terkekeh pelan lalu menatap kearah Varo, ada rasa kesal menjelajar ditubuhnya. Bagaimana bisa dirinya yang sebesar ini tidak terlihat dimata pria sialan itu.
"Menurutmu?" kali ini Verga bertanya dengan nada ketusnya yang membuat Varo tersenyum lagi. Ah, Verga benar benar membenci senyuman itu.
Lidah Laras seakan keluh untuk berbicara meski hanya satu kata saja. Pria yang ada dihadapannya kembali muncul setelah setahun lamanya berada di Rusia. Ia masih mengingat betul mimik wajah serius yang ditunjukkan oleh Varo ketika meminta hubungan antara mereka berdua harus berakhir.
Alasannya sangat tidak masuk akal bagi Laras. Yang benar saja, ia memutuskan hubungan keduanya secara sepihak dengan alasan ia harus fokus pada tugasnya sebagai mahasiswa pertukaran Indonesia ke Rusia. Padahal bagi Laras itu tidak masalah sama sekali, mereka masih bisa berhubungan jarak jauh yang terpenting kesetiaan masih mengikat keduanya. Tapi yang diharapkannya justru bertolak belaka dengan Varo.
Sebulan setelah keberangkatan Varo ke Rusia, Laras banyak mendengar mengenai rumor tentang mahasiswa tampan dan cerdas itu ternyata memiliki seorang kekasih di negara yang dikunjunginya. Fikiran Laras menjelajah kemana mana, ia sudah berasumsi bahwa Varo mungkin sudah memiliki hubungan dengan gadis Rusia itu ketika dirinya masih berhubungan dengan Varo. Mengingat pria itu yang memiliki banyak kerabat di Rusia, tidak menutup kemungkinan jika Varo lebih tertarik dengan gadis itu dibandingkan dirinya.
"Oh yah, Verga kau tampak masih sama. Tidak berubah sama sekali," ungkap Varo yang membuat Verga menaikkan sebelah alisnya bingung menatap Varo.
"Pertanyaanmu kedengarannya seperti kita akrab saja, padahal menurutku kita tidak lebih dari sekedar teman kampus biasa," ujar Verga yang terkekeh diakhir kalimat.
Varo kembali mengangkat sudut bibirnya, "Off course Mr.Verga. bagiku orang yang memiliki hubungan baik dengan Laras adalah sahabatku juga," pungkas Varo yang kemudian tersenyum kemenangan karena sudah menjawab pertanyaan jebakan dari Verga untuknya dengan tepat.
Verga kembali tersenyum meremehkan, "Memang apa hubunganmu dengan Laras?"
DAMN!
Bibir Varo tiba tiba terkatup rapat, pria dihadapannya benar benar seperti sengaja menjebak dirinya dengan pertanyaan gilanya. Sebenarnya Varo punya jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Verga kepadanya, tapi ia merasa tidak punya hak lagi untuk mengatakan itu.
"Hanya mantan kekasih, tidak lebih," kali ini wanita yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya mulai bersuara. Laras mengarahkan pandangannya pada Varo, wajahnya ia ubah sedatar mungkin.
Tidak, bukan jawaban itu yang diinginkan Varo. Ia mengharapkan sesuatu yang lebih, memang terdengar tidak tau diri, tapi itulah kenyataannya.
"I'm sorry Laras," tutur Varo.
Buru buru Laras menggelengkan kepalanya, "You have no wrong, Varo. Aku yang terlalu berharap lebih disini. Aku fikir kau memiliki perasaan yang sama denganku, ternyata tidak. Kau hanya menjadikanku bahan pelampiasan ketika berada jauh dari kekasihmu disana, hubungan kita mungkin hanya sebuah kesalah pahaman. Kau bisa menganggap hubungan kita yang dulu hanyalah sesuatu yang konyol, dan tenang saja, aku tidak akan memberitahu siapapun termasuk kekasihmu bahwa kita pernah memiliki sebuah hubungan."
Baru saja Varo ingin mengangkat suara, Laras sudah lebih dulu menyelanya. "Jadi menurutku, tak ada yang salah disini. Semuanya hanya benar benar kesalah pahaman," Laras menarik nafas setelah mengucapkan kalimat yang lumayan panjang itu kepada Varo. Mati matian ia menahan nafasnya yang tercekat,ada sesuatu yang benar benar tersuntuk dalam hatinya.
"Tapi kedengarannya kau masih belum memaafkanku, Laras. Lalu, bagaiman dengan hubungan kita setelah ini. Ehm, maksudku hubungan pertemanan kita,"
"Untuk masalah itu kau tidak perlu khawatir. Tali yang sudah putus memang masih bisa disambung kembali tapi tidak akan terlihat bagus seperti diawal lagi, kuharap kau mengerti maksudku. Dan benar yang dikatakan Verga, ikatan kita saat ini hanya sebagai teman kampus, tidak lebih," jawab Laras. Ia melihat raut wajah kecewa yang ditunjukkan oleh Varo saat ini.
Verga POV
Aku tersenyum senang mendengar penuturan dari Laras. Sedikit tidak puas memang, harusnya Laras memakinya dengan beberapa kata kata yang memang patut didapatkan bajingan itu. Tapi tidak masalah, mungkin bisa lain kali.
Aku merasa yang berbicara tadi bukanlah Laras. Pasalnya gadis ini memiliki sifat yang pemarah dan keras kepala, kadang menjadi gadis ter rapuh juga dimataku. Baru kali ini aku melihatnya berbicara dewasa tanpa melibatkan emosi dan air matanya, oh aku mengerti sekarang. Mungkin dia belajar kata kata itu dariku yang cerdas ini, ada rasa bangga tersendiri dalam diriku.
Ah, sepertinya aku harus mengajarinya kata kata savage yang bisa ia gunakan untuk menusuk hati dari mantan kekasihnya yang sudah membuatnya menangis hampir tiap malam karena ulah brengseknya.
Setelah lelah bergelut dengan beberapa isi pikiranku, aku kemudian menyadari sesuatu yang menyentuh punggung jari tanganku. Kuarahkan pandanganku kebawah, dan dapat kulihat jari lentik milik sahabatku menggenggam lembut jemariku. Siapa lagi jika bukan Laras.
"Kurasa cukup sampai disini saja percakapan kita, aku ada urusan lain dengan Verga," pungkas Laras. Ia kemudian menarik pelan tanganku dan membawaku keluar dari area kampus. Aku menolehkan kepalaku kebelakang dan bisa kulihat Varo yang terdiam mematung menatap kearah Laras, lagi lagi aku tersenyum kemenangan.
-
Dugaanku sejak awal memang benar, yang berbicara tadi bukanlah Laras. Lihatlah, saat ini ia kembali terisak dimobilku, lebih tepatnya di sampingku. Laras memang orangnya sedikit tidak tegaan, apalagi kepada seseorang yang pernah singgah dihatinya. Aku memberinya beberapa helai tisu yang diterima lemah olehnya. Kuelus lembut surai hitamnya yang panjang guna memberinya ketenangan.
Verga POV end
Suara isakan dari gadis itu sudah mereda, sepertinya dia sudah tenang. Verga menurunkan tangannya dari surai hitam milik Laras. Gadis itu menoleh dengan mata sembab dan hidungnya yang sudah memerah. Benar benar wajah yang menggemaskan bagi Verga.
"Ingin ke taman hiburan dengan ku tidak? Susasan disana akan membuatku kembali tenang, aku yakin," ajak Verga yang dibalas anggukan oleh Laras. Verga hanya tersenyum tipis kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan kota itu.