Hidup ini terasa bahagia ketika kamu di kelilingi oleh keluarga yang harmonis, yah tentu saja itu adalah hal yang paling di inginkan oleh semua orang.
Namaku adalah devis, aku memiliki kedua orang tua yang sangat baik, dan juga keluarga kami adalah keluarga yang harmonis. walau hidup kami memiliki keterbatasan dalam hal finansial, itu tidak membuat kami menjadi sebuah keluarga yang putus asa.
Aku tidak memiliki seorang adik dengan kata lain aku adalah anak tunggal yang hanya mereka miliki. Mereka sangat sayang terhadapku, walau sedikit egois, apa yang aku inginkan akan selalu di turuti oleh kedua orangtuaku. saat itu kami sedang megadakan hari perayaan ulangtahunku yang ke 10, mereka sangat antusias akan hal itu, namun tiba-tiba hal mengerikan terjadi...
"Devis sekarang kamu sudah tumbuh menjadi sorang anak laki-laki yang tampan"
"Benar sekali apa yang ibumu katakan, Tapi maaf di hari ulangtahunmu kami tidak bisa memberikan hadiah yang kamu inginkan"
"Tidak apa-apa ayah, aku tetap senang, aku tidak menginginkan sebuah hadiah, hanya ayah dan ibu saja sudah menjadi kado yang sangat berharga bagiku" _Tersenyum_
Mereka berdua tersenyum
"Terimakasih devis, baiklah sekarang kamu buat permohonan, setelah itu tiup lilinya!"
"Baik ibu" _Menggngguk_
Saat aku selesai membuat permohonan dan hendak meniup lilin, kemudian dari luar terdengar suara gaduh yang begitu keras, seperti seseorang tengah mendobrak pintu rumahku.
Mendengar hal itu, kemudian ayahku mulai bangun dan mengecek apa yang terjadi di sana, tidak berapa lama terdengar sebuah suara keras, suara itu adalah suara tembakan, aku dan ibuku yang mendengar suara itu, mulai cemas dan kami berdua memutuskan untuk menyusul ayahku yang saat itu pergi mengecek hal tersebut.
Saat kami berlari menuju arah suara itu, aku kemudian di perlihatkan oleh ayahku yang sudah tidak bernyawa dengan banyaknya darah yang keluar dari tubuh dan kepalanya dan tercecer di lantai.
Aku dan ibuku saat itu syok dan juga tidak percaya dengan apa yang kami lihat, kemudian aku melihat tiga orang, mereka berpakaian serba hitam dan memakai topeng yang menutupi wajahnya, mereka masuk kedalam rumah kami dan kemudian mengarahkan senjata itu ke arah kami berdua.
"Hei kalian berdua..cepat keluarkan barang berharga yang kalian punya, kalu tidak kalian akan bernasip sama dengan orang yang mati di sana!"
"ka..kami tidak memiliki barang yang kalian sebutkan"
"Jangan bercanda cepat berikan..!!"
Saat itu ibuku mulai bergegas memegang tubuh orang yang menodongkan pistol tersebut, dan menyuruhku untuk pergi meninggalkan rumah tersebut, saat itu aku tidak bisa apa-apa, aku menjadi gugup, ketakutan dan sekujur tubuhku gemetar dengan sangat hebat.
Aku hanya bisa melihat ayahku sudah meninggal, dan saat ini ibuku sedang meronta dan menahan orang tersebut, saat itu terjadi kemudian salah satu dari mereka, mengeluarkan pisau dari pinggangnya.
"Jangan melawan, apa kau mau mati?"
"Devis cepat lari dari sini.. cepat.!!"
"Dasar wanita sialan.."
Saat itu mereka bertengkar hebat, dengan ibuku yang masih menahan orang tersebut dengan sedikit kekuatannya, tidak lama kemudian, Aku melihat ibuku jatuh bersimbah darah dengan pisau yang menancap di perutnya, segera setelah itu mereka kemudian pergi dari rumahku, setelah mendengar suara bunyi dari mobil polisi yang saat itu tiba di depan rumahku.
Sekali lagi apa yang kulihat kali ini adalah pengalaman terburuk yang pernah aku alami di hari ulangtahunku.. melihat kedua orangtuaku mati terbunuh tepat di depanku...
Delapan tahun telah berlalu semenjak kematian orangtuaku, semenjak aku di pindahkan ke panti asuhan atas rekomendasi dari kepolisian setempat.
Tidak seperti bayangan orang, bahwa panti asuhan adalah tempat ternyaman yang pernah ada, tempat di mana orang yang tidak memiliki keluarga bisa hidup berdampingan dengan tenang dan damai.
Namun nyatanya itu berbalik dengan apa yang aku bayangkan, bahwa faktanya tempat ini seperti neraka buatku, mereka tidak baik seperti apa yang aku fikirkan, mereka memperlakukanku layaknya seorang binatang.
Bahkan mereka hanya memberiku makan satu minggu sekali, dan lebih buruk lagi yang hanya mereka lakukan adalah menjadikanku sebagai seorang pembantu yang haya harus menuruti permintaan dan perintah dari mereka, jika aku tidak mau melakukannya mereka tidak segan menghukumku dengan mencambuk, memukul, bahkan mengurungku tanpa memberikan makanan sama sekali..
Saat itu terjadi aku hanya bisa menangis tanpa bisa melakukan apa-apa dan yang aku ingat hanyalah kedua orangtuaku saja, aku merasa tidak ada gunanya aku hidup di dunia ini dan menerima semua yang telah aku alami selama aku hidup, menurutku ini haya sia-sia.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk kabur dari neraka yang mereka sebut sebagai panti asuhan.
Segala cara aku lakukan untuk bisa keluar dari tempat ini, momen yang aku dapatkan adalah ketika semuanya sudah tertidur dengan pulas.
Aku mengambil sebuah besi dari dalam dapur, dan menggunakannya untuk mencongkel jendela yang ada di belakang dapur, dan menggunakan kesempatan itu untuk pergi keluar dari tempat ini.
Kau tau itu tidak mudah, faktanya sulit untuk kabur dari tempat ini, karna pati asuhan ini sangat ketat sekali.
tapi tuhan sepertinya berpihak kepadaku, akhirnya aku bisa lolos dan kabur dari tempat ini, aku melanjutkan perjalananku, pergi sejauh yang aku bisa dari tempat tersebut, dengan perut lapar, dan memakai pakaian seadanya, aku mencari tempat berlindung.
Sampai akhirnya aku menemukan sebuah tempat sementara, tempat itu terdapat di bawah kolong jembatan, tidak hanya aku, banyak dari mereka yang tinggal di sini lebih dahulu dari pada aku, tubuh lemasku membuat aku tidak bisa berpikir jernih, aku kembali mengingat kedua orangtuaku, setelah itu muncul rasa kantuk dan dingin meyelimuti tubuhku, tanpa sadar aku mulai tertidur di sana.
Keesokan harinya, aku di bangunkan oleh seorang peria tua di sana, yah dia adalah orang yang tinggal lebih dulu disana.
Dia menanyakan apa yang aku lakukan di sini, dia juga menanyakan keluarga dan sebagainya, aku tidak bisa menjawabnya, sepertinya ingatanku tentang mereka membuatku menjadi depresi dan ketakutan.
Hari-hari yang aku lakukan sekarang adalah, tinggal di bawah kolong jembatan ini, untuk sekedar makan, aku hanya bisa mengemis meminta belaskasihan kepada orang yang melewat di sana.
Namun tidak ada satupun dari mereka mau berbelaskasih terhadapku,, tanpa sadar aku menjadi anak yang pendiam, dan tidak percaya kepada siapapun pada saat itu, aku hanya beranggapan bahwa orang-orang macam mereka adalah orang yang sangat biadap dan tidak berbelas kasih, itu seperti aku mengingat kembali masa-masa kelam yang aku dapatkan.
Saat aku berjalan pulang, aku melihat seorang anak yang tengah di buli oleh teman-teman yang lain, aku yang melihat hal itu kemudian, seperti melihat diriku di masa lalu, aku menjadi muak dengan mereka, aku pergi ke arah anak itu dan mencoba membantunya, dan tidak segan aku menghajar mereka tanpa ampun.
"Lebih baik kau cepat pergi dari tempat ini.!"
"Terimakasih" ucap anak itu
"......"
Kemudian segera setelah aku membantu anak itu, aku bergegas pergi, namun tanpa di duga, aku kembali bertemu dengan orang yang tidak asing bagiku, aku tidak begitu mengingat namnya, namun wajahnya masih terngiang di kepalaku.
Mereka kemudian menuju ke arahku..
"Howw.. hei.hei..bukan kah kau Devis??"
"...."
"Sudah lama semenjak kamu bisa kabur dari panti asuhan ya"
"Hahaha lihat dirimu ,sekarang kamu menjadi gelandangan hah"
"...."
"Kenapa, apa kau mengingatku?? dari raut wajahmu sepertinya kamu memiliki dendam terhadapku..haah apa yang kau bisa lakukan??"
"Berisik dasar brengsek"
"Apa kau bilang, kau ingin mati hah??"
Saat itu situasi menjadi buruk, orang yang paling aku benci saat itu tepat di hadapanku, namun sepertinya mereka masih membenciku, bagiku rasa benci terhadapnya sudah melampaui batas.
Aku kemudian berkelahi dengan mereka, serangan yang mereka lancarkan semua berhasil aku atasi, dan dengan cepat aku berhasil mengalahkan mereka.
"Ukhh.. brengsek kau devis.."
"..."
"Aku tidak akan segan kali ini"
Salah satu dari mereka kemudian bangun dan memegang tubuhku dengan erat, kemudian orang itu, mengeluarkan pisau yang tersimpan di balik bajunya, dan dengan cepat mengarahkan pisau itu tepat di perutku. dan berulang kali menusukku.
Jlebbb....
"Ukhh...uhuk uhuk"
"Hahahah, bagai mana rasanya devis, sangat sakit bukan.. lebih baik kau mati di sini"
Setelah itu mereka meninggalkanku yang terbaring lemas di tanah, tubuhku tersa sakit, kemudian muncul hawa dingin yang tidak tertahankan, yang aku lihat hanyalah, langkah kaki dari mereka yang saat itu mulai pergi menjauh, kemudian mataku mulai menjadi rabun, halusinansi muncul di kepalaku, aku kembali mengingat masa-masa di mana aku hidup bahagia dengan kedua orangtuaku.
"Ayah....ibu...aku benci dunia ini, aku akan membunuh mereka"
Saat aku sudah akan menemui ajalku, aku di perlihatkan oleh seorang gadis yang tiba tiba muncul tepat di hadapanku...
"Fufufu...Kau anak yang malang ya devis??"
"Si..siapa?? kau mengenalku??"
"Fufu.. tentu saja, kau adalah anak yang aku pilih"
"....."
"Hey apa kau menginginkan kebahagiaan?? aku akan memberikanya, tapi itu tidak gratis"
"A-..apa yang kau bicarakan,,.kebahagiaan apa yang akan kau berikan??"
"Fufufu...aku akan menghidupkan kamu kembali..tapi kau haru membantuku, apa kau bersedia???"
"Meghidupkan?? apa aku sudah mati???"
"Tentu saja kau sudah mati, Baiklah aku akan memberikan kekuatan dan kebahagiaan kepadamu, tapi saat kau sudah memikikinya, aku ingin kau membantuku.."
"Membantu?? apa yang bisa aku lakukan??"
"Hmmm... sederhana, kau hanya harus membunuh para kestria pahlawan dan juga dewa"
"Apa maksud dari perkataanmu?? kesatria...dewa?? aku tidak mengerti??"
"Baiklah aku akan memberitahumu, aku adalah Eris dewi kematian, kau tau, aku sedang mencari pengganti yang sepadan, untuk menggantikanku menduduki tahta yang sebentar lagi aku tinggalkan"
"Apa...dewi kematian" _Dalam hati_
"Tentu saja, kau orang yang pas untuk posisi tersebut, tapi itu tidak mudah"
"Apa maksudmu??"
"Fufu, baiklah kau akan aku bangkitkan kembali tapi, tidak di dunia mu, tapi tentu saja di dunaia pararel, dunia fantasi di mana orang" memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemampuan itu di berikan oleh para dewa"
"....??? tunggu aku tidak mengerti"
"Sudah lah, kau akan tau jawabanya dengan sendirinya"
Kemudian wanita itu menghilang dari pandanganku, kemudian saat aku membuka mata, aku berada di sebuah ruangan yang di penuhi oleh banyak orang,.
"Tunggu di mana ini? kenapa begitu banyak orang di sini??"
Disini orang-orang sangat terlihat bahagia, seperti menanti seseorang yang sangat lama mereka tungu-tunggu.
"Lihat ayah, anak ini sangat manis sekali"
"Kau benar sekali jane, anak ini sangat gagah"
"Lihat lah Luxy kau sekarang menjadi seorang kaka"
"Umm iya ayah"
"Albert sekarang kau harus memberikan nama untuk anakmu!!"
"Nama??...Baiklah..kalau begitu bagai mana kalo Yama morigan??"
"Ah baiklah sekarang kamu adalah yama morigan"
Sesuatu yang baru akan terjadi setelahnya...