Nama ku Jevon Valentino Halim, siswa SMA yang baru saja lulus dari sekolahan swasta. Umurku baru beranjak 17 tahun ini, tanggal ulang tahun ku 1 Februari 2004. Hobiku hanya menggambar, bermain game, melihat film/youtube, atau singkat nya rebahan.
Pemuda sepertiku yang baru saja lulus SMA biasanya akan melanjutkan kuliah, pendidikan setelah SMA. Sayangnya karena terjerat biaya yang cukup mahal dan karena ketidakpastian akan masa depan yang cerah, keluargaku menyarankan ku untuk mengikuti program Taiwan. Program ini bertujuan untuk mencerahkan masa depan para kaum Chinese yang ada di Indonesia. Sayang nya dalam program ini, aku harus mengulangi kehidupan sebagai siswa SMK di sebuah kota. Bidang-bidang nya pun tidak kusukai, seperti Tata Boga, Tata Rias, IT, Elektronik, Pariwisata, dan Perhotelan. Bidang-bidang yang benar-benar jauh dari ekspektasi bidang hobi atau kesukaanku. Sayangnya, aku tidak memiliki pilihan lain selain sekolah disana dan bekerja atau magang disana bagaikan TKI. Karena perbandingan pekerjaan dan program magang di Taiwan tidak sebagus di Indonesia. Rata-rata siswa magang hanya mendapat uang makan dan asrama. Sedangkan di Taiwan mendapat gaji yang tidak kecil jumlah nya.
Jadi menjadi beban orang tua di Indonesia bukanlah sebuah pilihan. Namun diriku lebih merasa nyaman ketika berada di Indonesia karena kerabat yang dekat dan kehidupan dengan teman-teman yang sangat tidak tergantikan.
Pilihan untuk pergi ke Taiwan menjadi sebuah keharusan bagi diriku yang tidak mahir dalam bidang apapun. Masa depan ku yang penuh hujan bagaikan menunggu hujan dari awan mendung yang penuh dengan kesuraman, gemuruh petir yang siap menyambar kapan saja seperti masalah yang akan datang saat aku datang di Taiwan.
Jadi aku melakukan program ini dengan sangat terpaksa dan penuh penyesalan, walau dengan gaji besar dan masa depan yang pasti terdapat sekuncup cahaya yang menyinari jalanku 3 - 7 tahun di taiwan.