Dika memberikan laporan keuangan adiknya selama kepergian orang tuanya, dan Panji memang mendapatkan beberapa transaksi yang membuatnya naik darah. Di ruang keluarga, mereka berkumpul untuk membahas tindakan Desty tersebut.
"Papa cuma nanya, kenapa nangis? Gak ada yang nyuruh kamu nangis," kata Panji tegas kepada Desty, Panji mempertanyakan untuk apa Desty merokok.
"Gak, Pa," jawab Desty sambil menangis. Ia bersembunyi di balik punggung Melody, mamanya.
"Jawab aja, dek. Kamu kan udah gak rokok lagi," kata Dika membantu adiknya bicara karena tidak tega.
"Kamu sudah pastikan, Dika?" tanya Panji dengan mode serius.
"Sudah, Pa. Adek gak beli-beli lagi kok," jawab Dika meyakinkan papanya.
"Oke, pindah sekolah sudah gak masalah?" tanya Panji kepada Dika.
"Sudah Pa, tinggal masuk," jawab Dika. Ia memeluk Desty yang masih terisak. Menahan tawanya, ia tak percaya melihat adiknya setakut itu kepada Panji.
"Dek, Papa nanya, liat dong papanya," kata Panji lembut agar anaknya tidak takut.