Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 11 - Hari Pertunangan Tiba

Chapter 11 - Hari Pertunangan Tiba

Seorang pria gagah, tampan, tinggi, memakai blazer berwarna biru, dengan kemeja dan celana berwarna putih senada. Sesuai dengan warna favorit dari si wanita, yang menginginkan konsep pernikahan bernuansa biru.

"Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Jessica pada anak bungsunya, yang sebentar lagi akan bertunangan dengan seorang wanita yang masih berusia 18 tahun.

"Tidak ada."

"Sungguh? Kamu tidak merasakan grogi atau apapun itu? Padahal ini adalah momen pertama kali di dalam hidupmu, kok kamu bisa santai banget?" heran Jessica.

Seperti biasanya Revan akan memasang wajah datar, setiap kali bertemu dengan orang-orang asing. Bahkan bukan hanya dengan orang asing saja, orang terdekat saja kalau Revan merasa tidak cocok pasti akan diabaikan begitu saja.

"Kamu pasti belum pernah melihat,ncalon tunangan kamu berdandan. Tadi mama sudah melihatnya dan hari ini, calonmu itu terlihat sangat cantik. Kamu sangat beruntung mendapatkannya," bisik Jessica yang duduk di samping putra bungsunya.

"Mama, jauh lebih cantik," puji Revan membuat Jessica terkekeh.

"Tentu saja, tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan mama di dunia ini. Itulah sebabnya papa kamu beruntung mendapatkan, Mama." Jessica meraba ke dua pipinya yang terasa panas, setelah dipuji oleh anak bungsunya yang paling cuek sedunia.

Reyno memilih untuk duduk bersama papanya di kursi belakangnya Revan, hubungan si anak kembar semakin tidak baik setelah perdebatan kemarin. Tidak ada salah satu diantara mereka, yang berniat untuk berbicara lebih dulu atau sekedar minta maaf. Sama-sama memiliki sifat yang keras kepala yang susah untuk menurunkan ego.

"Apa kamu sudah siap?" tanya Kevin sembari berbisik ditelinga putranya.

"Sudah."

Tak lama kemudian perempuan yang sebentar lagi akan dipinang oleh laki-laki yang mempunyai jabatan sebagai CEO, memasuki ruangan tempat berlangsungnya acara dengan anggun memakai kebaya modern berwarna biru favoritnya.

"Tuh lihat calon tunangan kamu cantik sekali, bukan?" bisik sang mama.

"Biasa aja," batin Revan.

Revan diminta untuk maju ke depan dan mengutarakan niat baiknya, untuk meminang wanita yang masih berstatus sebagai pelajar tersebut. Sesuai dengan arahan dari sang mama, dialognya dan semuanya sudah disusun dengan rapi. Revan hanya tinggal mengucapkannya saja, di hadapan calon tunangannya.

"Izinkan aku dengan segala perasaan yang dititipkan Allah, untuk aku membuat pengakuan. Sudah sejak lama diri ini menyimpan rasa suka yang sangat besar. Bukan, aku tidak ingin memilikimu. Aku hanya ingin menjagamu hingga halal bagiku menyentuhmu. Malam ini, aku ingin mengatakan dengan segenap kerinduanku. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Jadilah pendamping hidupku?" pinta Revan dengan menatap wanita cantik di hadapannya.

"Kenapa dia tiba-tiba jadi sweet kayak gini?" batin Ratu.

"Iya, saya bersedia menjadi pendamping hidup kamu. Saya menerima lamaran kamu," ujar Ratu dengan tersenyum sangat manis, bahkan sampai membuat Revan tidak mengenali siapa wanita dihadapannya.

"Terima kasih sudah menerima lamaran saya." Revan menyematkan cincin berlian di jari manis calon istrinya.

Acara pertunangan berjalan dengan lancar, semua tamu yang hadir juga sangat puas dengan hidangan yang disajikan. Mereka sengaja menyajikan hidangan campuran, antara luar negeri dan juga makanan asli Indonesia. Supaya pilihan menu makanannya lebih bervariasi lagi, agar tamu-tamu juga tidak bosan menikmatinya.

"Selamat untuk pertunangan kalian berdua, semoga lancar sampai hari-H," ucap Jessica sembari memeluk calon menantunya.

"Terima kasih ya tante, terima kasih karena sudah membantu acara kami sampai berjalan dengan lancar." Ratu memasang wajah ramahnya di hadapan calon mertuanya.

"Sama-sama sayang, mulai sekarang kamu harus memanggil tante dengan sebutan, Mama. Harus dibiasakan mulai sekarang, supaya nanti tidak salah lagi memanggilnya," ujar Jessica yang diangguki oleh Ratu.

"Selamat ya," ucap Reyno sembari menyalami kembarannya.

"Makasih." Revan masih enggan untuk melihat wajahnya Reyno.

"Selamat ya, Ratu. Nanti kalau misalnya udah nikah jangan sampai salah panggil, kamu kan lihat sendiri muka kita berdua sama. Cuma perbedaannya adalah, aku lebih tampan dari tunanganmu itu," ujar Reyno dengan membanggakan dirinya sendiri.

"Kamu tidak perlu khawatir, karena aku sudah dapat membedakan yang mana calon suamiku dan yang bukan. Wajah kalian memang benar-benar mirip, tapi terlihat sangat jelas perbedaannya cara kalian dalam berbicara," terang Ratu.

"Awas aja nanti kamu jatuh cinta sama orang yang salah, biasanya cewek-cewek yang mendekati kita berdua akan lebih tertarik denganku daripada dengan tunanganmu itu," sindir Reyno membuat Ratu terkekeh.

"Aku tidak akan mungkin jatuh cinta sama orang yang salah. Iya kan, sayang?" ujar Ratu sembari mempererat gandengannya di lengan calon suaminya.

"Terserah kamu," ketus Revan membuat Ratu tersenyum palsu.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu karena pacar-pacar saya sudah menunggu untuk diapeli. Sekali lagi selamat untuk pertunangan kalian berdua," pamit Reyno yang sangat muak hadir di acara-acara formal.

Revan tidak diperbolehkan untuk pulang lebih dulu oleh keluarganya Ratu, lebih tepatnya orang tuanya Ratu masih ingin pendekatan dengan calon menantunya.

"Kamu setuju atau tidak? Kalau pernikahannya dua bulan dari sekarang?" tata Jaya mengambil duduk di samping calon menantunya.

"Saya nurut saja."

"Kamu itu kalau disandingkan dengan anak saya, benar-benar pasangan yang cocok dan saling melengkapi," terang Jaya membuat Revan mengerutkan keningnya.

"Maksudnya bagaimana?" tanya Revan.

"Putri kesayangan saya itu, anaknya bawel banget dan petakilan. Berbanding terbalik dengan kamu yang kalem dan irit bicara. Itulah kenapa saya mengatakan kalian berdua adalah pasangan yang cocok," ujar Jaya yang tak sungkan-sungkan untuk membeberkan kelakuan buruk putrinya.

"Lantas bagaimana dengan sekolahnya nanti? Kalau sebentar lagi saya dan Ratu menikah?" tanya Revan.

"Memangnya kenapa kalau kalian sudah menikah dan Ratu masih sekolah? Memang peraturan dari pihak sekolah, tidak boleh ada murid yang menikah di usia dini. Tapi kalau kalian tidak ingin hubungan kalian di publish, itu berarti kalian harus pandai menyembunyikannya. Mungkin nanti kalian bisa mengumumkan hubungan kalian, kalau Ratu sudah lulus sekolah," terang Jaya membuat Revan mengangguk mengerti.

"Lantas kalau soal rumah, itu bagaimana?" tanya Revan membuat Jaya terkekeh.

"Ada apa sama rumah? Maksudnya kamu bingung, mau tinggal di mana setelah menikah?" tebaknya.

"Iya, tidak mungkin kita tinggal hanya berdua saja. Bagaimana kalau tetap tinggal di rumah masing-masing?" usul Revan membuat Jaya gemas dengan kepolosan calon menantunya.

"Kalau nanti tinggal sendiri-sendiri, terus kapan kalian buat anaknya?" tanya Jaya membuat Revan mengernyitkan alisnya.

"Ha? Maksudnya?"

"Masa kamu tidak paham dengan apa yang saya katakan tadi?" tanya Jaya.

"Tidak."

"Astaga, kamu ini benar-benar polos sekali, sih? Jangan sampai nanti Ratu yang ngajarin kamu duluan."

"Ngajarin apa?" heran Revan.

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT

TERIMAKASIH.

.