Chapter 32 - Terharu

"Halo, menantuku!" Veronica langsung menghambur memeluk Ellena, pun sebaliknya. Ellena membalas pelukan sang ibu mertuanya. Tidak berlangsung lama, mereka kembali merenggangkan pelukan itu, sedikit memberi jarak.

Ellena kemudian mencium tangan Veronica layaknya seorang anak kepada ibunya. "Mami apa kabar? Apa Mami hanya datang sendiri kemari?" tanya Ellena seraya tersenyum ramah.

"Mami baik, Sayang. Kebetulan Papi masih di kantor. Mungkin nanti akan kemari, setelah pulang dari kantor. Kabarmu sendiri bagaimana?" Veronica bertanya balik.

"Seperti yang Mami lihat, saya sehat. Mana mungkin saya tidak baik-baik saja, sementara Lucas sangat perhatian kepada saya," jawab Ellena sekenanya, padahal dia muak sekali dengan apa yang baru saja dia katakan di hadapan sang ibu mertua. Pada kenyataannya, Lucas selalu bersikap arogan, meski dia tetap percaya bahwa Lucas adalah orang yang baik.

"Benarkah seperti itu?" Veronica menatap serius wajah Ellena. Dia seolah-olah tidak yakin dengan ucapan Ellena kali ini.

"Tentu saja. Mana mungkin saya berbohong," jawab Ellena sedikit ragu.

"Tetapi, wajahmu terlihat ragu, Elle. Apa kau sedang berbohong?" Veronica memastikan saat mendapati keraguan di wajah Ellena.

"Ini bu-bukan ragu, Mom, tapi malu." Ellena mengelak sambil tertawa kecil. "Ah, harusnya kita tidak perlu membahas Lucas," imbuhnya bersikap salah tingkah seolah-olah ingin membuktikan ucapannya.

"Kenapa kau harus malu? Bukankah dia suamimu?" tanya Veronica menggoda.

"Ah, Mami ... Sudahlah, jangan membahas dia. Sebaiknya Mami duduk, saya akan mengambilkan minum untuk Mami," pinta Ellena.

"Tidak perlu, Elle. Kau ini istri seorang pengusaha ternama, jadi tidak sepantasnya kau bersikap seperti seorang pelayan di rumah ini. Biarkan Joana yang menyiapkan semuanya, kau di sini saja temani Mami." Veronica menggelengkan kepala pelan. Tampaknya dia benar-benar tidak rela, jika melihat Ellena melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pelayan di rumah itu.

"Tidak apa-apa. Kedatangan Mami ke rumah ini sangat istimewa bagi saya. Jadi, harus saya sendiri yang melayani Mami. Mohon tunggu di sini sebentar!" Ellena bergeges menuju dapur, setidaknya dia punya kesempatan untuk menetralkan perasaannya.

Ellena merasa sangat deg-degan menghadapi sang ibu mertua. Tidak mudah baginya beradaptasi dengan orang baru, terlebih lagi orang itu adalah mertuanya sendiri. Dia selalu merasa canggung di depan kedua orang tua Lucas. Namun, sebisa mungkin dia juga harus bisa bersikap bahwa mereka adalah benar telah menjadi bagian dari keluarganya. Itu tentu sulit baginya.

Di dapur, Joana tampak sedang menuangkan minuman ke dalam dua gelas kosong. Sepertinya, dia sedang menyiapkan minuman itu untuk menyuguhi Ellena dan juga Veronica.

"Kau sudah menyiapkan minumannya?" tanya Ellena saat dia sudah berada di samping Joana.

"Sudah, Nona." Joana mendongak, kemudian meletakkan teko kaca yang sedang dipegangnya.

"Baiklah, saya akan meyiapkan kue untuk Mami." Ellena beranjak menuju rak piring. Diambilnya salah satu piring berwarna putih yang berjejer rapi di sana.

Dipotongnya kue itu beberapa bagian, kemudian dia menaruh beberapa potong kue di atas piring. Setelah selesai, dia segera menata gelas dan piring itu di atas nampan.

Hanya dalam waktu singkat, Ellena telah kembali dengan membawakan sebuah nampan kayu berwarna cokelat. Di atas nampan itu, terdapat dua gelas orange juice dan sepiring brownies cokelat buatannya. Ellena menyuguhkan minuman dan kue itu kepada Veronica dengan suka cita.

"Mami harus mencicipi kue buatan saya, barang kali Mami akan suka," ujar Ellena sambil meletakkan kue di depan Veronica, tepat di samping segelas minuman yang juga dia suguhkan kepada mertuanya itu.

"Kau yang membuat kue ini sendiri, Elle?" tanya Veronica menatap Ellena tidak percaya.

'Bagaimana mungkin wanita secantik Ellena yang memiliki tubuh yang cukup terawat begitu pandai memasak dan membuat kue? Apa dia menghabiskan waktu semasa mudanya untuk hal-hal seperti itu? Sungguh wanita yang luar biasa! Lucas tidak salah memilih Ellena sebagai istrinya. Bukankah wanita seusianya kebanyakan lebih senang menghabiskan waktu untuk berbelanja dan perawatan badan?' Begitu pikirnya.

Walaupun Ellena berasal dari keluarga yang kurang mampu, tetapi dia memiliki wajah cantik, berkulit putih dan mulus. Badannya memang terlihat sangat terawat, meskipun sebenarnya dia tidak rutin melakukan perawatan. Bahkan semasa hidupnya, mungkin bisa dihitung berapa kali dia pernah melakukan perawatan di salon karena saking jarangnya.

Tidak seperti wanita lain seusianya yang rela menghabiskan uang hanya untuk perawatan di salon, Ellena justru lebih memilih menggunakan uang itu untuk membiayai hidup keluarganya. Soal penampilan fisik, itu bukanlah hal yang harus menjadi prioritas.

"Iya, Mami," jawab Ellena seraya mendaratkan tubuhnya di atas sofa tunggal, tepat di samping Veronica.

"Kau berbeda sekali dengan wanita lain, Elle. Mami bangga memiliki menantu sepertimu. Kau ramah, rendah hati, juga rajin dan pandai memasak. Lucas pasti akan betah tinggal di rumah, karena memiliki istri sepertimu." Tak henti-hentinya Veronica memuji Ellena. Tatapannya sayu. Rasanya dia terharu sekali memiliki menantu yang luar biasa seperti Ellena.

"Ah, Mami terlalu berlebihan memujiku. Setiap orang itu memiliki kelebihan masing-masing, Mommy. Untuk hal ini siapa pun bisa melakukannya, asal ada kemauan." Ellena menerbitkan senyumannya seraya menatap senang wajah Veronica.

Seketika Veronica teringat kepada sosok Selena yang manja dan senang sekali menghamburkan uang Lucas untuk hal-hal yang tidak terlalu berguna. Sangat berbanding terbalik dengan karakter Ellena. Dia pikir, dia sangat beruntung karena Lucas batal menikah dengan Selena dan lebih memilih Ellena untuk dijadikan sebagai istri.

Meskipun Veronica tidak begitu mengetahui kehidupan Ellena yang sesungguhnya, dia tetap yakin bahwa Ellena berasal dari keluarga yang baik-baik. Dia percaya bahwa dengan berakhirnya hubungan Lucas dengan Selena, di balik itu Tuhan telah merencanakan hal yang baik untuk putranya.

"Katakan pada Mami, jika Lucas menyakitimu. Mami tidak akan membiarkan dia menyakiti wanita baik sepertimu!" tegas Veronica tiba-tiba.

Mendengar pernyataan itu, mata Ellena menjadi berkaca-kaca. Dia terharu karena memiliki mertua sebaik Veronica yang begitu peduli dengannya. Bahkan, pernyataan Veronica kali ini lebih membela dirinya daripada Lucas.

Lagi-lagi Ellena tersenyum. Namun, kali ini senyumannya terlihat sangat haru. "Saya percaya bahwa Lucas adalah orang yang baik, dia tidak mungkin tega menyakiti saya," ucap Ellena lirih dan serius.

"Kenapa kau begitu yakin?" Veronica menatap penuh tanya.

"Karena dia terlahir dari rahim seorang ibu yang sangat baik seperti Mami." Mata Ellena makin berkaca-kaca. Rasanya ingin sekali dia menumpahkan air mata bahagia itu. Namun, dia berusaha menahannya sekuat tenaga, hanya karena tidak ingin menunjukkan hal itu di depan ibu mertuanya.

"Elle ...." Ucapan Veronica tertahan, seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi tenggorokkan.

Nyatanya, bukan hanya Ellena yang merasa terharu, melainkan juga Veronica. Memang benar. Selalu ada hal baik yang sedang Tuhan rencanakan, dibalik musibah yang kita hadapi. Tuhan pasti akan mempertenukan orang yang baik dengan orang yang baik pula, pun sebaliknya. Seperti Ellena dan keluarga Lucas, mereka adalah orang-orang baik, berbeda dengan Selena dan Stevan yang sama-sama jahat.