"Aku tidak pantas untuk Livia." Kembali pria itu bergumam. Livia hanya mengikuti, mendengarkan semua perkataan-perkataan Adley yang nyaris tidak terdengar. Hanya berjalan tanpa menimbulkan suara dan tanpa memberi komentar.
Langkah Adley terhenti di pintu terakhir yang berada tepat di hadapannya. Dengan sedikit dorongan pintu tersebut terbuka dan menampilkan bagian atas gedung yang tanpa bangunan. Langkahnya mengayun malas menuju tembok pagar setinggi pinggang orang dewasa.
"Aarrgghh! Adley bodoh! Adley bodoh!" teriak Adley dengan suara yang paling keras sebisanya. Kedua tangannya menggenggam tembok yang menjadi pembatas bangunan itu.
Dia mengalihkan pandangan ke arah bawah. Memandangi orang-orang yang tetap saja selalu sibuk berlalu lalang. Entah dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan kendaraan.
"Aku hanya menginginkan Livia. Aku hanya ingin berubah karenanya. Apa aku salah, Tuhan?" Adley tampaknya cukup putus asa hingga mempertanyakan keputusannya kepada Sang Pencipta.