Menyadari apa yang selama ini dia pikirkan, pria itu melemparkan file di tangannya ke atas meja dengan bunyi "pop ...", lalu dia bersandar di kursi, lalu mengangkat tangannya dan menekan di tengah alisnya. Di antara alis, ada kesuraman yang tidak bisa disembunyikan.
Dia mencoba menenangkan hatinya yang gelisah, tetapi semakin pria itu ingin tenang, semakin dia tidak bisa tenang. Berbagai wajah Sarah Heart melayang bolak-balik di benaknya. Berpikir kembali ke gambar Sarah Heart yang terengah-engah di bawahnya, bahkan dengan tubuhnya, dia tidak bisa menahan untuk tidak bereaksi.
Sial!
Pria itu mengumpat dengan suara rendah, mengangkat telepon di atas meja, dan menekan nomor yang dikenalnya.
"Iya, Bos."
"Di mana Sarah Heart?" Kemarahan dan kemuraman dalam suara pria itu tidak disembunyikan sama sekali.
