Otaknya juga menjadi kosong pada saat ini, dan semua kata yang dia pikirkan tentang bagaimana mengatakannya tiba-tiba keluar dari pikirannya. Sarah Heart memegang telepon dengan linglung, sama sekali tidak menyadari apa yang akan dia lakukan.
Keheningan menyebar di kedua ujung telepon. Seorang pria yang biasanya selalu tidak sabar sekarang menjadi sangat sabar saat ini. Dia diam-diam mendengarkan suara Sarah Heart yang semakin bergolak di telepon, menunggu dia berbicara, dan sudut mulutnya membentuk lengkungan yang langka dan menyenangkan.
"Saya mau..."
Sarah Heart memejamkan mata dan menggigit lidahnya, sejak kapan dia menjadi gagap.
"Apa yang kamu mau?" Pria itu menggoda.
Sarah Heart menggigit bibirnya, sekali lagi mengumpulkan keberanian, dan memutuskan, "Kamu mengatakan bahwa selama aku menemanimu tidur, kamu akan mengembalikan putraku kepadaku! Apakah ini masih dihitung?"