Lita menghembuskan napas pasrah. Dua kakinya mulai terasa nyeri karena ia merasa sudah berkali-kali menyusuri lantai tiga mal yang sedang dikunjunginya itu, namun Arsya tak kunjung ia temukan. Salahkan pada kakaknya yang teledor karena lupa membawa ponselnya sehingga ia tidak bisa dihubungi oleh Lita. Kalau pemuda itu membawa ponselnya, sudah pasti ia akan menemuinya dengan mudah. Cukup menelponnya biar lebih cepat ketemuannya atau mengirimnya pesan agar mereka bisa janjian di tempat apa.
Ah, tapi Kak Arsya sendiri kayaknya bakal lama kalau aku kirim pesan ke dia. Pasti ujung-ujungnya harus aku telepon juga, pikir Liga yang sedang membayangkan Arsya tidak ceroboh untuk meninggalkan ponselnya itu di rumah.
