Perasan cintaku terus tumbuh dan mengembang seperti sekuntum bunga yang baru merekah disedot seekor kupu-kupu memberikan warna yang gilang gemilang. Kemudian ia terbang di atasnya melempar senyum yang merekah.
Semua makhluk yang berpapasan dengannya tahu, dibalik senyumnya yang merekah tersimpan senyum yang mendayu-dayu. Di mana ada cinta di situ terselip wajah kekasihku yang anggun. Fijar, Mantan kekasihku aku tahu aku telah melakukan kesalahan yang besar.
Karena itu aku ingin menebus dosa yang ku beli. Meskipun kau perkosa aku di pinggir jalan yang beringas. Aku tahu ketika itu kau pernah sekadar berbasa-basi melempar sepucuk sms dengan gerak yang sinis di atas kepura-puraan.
Karena kau ingin mendahului merenggut cinta yang hilang. Tapi aku balas kejam. Bukansaja wajahmu yang memar. Sekujur tubuh yang sering aku sentuh meninggalkan bekas sayatan. Aku tidak ingin mengatakanmu angkuh.
Apalagi dengan nada-nada yang lebih menjengkelkan lagi. Aku tahu ini semua salahku setelah memotong tali yang lurus menjulur menyetubuhiku. Kau pun bertingkah melempar segudang SMS, dengan denyutan jantung yang menghunjam, diiringi nadi yang terus berderai.
Mengatakan bukan aku saja perempuan yang kau peluk , cium, dekap tanpa lepas, sambil menjulur-julurkan lidahmu bermalam di mulutku yang bergerak-gerak. Aku sadari dan punya keyakinan yang teguh. Setiap seorang pemuda kesatria, meskipun dia sudah dicap seorang patriot diberbagai sisi.
Tapi jika berhadapan dengan perempuan jelita sepertiku. Hatinya jinak melebihi seekor kucing yang disuguhkan sepotong daging diajak menyelusup maju ke medan pertempuran sampai tetes darah penghabisan. Ia pasti menurut meskipun nyawa jadi taruhan. Tapi kalau perkara hati sudah tersakiti kekasihnya sendiri. Dia jadi beringas. Karena rasa sakitnya menyerupai mati.
Dari sahabatmu Kartika, yang bersembunyi
Di balik tembok yang tercoreng. Aura keperempuannya sudah
Kau runtuhkan jadi puing.