Sosok Raja jin iprit mulai mendekati Amanah yang terbaring sambil kedua kaki ditekuk ke atas. Iya mulai merogoh kemaluan Amanah berniat untuk mengambil si bayi yang hendak dilahirkan Amanah Si Ibu muda.
"Hei Kisanak, apa yang hendak kau perbuat dengan Ibuku. Apa kau tak mengindahkan tulisan takdir Qada dari buku Laulah Mahfudz di atas langit ketujuh. Bahwa aku memang sudah saatnya melihat dunia. Aku harus terlahir agar nanti dimasa depan terus memerangi bangsamu penuh semangat di jalan Nur Muhammad yang nyata," tiba-tiba sesosok ruh nyata dari alam malakut berparas tampan nan rupawan memakai sarung putih serta berbaju kokoh putih dan berpeci putih.
Tangan ruh tampan memegang tangan Si Raja jin iprit yang sudah terlanjur masuk ke dalam kemaluan Amanah. Ruh tampan tersebut adalah perwujudan dari masa depan Si bayi yang hendak terlahir dari rahim Amanah.
Sesuai prediksi Pak Budi tukang becak yang mengantar mereka bahwa anak Kasturi kelak berjalan dijalan Allah. Dan setiap malamnya akan bertarung terus bertarung dengan makhluk jahat tak kasat mata di depan rumahnya tepatnya setiap malam bersua tengah-tengah di ujung teras depan rumahnya kelak.
"Kau siapa wahai manusia serupa malaikat?" ucap Raja jin iprit berkoar dengan suara agak berat dan gahar.
Walau Raja jin iprit terus mencoba melepaskan genggaman tangan ruh yang mengaku masa depan si bayi yang bakal terlahir dari rahim Amanah. Walaupun sekuat tenaga iya berusaha menyingkirkan tangan dari ruh tampan serupa malaikat dengan wajah berseri-seri serta bercahaya.
Raja jin iprit tetap tak mampu melepaskannya tangannya dari cengkeram ruh tampan serupa malaikat. Bahkan cengkeraman tangan ruh tampan serupa malaikat semakin keras dan lebih keras lagi memegang lengan Raja jin iprit sehingga Raja jin iprit tampak begitu kesakitan.
Dengan cepat ruh tampan serupa malaikat setelah mengeluarkan tangan dari dalam kemaluan Amanah.
Lalu menghempaskannya keras ke arah dinding ruangan bersalin, dengan ijin Allah dinding tak dapat ditembus oleh sosok seram Raja jin iprit.
Raja jin iprit semakin bingung akan kesaktian ruh tampan serupa malaikat di depannya. Kenapa iya yang notabenenya adalah seorang Raja dari bangsanya tak mampu melawan ruh biasa? Begitulah gumamnya Raja jin iprit.
Tidak habis pikiran Raja jin iprit mengeluarkan sebilah belati agak panjang serupa belati dapur. Belati di tangan Raja jin iprit perlahan mulai terbakar namun tak hancur hanya terlihat di permukaan belati terselimut api merah menyala.
"Kalau begitu terima ini serangan mematikan dari belati yang aku ambil dari neraka," teriak Raja jin iprit melontarkan belati ke arah ruh tampan serupa malaikat.
Tak sampai mengenai ruh tampan serupa malaikat. Lontaran belati hanya sampai pada permukaan aura cahaya yang menyelimuti di sekitaran ruh tampan lalu pecah berkeping-keping dan hancur menjadi abu.
"Kurang ajar sebenarnya siapa kau ini wahai ruh bakal manusia?" teriak Raja jin iprit kembali penasaran akan musuh serupa ruh di depannya.
"Sudah aku beri tahu aku ini ruh dari alam malakut bakal dari bayi yang hendak dilahirkan Ibuku, Ibu Amanah. Aku diturunkan untuk hal ini dan semua sudah ada pada buku takdir yang dipegang pada tangan Allah semata. Jangan kau menghalangi keputusan Allah Taala makhluk laknatullah," teriak ruh tampan serupa malaikat mulai berjalan mendekat pada Raja jin iprit yang tengah ketakutan.
"Bismilahhirahmanirahim Allahuma Shalli Ala Muhammad," terucap dari bibir dan Qalbi ruh tampan serupa malaikat terus-menerus berulang-ulang kali.
Kata-kata lafaz puja-puji pada Baginda Rasullah SAW terus terucap dari bibir ruh tampan serupa malaikat. Membuat Raja jin iprit semakin kepanasan dengan rasa terbakar, "Ampun, Ampun, hentikan-hentikan. Tolong hentikan aku tak kuat mendengarnya."
Perlahan namun pasti tubuh Raja jin iprit terbakar hangus hingga habis menjadi abu. Dari lafaz-lafaz suci Shalawat Nabi atas puji kepada Baginda Rasullah tercinta Sang Nabihullah paling istimewa Baginda Rasullah SAW.
"Alhamdulillah dengan ijin Allah bahaya nyata akan setan Raja dari bangsa jin iprit dapat dikalahkan. Terima kasih Allah telah mengizinkan aku lahir ke dunia melalui rahim seorang Ibu dengan sikap dan sifat luhur berbudi pekerti tinggi. Terima kasih Ya Allah telah menitipkan aku pada seorang Bapak yang penuh dengan rumus-rumus kearifan dunia. Walau beliau sedikit sekali akan pemahaman cara-cara Islam dan Iman. Tetapi kau memberinya anugerah cara berpikir dalam kehidupan secara Islami. Aku berjanji untuk terus berusaha mengingat Mu bersujud pada Mu sesuai perintah yang Engkau turunkan pada Nabi Adam manusia pertama," ucap Ruh tampan serupa malaikat dengan raut cahaya di wajahnya sambil menengadah dan mendongak ke langit berucap syukur.
"Ibu Amanah bangunlah Ibuku sayang, jangan tertidur sehingga engkau Ibuku menghambat ketentuan takdir Allah akan kelahiranku," ucap Ruh tampan serupa malaikat seraya mengubah sosoknya menjadi segumpal cahaya mulai masuk ke dalam perut Amanah dimana bayi akan terlahir.
Bruak,
Pintu ruangan bersalin terbanting dari dalam oleh Bu Bidan Ambar yang memanggil-manggil Kasturi namun tak menyahut panggilannya.
"Astagfirullah, Nak Kasturi bangun Nak Kas, istrimu itu dalam bahaya cepat masuk ke dalam lakukan sesuatu. Ibu takut akan terjadi satu hal yang tak enak pada Dek Amanah," teriak Bu Bidan Ambar membangunkan Kasturi dengan cara memukul-mukul kakinya dengan telapak tangan.
"Allahuakbar, iya, iya Bu Bidan, ada apa dengan Amanah istri saya?" ucap Kasturi tampak sangat khawatir dan bingung serta cemas dan segera meloncat dari atas kursi untuk masuk ke dalam ruangan bersalin melihat sang istri. Bu Bidan Ambar mengikuti Kasturi berjalan cepat di belakangnya.
Amanah yang terbangun akibat suara panggilan halus dari Kalbunya yang menenangkan hati dan pikiran.
"Ibu, Ibu, Ibu, bangun Ibu aku anakmu sudah ingin melihat wajah cantik Ibu bangunlah Bu," begitulah sekiranya suara lembut tanpa wadah dalam Kalbu Amanah. Suara tersebut membuat mata Amanah perlahan terbuka dan tanpa diduga-duga sang bayi telah keluar dari rahimnya sambil menangis keras bahkan begitu keras untuk ukuran bayi yang baru terlahir.
Bu Bidan semakin bingung melihat peristiwa aneh bin ajaib yang terjadi pada Amanah. Semakin membuat mata Bu Bidan terbelalak bercampur heran tak mengerti.
"Kok bisa lahir sendiri ya?" gerutu Bu Bidan.
"Loh itu Dek Amanah tidak tidur Bu. Itu anakku sudah lahir Bu?" teriak Kasturi menghampiri Amanah sedangkan Bu Bidan Ambar lekas mengambil si bayi yang masih merah untuk dibersihkan.
"Terima kasih sayang kau telah berjuang demi hidup anak kita. Terima kasih Amanahku kau telah memberikanku jagoan kecil yang begitu tampan," ucap Kasturi mengecup kening Amanah mesra. Amanah hanya tersenyum manis sebab iya terlalu lelah berkutat dengan kontraksi saat proses melahirkan berlangsung.
"Nak Kas ayo sebagai Bapaknya kamu kumandangkan Azan di telinga kanan putramu lalu komat di telinga kirinya. Agar nanti putramu selalu melaksanakan kewajiban agamanya setiap saat dan dimana saja. Terus kamu beri nama siapa anak ganteng ini Kas?" ucap Bu Bidan Ambar memberikan Si Bayi agar digendong oleh Kasturi.
"Sesuai yang kami sepakati akan kami beri nama putraku dengan nama Effendik Bin Kastury," ucap Kasturi mulai melantunkan lafaz-lafaz azan di telinga putra pertamanya.