"Lo bukan orang yang serba tahu, Ryl, jangan berlagak seperti Kaesha di depan gue. Karena ya emang percuma, ga ada seseorang pun bisa jadi apa yang gue butuhin," ketus Zeana.
Sheryl memilih diam, ia mengakui kekalahannya. Ia bukan orang yang serba tahu, dan tak akan pernah menjadi seperti itu sampai kapan pun.
Zeana menyibak selimutnya, turun dari brankar dan berdiri di depan kursi roda yang sudah Sheryl siapkan untuknya dengan pandangan gamang.
"Ada sesuatu di kursi rodanya?" tanya Sheryl hati-hati.
Zeana menggeleng tanpa kata, lalu duduk di atasnya. Memegang rodanya dan mencoba memajukan dan memundurkannya.
Sheryl yang tanggap segera meraih pegangan dan mendorongnya perlahan. "Ga usah repot-repot belajar, lo ga selamanya di atas kursi roda kok," ketus Sheryl sembari membuka pintu kamar rawat yang berwarna putih tersebut.
Zeana melintasi lorong-lorong dengan wajah datar, Sheryl yang sedang tak ingin mencari gara-gara atau mendapatkan masalah baru.