Para prajurit mengepung Evelyn. Mereka semua memasang wajah garang kepada Evelyn.
Evelyn mundur beberapa langkah ke belakang. Tetapi, di belakangnya dipenuhi dengan dedaunan yang rimbun.
Gadis itu menggigit bibirnya sendiri. Dia kebingungan. 'Oh, shit! Sialan! Keparat! Aku harus apa? Kenapa mereka semua mengepungku begini?'
Evelyn memikirkan jalan tercepat dan terbaik untuk kabur dari sana. Sayangnya, gadis itu tidak menemukannya.
Para prajurit yang berjajar ini membentuk barisan yang tanpa cela. Tidak ada ruang bagi Evelyn untuk keluar dari sini.
Evelyn menelan ludahnya sendiri.
Tiba-tiba saja, seorang lelaki dengan pakaian necis dan klimis muncul di antara mereka.
"Tuan Barron!"
Orang yang disebut dengan Tuan Barron itu tersenyum kepada mereka semua. "Jangan menyakiti Ratu Jennifer. Dia pasti terkejut atas apa yang terjadi kemarin."
'Kemarin?? Apa yang terjadi kemarin??' batin Evelyn.
'Lagipula mengapa mereka selalu memanggilku dengan Ratu Jennifer, Jennifer, dan Jennifer!'
Belum apa-apa, Evelyn sudah kesal.
Evelyn memandang ke arah depan. Orang yang diagungkan, yang bernama Tuan Barron itu mengatakan kepada seluruh prajurit untuk berhati-hati kepada Ratu Jennifer.
Dengan titah tersebut, seluruh prajurit menurunkan tombak mereka. "Baiklah, Tuan Barron!" Lelaki tersebut merupakan sekretaris kerajaan. Menurut kepadanya adalah sebuah keharusan.
Lelaki tersebut kini berjalan dengan tegap. Ia memecah kepungan para prajurit. Para prajurit juga membukakan jalan untuk Tuan Barron.
Dengan penuh wibawa, Tuan Barron mengatakan lurus kepada Evelyn. "Ratu Jennifer akan pergi ke mana? Bukankah saat ini Ratu berada di sebuah singgasana?"
"Bagaimana kalau Ratu masuk ke dalam dan membicarakan semuanya?"
Evelyn menelan ludahnya. Dia melongo bingung. Dengan polosnya, Evelyn menunjuk diri sendiri. "Aku?"
Tuan Barron menganggukkan kepalanya. "Betul sekali."
"Aku? Aku seorang Ratu?"
"Apakah ada orang lain di sini?"
Evelyn mengerjap.
Ketika pertahanannya itu rendah, Tuan Barron memerintahkan para prajurit untuk menyeret Evelyn menuju ke ruangannya. "Bawa Ratu Jennifer ke ruangannya, saat ini juga."
"TUNGGU-TUNGGU!!" Evelyn sudah meronta. Tetapi, dengan mudahnya dua orang prajurit dikawal oleh prajurit lainnya, menggamit tangan Evelyn untuk masuk kembali ke dalam istana.
Bayangkan!! Padahal Evelyn sudah susah payah untuk keluar dari istana. Dia harus masuk ke dalam istana lagi???
'APA GUNANYA UNTUK KABUR COBA?!' Evelyn meronta dalam hatinya.
* * *
Evelyn didudukkan di sebuah ruangan yang sangat indah. Seluruhnya berwarna putih. Lantainya putih, seprainya putih, kursi sofa bulat kecil yang empuk juga berwarna putih … bahkan rak tempat make up juga putih.
'Ini aku di surga atau bagaimana sih? Kok semuanya putih? Apa aku benar-benar di surga?' batin Evelyn sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Sebab, Evelyn pernah mendengar beberapa cerita tentang surga. Katanya, surga itu murni berwarna putih dan menyenangkan. Sedangkan neraka itu panas.
Dan gambaran yang di depannya ini jelas bukan neraka tahu!
Tetapi, Evelyn bergumam dalam hatinya. Dia ingat dengan segala ketengilannya di masa lalu. 'Tetapi, yang benar saja aku masuk ke dalam surga? Semudah ini? Perasaan… aku banyak dosa, deh?'
Ketika pikiran gadis itu melayang-layang antara surga dan neraka, Tuan Barron muncul di depannya. Evelyn berdeham. Ia membatin. 'Kalau aku ada di surga, aku harus tanya siapa dia. Dan aku harus bersikap baik kepadanya. Kalau dia adalah malaikat, dan aku ditendang ke neraka kan bisa repot urusannya!'
Saat Tuan Barron berada di depannya, ia berujar. "Ratu Jennifer, sebaiknya Ratu Jennifer pada saat ini bersiap-siap lebih dulu. Para pelayan istana akan membantu Ratu Jennifer untuk bersih-bersih." Berikutnya, para pelayan istana masuk ke dalam ruangan tersebut. Mereka masuk berbondong-bondong. Banyak sekali! Barisannya rapi, dan kesemuanya menunduk!
Evelyn melongo. Dia baru pernah melihat para pelayan sebanyak itu! Dan lagi, mereka semua siap melayaninya!
'Sudah pasti aku berada di surga! Tuhaaan! Terima kasih sudah meletakkanku di surga ini! Setelah kerumitan dunia!'
Di saat itulah, Tuan Barron kembali mengatakan. "Silakan bersih-bersih. Sang Raja telah menunggu."
Raja? Evelyn mengernyitkan alisnya. 'Itu bukan hal penting! Yang penting adalah…'
"Bolehkah aku bertanya kepadamu, Tuan Barron?" tanya Evelyn.
"Tentu saja. Sebuah kehormatan untukku menjawab pertanyaan dari Sang Ratu. Apa yang hendak Ratu tanyakan di sini?"
"Apakah aku… sudah ada di surga? Dan kamu… apakah kamu adalah malaikat?" sahut Evelyn dengan polosnya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Tuan Barron tercengang. Begitu pula para pelayan istana yang meliriknya dengan aneh. Kerutan tanda tanya tergurat di dahi mereka semua.
Berikutnya, Tuan Barron tertawa dengan aneh. Sebuah tawa yang canggung. "Ahahaha. Hahaha. Ratu Jennifer sedang bercanda. Sudahlah. Tidak ada waktu untuk bercanda."
Tuan Barron mendorong tubuh Evelyn untuk bangkit dan mendekat kepada para pelayan istana. Evelyn memberontak. "Aku tidak bercanda!"
Evelyn terus ditarik oleh para pelayan istana untuk masuk ke dalam kamar mandi yang berada di ruangan tersebut. Kepala Evelyn menyembul-nyembul ke belakang. "Aku serius!"
Tuan Barron tertawa dengan aneh. "Ya. Ya! Itu lucu sekali, Ratu Jennifer!"
* * *
Evelyn masuk ke dalam kamar mandi. Lagi-lagi, dia membeliak terpana. Gadis itu melihat sebuah bak mandi yang besar! Dan juga berwarna putih.
Para pelayan istana mengatakan, "Yang Mulia Ratu, izinkanlah kami melepas pakaian Ratu."
Tangan para pelayan itu terulur ke arahnya, sontak Evelyn menjerit. "Aaaa! TIDAK!!!"
Evelyn langsung mendorong mereka semua keluar, dia mengunci pintunya rapat-rapat! Membuka pakaian di depan para pelayan?! Yang benar saja?! Mereka bercanda!???
* * *
Seorang lelaki dengan rambut hitam gelap duduk di tahta. Lelaki tersebut mengenakan pakaian kebangsawanan, berwarna merah dengan jubah yang menjuntai di punggungnya. Awalnya, dia sedang duduk sembari mendengarkan laporan dari Menteri Departemen Keuangan.
Tetapi apa yang terjadi? Sekretaris Kerajaannya, Tuan Barron datang dengan wajah gelisah.
"Paduka Raja! Paduka Raja! Raja Agung Archer Marcelius Alvar izinkan hamba menginterupsi!"
Raja Archer menggerakkan tangannya, memberhentikan laporan dari Rezel, Sang Menteri. "Biarkan aku mendengar laporan dari Barron, Rezel."
"Baik, Paduka Raja."
"Ada perlu apa kamu menghentikan laporan dari Menteri Keuangan? Kamu harus membawakan berita yang darurat untuk melakukannya."
"Paduka Raja, ini gawat!"
"Apa yang terjadi? Katakan saja."
"Ratu tidak mau mandi dengan para pelayan."
"Hah? Apa maksudmu? Biarkan aku ke sana sekarang!" Raja Archer bangkit dari tahta. Sebelumnya, dia mengatakan kepada Rezel untuk melanjutkan laporanya nanti.
Dia harus bertemu dengan Sang Ratu, yang entah kenapa menjadi aneh sekali hari di hari kedua pernikahan mereka!
* * *