Chereads / Siapa yang Bucin? / Chapter 8 - 8 : Terungkap

Chapter 8 - 8 : Terungkap

Tutttt. Tutttt. Tutttt.

Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silakan coba beberapa saat lagi.

"Arrghh kamu kemana sih?" Sudah tiga hari berlalu Tian kehilangan kabar dari Ria. Terakhir kali ia berkunjung ke rumah kakeknya dan berujung diare, ia tahu bahwa satai tersebut dikirim oleh Ria.

"Ayo Christ, sebentar lagi kita mulai shooting," ujar salah satu staf yang masih melihat Tian berada di luar ruangan.

"Oh, iyaa."

GMC melakukan taping untuk acara variety show milik mereka sendiri. Acaranya berupa games dan terdapat kompetisi di dalamnya. Mereka sudah menjalani 141 episode yang tiap episode tayang seminggu sekali.

Acara mereka dinamakan playing with GMC dengan penonton di platform youtube bisa mencapai 5-10 juta dalam sekali penayangan.

Sepanjang taping mereka semua menjalani dengan suka cita dan canda tawa yang memenuhi ruangan. GMC memang dikenal dengan kerecehannya. Setiap shooting yang dilakukan mereka pasti selalu ada canda tawa.

"Yan fokus shooting dulu yuk. Nanti lagi mikirin permasalahan lainnya setelah selesai ini," ujar Januar pada Tian yang seperti kehilangan fokus. Bukan seperti Tian yang biasanya.

"Ah iyaa Jan, maaf." Tian mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Izin ke toilet dulu ya," pamit Tian pada siapa saja yang mendengarnya.

Para member yang melihat Tian seperti kehilangan arah mulai bertanya-tanya. Ada masalah apa yang tengah dihadapi Christian saat ini?

Begitu Tian tiba di kamar mandi dan berdiri di depan cermin, segera ia membasuh wajahnya untuk menjernihkan sedikit pikirannya.

"Tenang Tian, Ria akan baik-baik saja. Dia sudah bersama keluarganya kan? Atau dia bahkan sudah pergi bekerja? Kamu juga harus fokus bekerja!" ucap Tian pada pantulan dirinya di cermin.

Tian sangat mengkhawatirkan Ria karena terakhir kali mereka berpisah tidak dalam keadaan yang baik. Apakah Ria sudah membaik? Apakah Ria sehat? Apakah Ria sudah kembali menjalani rutinitasnya? Dan lainnya yang berkeliaran di pikirannya saat ini.

Beberapa menit berlalu dengan keterdiaman Tian. Ia sedang meresapi perasaannya. Tian sedang mencoba mengalihkan sedikit kekhawatirannya tentang Ria dan mengembalikan fokusnya.

"Perasaanmu valid kok Yan, gue tahu ini berat. Di saat kita lagi penuh kegundahan tapi harus tetap tersenyum dan tertawa di hadapan kamera demi penggemar kita. Nanti setelah shooting selesai you can take your time," ujar Septa yang memang sengaja menyusul Tian ke kamar mandi.

Tian terkejut mendengar suara Septa yang berada di sampingnya dan tengah merangkulnya. Tian terlalu larut dalam pikirannya sendiri hingga tak menyadari bahwa Septa sudah bergabung dengannya dan mendengar perkataannya.

Tian mengubah posisi menjadi memeluk Septa. Ini yang sebenarnya ia butuhkan. Pelukan yang menenangkan walaupun tak dapat menyelesaikan masalah. Setidaknya perasaannya sedikit tenang.

Septa menepuk punggung Tian untuk menguatkan. Statusnya sebagai anggota tertua dan berusaha menjadi sosok abang yang mengayomi keenam member  lain yang sudah Septa anggap sebagai adik kandungnya sendiri.

"Udah yuk, balik shooting lagi." Septa mengurai pelukan mereka dan menggandeng Tian untuk kembali ke lokasi.

Tian kembali fokus dan menyingkirkan sejenak Ria dari pikirannya. Ia harus profesional dan harus bahagia untuk beberapa jam ke depan di depan kamera.

"Hallo, nanti ke Intrafood dulu ya pak," ujar Tian pada supirnya- Pak Yos melalui sambungan telepon begitu sutradara mengatakan "cut", yang berarti shooting hari ini sudah selesai.

"Christ jangan pulang dulu. Ada yang mau diomongin sama Delfi," ujar Januar begitu melihat Tian yang sudah akan beranjak meninggalkan ruangan.

"Duh ada apaan lagi sih?" Agendanya untuk mencari Ria digagalkan terus sedari tadi. 

Tian memasuki ruangan yang sudah berisi anggota GMC yang lain dan disusul oleh Januar di belakangnya. Di hadapan mereka sudah ada sosok wanita cukup gemuk dengan kacamata bulat yang hampir menutupi sebagian pipinya yang  chubby. Delfi Siregar, manajer GMC semenjak GMC debut hingga sekarang. Delfi adalah sosok segalanya bagi kesuksesan GMC saat ini.

Tak biasanya seorang Delfi mengumpulkan mereka semua di ruangan yang sama kecuali memang ada yang sangat urgent menurutnya. Delfi cenderung menyelesaikan semuanya secara mandiri tanpa melibatkan anggota GMC yang sudah sangat padat jadwalnya.

"Kenapa kak?" tanya Tian begitu sudah duduk di hadapannya. Delfi lebih tua tiga tahun dari Septa, GMC sepakat memanggil Delfi dengan sebutan kakak.

Delfi terdiam sejenak. Memandangi semua anggota yang sedang harap-harap cemas menanti ucapan yang akan dikeluarkan Delfi. Menghela napas, "saatnya pengakuan dosa. Silakan siapa saja yang mulai duluan."

Dosa dalam kamus GMC adalah tindakan yang cukup membuat heboh dan membuat Delfi bahkan hingga agensi pusing untuk  mengatasinya. Maklum, jiwa muda yang masih ingin mencoba banyak hal. Lagi pula, GMC ibaratnya aset mereka untuk menghasilkan pundi-pundi uang, jadi agensi sabar sekali menghadapi kelakuan GMC yang walaupun tidak banyak tingkah, tapi ada lah satu dua yang kelepasan.

"Kenapa diam? Gak ada yang punya dosa nih? Terus ngapain gue kumpulin di sini kalau gak ada dosa?!" tanya Delfi dengan oktaf yang mulai naik. Delfi modelan begini seram juga kalau sudah marah, apalagi kalau anaknya berbuat dosa.

"Gue ke Senoparty dua hari yang lalu dan sampai gak sadar." Samuel membuka suara setelah terjadi keterdiaman yang cukup lama.

Semuanya menengok ke arah Samuel duduk dan cukup terkejut dengan pengakuannya. Samuel bukan tipikal orang yang mudah sekali teler alias mabuk berat, bagaimana bisa ia sampai tak sadarkan diri?

"Main sama siapa lu? Kenapa bisa sampai mabok dan gak sadar?!" tanya Delfi semakin sinis. Tapi Samuel tampak santai saja menghadapinya, memang ia anggota paling bermuka tebal di antara yang lain.

"Sama siapa si itu, aduh lupa gue namanya." Samuel benar-benar tak ingat dengan siapa saja ia pergi.

"Selanjutnya." Delfi memilih mengabaikan Samuel yang sedang berusaha mengingat.

"Aku sama Elang pergi ke opening club daerah Kemang. Terus dosanya di mana Lang?" Jimmy buka suara dan bertanya dengan polos. Elang yang ditanya seperti itu juga tidak tahu dan menggelengkan kepala saja.

"Udah?" Dijawab anggukan oleh para member.

"Gitu aja?" Masih tetap diberikan anggukan.

"Yang tiga hari lalu pergi naik transportasi umum tanpa ngabarin gue siapa?"

Semua yang ada di ruangan saling lihat satu sama lain. Siapa gerangan yang pergi tanpa mengabari Delfi? Memang antara GMC dengan Delfi memiliki aturan sendiri, yaitu harus seminimal mungkin memberi kabar padanya jika akan pergi ke tempat umum. Alasannya adalah jika terjadi hal yang di luar kendali mereka, Delfi bisa langsung mengatasinya karena mengetahui kondisi anggota GMC.

"Aku kak." Tian bersuara. Mau dikatakan apa lagi, memang ia sudah tertangkap basah oleh Delfi.

"Tau gak penggemar lo udah menyebarkan video ketemu lo sama gadis berpakaian kuning?"

"Hah? Gimana gimana?" Para member terkejut mendengar berita tersebut. Bisa-bisanya Tian tidak memberitahu hal secrusial itu pada mereka.

"Aku enggak tahu karena belum sempat buka sosial media," balas Tian dengan masih menatap Delfi.

"Jadi, siapa dia Yan? Lo gak mau kasih tahu kita?" Jimmy buka suara ketika Delfi sudah tak berbicara lagi.

"Someone."

"Are you in a relationship right now?" Januar bertanya untuk memastikan.

"Engga"

"Terus siapa? Jangan gantung gitu dong Yan. Tinggal bilang aja." Jimmy geregetan dengan Christian yang bertele-tele.

"Seseorang yang gue cintai, sayangi dan kasihi." Tian sangat yakin mengutarakan perasaannya.

"Sejak kapan? Kan kita selalu bersama dan padat sekali jadwalnya" tanya Elang yang merasa mereka bertujuh tak terpisahkan semenjak debut.

"Sekitar empat tahun yang lalu atau lebih. Gue lupa tepatnya." Tian mengangkat kedua bahunya.

Delfi menghela napas, "setidaknya kalian kabarin boys, biar agensi bisa meredam pemberitaan jika kalian tertangkap kamera melakukan kencan. Kalau begini, gue mewakili agensi juga bingung. Kaget. Kok tiba-tiba udah beredar fotonya Christian kencan di public place malah."

"Iya kak. Maaf, Tian salah. Lain waktu Tian akan ngabarin kakak kalau mau pergi ke tempat umum bareng dia," ujar Tian sambil tersenyum dengan sangat manis, dan membuat amarah Delfi seketika surut. Kekuatan senyum Tian memang.

"Btw Yan, kok kalian baru keciduk sekarang deh? Kan udah jalam empat tahun" tanya Julio, hebat sekali mereka menjalaninya selama ini tanpa diketahui oleh para member dan publik.

"Biasanya gue yang nyamperin dan stay di apartemen dia. Kita sering holiday ke tempat yang sedikit orang tahu. Hampir semua kegiatan kita di apartemen sih," jelas Tian pada mereka semua yang penasaran. Benar juga, baru pertama kalinya mereka pergi ke ruang terbuka di satu provinsi yang sama dengan domisili mereka.

"Boleh lah Yan kenalin ke kita. Kan kita ingin tahu seperti apa sosok yang mampu meluluhkan seorang Christian Hartanto," timpal Elang. Ia cukup penasaran dengan perempuan tersebut.

"Lain waktu yaa. Udah kan ya kak? Aku mau pergi." Tian berdiri dari sofa dan bersiap untuk pergi.

"Mau kemana?"

"Rajawali"

"Lo beli apartemen baru di Rajawali ya?" tanya Jimmy, padahal ia sudah sempat bertanya kala itu.

Tian menggeleng, "apartemen dia. Gue sering stay di sana. Lebih dekat dari kantor."

"Owww udah sampai tinggal bareng kak. Serius banget sih ini," ujar Julio dengan nada jenakanya pada Delfi.

Setelah Tian pamit pada mereka semua, ia segera menghampiri Pak Yos yang sudah menunggu dari tadi di lobby.

"Macet banget jam sekarang kalau ke Intrafood mas," ujar Pak Yos begitu Tian sudah memasuki mobil.

"Deketan ke Rajawali atau Intrafood dari sini pak?" tanya Tian sambil terus berusaha menghubungi Ria.

"Rajawali, di perempatan sana belok kiri lurus dikit sampai," jelas Pak Yos.

"Yaudah ke Rajawali dulu aja. Intrafood nya searah jalan pulang kan ya?"

"Iya mas."

Benar saja, jalanan padat sekali. Rush hour di mana pun sepertinya akan ramai. Biasanya hanya 15 menit dari kantor menuju Rajawali, dan sekarang sudah 30 menit belum sampai juga.

Tian hanya pasrah saja. Dua kali sudah ia kena tegur oleh agensi karena pergi dengan transportasi umum. Aturan di agensinya memang sangat keras. Bukannya apa, GMC boys group dengan segudang prestasi dan sudah menjadi artis dunia.

Tentu mereka tidak bisa sembarangan dalam berperilaku di tempat umum. Nama baik perusahaan dan GMC sudah menjadi beban berat yang dipikul oleh tiap member. Selalu ada yang dikorbankan bukan?

"Parkir di sana aja Pak. Gak usah ke basement karena saya cuman mau tanya," pesan Tian pada Pak Yos begitu mereka tiba di lobby.

"Baik, Mas."

Untung pakaian Tian tidak terlalu mencolok kali ini. Tidak seperti biasanya jika ia shooting, outfit yang dikenakan cukup heboh.

"Permisi Mbak, saya mau tanya. Ria Ananta sudah pulang kah sejak tiga hari yang lalu?" Langsung pada intinya. Tian tak mau berlama-lama di lobi.

"Atas nama siapa ya Mas? Dan ada keperluan apa bertanya?" tanya resepsionis tersebut yang memang sudah sesuai prosedur.

"Christian, ada di daftar pengunjungnya Ria. Keperluannya karena saya lost contact, barangkali Ria sedang sakit di kamarnya atau memang belum pulang."

Resepsionis tersebut mengecek perkataan Tian, apakah memang ia termasuk daftar pengunjung Ria Ananta.

"Oh iya. Mbak Ria tercatat belum masuk ke kamarnya sejak tiga hari yang lalu," jelas resepsionis tersebut.

Memang pihak apartemen merekam waktu penghuni keluar dan masuk melalui kartu akses. Hal itu bertujuan jika memang terhitung 2x24 jam penghuni belum keluar dari kamar, pihak manajemen akan segera menghampiri kamar tersebut. Dikhawatirkan penghuni sakit dan tidak bisa menjangkau pertolongan, atau kemungkinan terburuknya meninggal dunia tanpa diketahui oleh siapa pun.

Kebijakan ini diterapkan setelah banyak sekali kejadian di Rajawali tower satu dan dua yang memang kecolongan. Banyak korban pembunuhan dan bunuh diri di apartemen mereka. Demi keselamatan mereka bersama, pihak manajemen terus membenahi segala kekurangan dari segala aspek, dan tercipta lah kebijakan yang bagi sebagian orang sangat rumit.

"Aahh seperti itu. Terima kasih banyak Mbak infonya." Sedikit menundukkan kepala karena ia pakai masker dan tak bisa tersenyum, kemudian meninggalkan resepsionis.

"Kamu kemana Ri?" tanya Tian dengan bergumam.

Selama di perjalanan ia telah menghubungi salah seorang temannya di Intrafood dan bertanya keberadaan Ria. Jawaban yang sama, Ria belum menampakkan dirinya di kantor.

#############################