Waktu makan siang datang, kami segera pulang ke rumah untuk makan siang bersama keluarga dan yang lainnya di rumah. Aku tidak mau kalau sampai Umar pulang dan belum tidak melihat mobil Habib di sana, dia pasti akan curiga dan bertanya yang macam-macam padaku.
Segeralah kami turun ke lantai satu, tepat saat di halaman depan caffe, Habib mendadak terdiam. Di sebelah kiri caffe, tepatnya di teras dengan lantai berwarna hitam dengan dinding bernuansa putih itu, ada sebuah kenangan yang membuat Habib berhenti berjalan.
Aku yang sudah berjalan duluan jadi ikut berhenti dan kembali ke dekat Habib karena langkah mereka yang terhenti. Habib seperti deja vu dengan tembok putih itu, dia berusaha mengingat sesuatu yang masih tidak di ketahui apa yang ingin dia ingat itu.
"Kenapa?" tanyaku pada Farida yang selalu berjalan paling belakang. Alina kelihatan sudah tertidur pulas di gendongannya sambil bersandar di dada sang bunda.
