Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Reinkarnation Of Love In from Hansai

🇮🇩Ilanox_23
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.1k
Views
Synopsis
Sinopsis Albaret Victori deon yang hidup di tahun 1520 dari keluarga kerajaan yang terkenal dengan kehebatan dan ketaguhan yang dimiliki oleh kerajaan tersebut. Kini telah memasuki tahun 2020, ia masih tetap ada di muka bumi ini sebagai bodygard. Dengan wajah yang tampan dan cool, sifatnya yang begitu cuek dan dingin akhirnya terkalahkan dengan seorang gadis yang pernah ia temui selama 500 tahun yang lalu. Dila laurent merupakan salah satu putri dari kerajaan seberang, yang mana merupakan musuh bubuyutan dari kerajaan Hansai yang merupakan kerjaan dari Albaret. Namun, sayangnya perempuan ini bukan perempuan yang bernama Dila laurent. Hanya saja wajahnya dan namanya yang menyerupai perempuan tersebut. Dila laurent di besarkan dengan penuh kemewahan sifatnya juga yang begitu angkuh dan tak ingin mengalah menjadikan ia sosok wanita yang mempunyai kepribadian yang sangat keras. Albaret terjebak di dunia ini lantaran ia belum berhasil mencari cara untuk kembali, andai saja jika waktu itu terulang kembali maka, ia tak akan memilih untuk masuk ke dalam pintu yang mampu membawanya sampai ke bumi. Selain itu, Albaret juga sangat pandai dalam segala hal. Di penghujung cerita apakah ia bisa kembali? Apakah ia bisa merasakan jatuh cinta pertama kalinya?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Rainkernasi

Bab 1

Tahun 1520

"Dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat! Semua yang terjadi tidak bisa dibiarkan begitu saja!"

Tiba-tiba, terdengar suara derap kaki kuda dan juga suara orang-orang yang berteriak. Sepertinya mereka sedang mencari seseorang.

'Bagaimana ini? Jika tidak berlindung maka aku tidak akan bisa hidup.'

"Kita harus menelusuri beberapa tempat di sini! Jika dia masih hidup, itu berarti dia tidak akan pergi jauh dari tempat ini."

"Tapi, bagaimana jika dia sudah mati?"

"Jika dia mati, temukan jasadnya. Bawa dia dalam kondisi apa pun ke kerajaan!"

'Sebenarnya apa yang mereka inginkan?'

Albaret langsung meninggalkan Goa di mana saat ini ia sedang bersembunyi.

Tahun 2020

"Biarkan aku pergi, aku tak ingin hidup di sini!Aku bosan mendengarkan pertengkaran kalian setiap hari!"

"Papa tidak mau kau pergi! Apa kau tidak tau jika di luar sana dunia itu kejam?"

"Dilla rasa di rumah ini jauh lebih kejam dari pada di luar sana, Pa."

"Papa janji tidak akan bertengkar lagi."

Namun, perkataan dan bujukan sang ayah tidak mampu meluruhkan hati Dila. Ia sudah muak dan bosan tinggal bersama kedua orang tuanya yang setiap hari hanya bertengkar dan bertengkar terus. Ia ingin hidup dengan damai dan tentram tanpa harus menutup kuping setiap kali kedua orang tuanya bertengkar.

Dengan bekal uang tabungan dan beberapa aset miliknya, Dila pun memutuskan untuk pergi malam itu juga.

Gadis itu pun segera naik ke atas menuju kamarnya. Ia langsung mengambil koper dan membereskan lemari pakaiannya. Ia sudah tidak ingin lagi berada di rumah yang semakin hari terasa bagaikan di neraka.

"Non mau ke mana? Jangan ikuti emosi. Kalau Non pergi mau tinggal di mana?"

Dilla menatap asisten rumah tangganya dan tersenyum tipis.

"Nggak apa-apa, Bik. Selama ini mama dan papa selalu memberikan uang saku yang banyak. Aku tidak pernah memakai semuanya, sebagian aku tabung. Itu pasti cukup untuk aku kos atau mengontrak apartemen. Yang penting aku tidak perlu mendengar lagi pertengkaran papa dan mama," jawabnya.

"Kalau si Non pergi, bibik sama siapa?"

"Loh, kan di rumah ini ada banyak orang juga. Bibik nggak akan kesepian, kok. Aku benar-benar sudah tidak kuat lagi berada di rumah ini, Bik," jawab Dilla.

Asisten rumah tangga kesayangan Dilla hanya diam sambil menahan sesak di dadanya. Ia merasa sangat sayang kepada majikannya itu. Kedua orang tua Dila memang kaya raya dan memberikan Dila segala kemewahan. Tapi, tidak dengan kedamaian.

"Bantu aku, Bik. Malam ini juga aku akan pergi dari rumah ini. Mungkin malam ini aku akan menginap di hotel. Besok baru aku mencari tempat tinggal," kata Dilla sambil memasukkan pakaian ke dalam kopernya.

Di ruangan tengah, terdengar suara yang sangat berisik. Siapa lagi jika bukan kedua orang tuanya yang sedang bertengkar. Sementara Dila menatap mereka berdua dari atas sambil menurunin tangga dengan membawa barang-barangnya.

Ia tampak tak peduli lagi dengan kedua orang tuanya. Ia berharap kesadaran orang tuanya akan semakin baik dengan kepergian dirinya. Saat melihat Dilla yang hendak pergi barulah kedua orang tua Dilla menghentikan pertengkaran mereka

"Kamu mau ke mana malam begini? Maafkan papa, Nak ... papa janji tidak akan bertengkar lagi dengan mamamu."

"Iya, Sayang. Mama juga janji tidak akan bertengkar lagi dengan papamu, asalkan papamu berjanji akan mendengarkan perkataan mama."

"Enak saja! Mama yang-"

"STOP! Dilla pusing mendengar pertengkaran Papa dan Mama. Ma, Papa itu adalah kepala rumah tangga, sebaiknya Mama dan Papa saling intropeksi diri. Dilla pergi, semoga saja kalian bisa lebih tenang tanpa kehadiran Dilla di rumah ini," kata Dila.

Gadis itu pun segera menarik koper miliknya dan segera berlalu dari hadapan kedua orang tuanya. Gadis itu sudah bertekad bulat untuk pergi dari rumah itu.

'Kenapa papa dan mama harus selalu bertengkar, apa aku tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan?' gumam Dilla dalam hati.

. Bukannya menahan kepergian sang anak, kedua orang tua Dilla pun malah kembali bertengkar dan saling menyalahkan satu sama lain. Melihat hal itu asisten rumah tangga Dilla berlalri mengejar anak majikannya itu.

"Non! Non Dila! Jangan pergi," teriak pembantunya itu.

Seketika Papa dan Mamanya langsung menoleh ke arah Dila.

"Eh … Eh … Sayang, jangan pergi," bujuk sang Mama.

"Nggak, Ma! Dilla bosan dan muak mendengar semua pertengkaran yang tidak ada habisnya di rumah ini! Dilla hanya butuh ketenangan dan kedamaaian. Apa salah jika Dila menginginkan kedua orang tua yang damai? Keluarga yang selalu harmonis dan mesra? Itu semua tidak Dila dapatkan di rumah ini. Rumah ini bukanlah rumah, tapi neraka!" ucap Dila.

Kali ini Dila benar benar sudah tak bisa menahannya lagi. Semua amarah yang tersimpan dalam hatinya meluap keluar dan hal itu membuatnya merasa lega.

Sementara itu, taksi yang ia pesan sudah datang dan supirnya membunyikan klakson berulang kali sehingga Dilla pun segera keluar tanpa peduli lagi dengan suara mamanya yang memanggil untuk kembali. Dila bertekad untuk tidak menginjakkan kakinya di rumah itu lagi jika kedua orang tuanya masih mementingkan ego masing-masing.

Bukan hanya Dila yang sangat risih mendengar perdebatan yang tiap menit itu terjadi, beberapa pembantu, supir, satpam dan pekerja taman halaman rumah juga sangat bosan. Rasanya kalau bukan karena pekerjaan dan gaji, mereka sudah lama ingin angkat kaki dari rumah itu.

Satu minggu berlalu, kini Dila hidup dengan kemandirianya. Semuanya ia urusi, mulai dari memasak, ke sana kemari sendiri. Ia selalu keluar dengan meyamarkan wajahnya karena tidak mau orang suruhan kedua orang tuanya menemukan dan memaksa untuk pulang. Dilla sudah lelah.

Karena wajah dan penampilannya yang menunjang, Dilla mendapatkan tawaran untuk menjadi seorang foto model dan bintang iklan juga model catwalk untuk beberapa designer terkenal.

Di ruangan tertutup ber-AC, terlihat beberapa orang yang sibuk dengan pentas model yang akan di tampilkan oleh bintang bintang model ternama. Di antaranya yaitu Kayla styla, Vela calista, Neysa feni, Dila laurent dan masih ada beberapa bintang model ternama yang akan tampil pada acara malam ini.

Di saat nama Dila laurent masih berjaya saat ini, banyak sekali beberapa oknum yang ingin menjatuhkan dari kejayaanya yang saat ini ia miliki.

"Bagaimana bisa kamu masih sempat makan di saat seperti ini?" tanya Vela kepada Dila.

Vela calista, adalah bintang model ternama setelah Dila laurent. Sebenarnya dia adalah sahabat Dila. Mereka berteman sejak pertama kali duduk di bangku SMA. Bahkan di saat kuliah walau beda jurusan tetapi kemana- mana berdua.Kedekatan mereka sudah seperti saudara kandung.

"Kenapa? Aku hanya lapar, bukannya kalau lapar itu makan?" ujar Dila.

Senyum marah terlukis di wajah Vela.

"Makan? Kamu bilang lapar? Emang dari tadi kamu ngapain aja? Sampai-sampai di saat rambut kamu di rias, kamu masih sempat-sempatnya makan!" Vela hanya tak ingin jika Dila makan di saat yang tidak tepat. Ia ingin Dilla bisa membagi waktunya dengan baik.

Kesuksesan yang saat ini mereka dapatkan bukan tanpa perjuangan. Mereka berjuang untuk mendapatkan semua dari nol. Merangkak bersama dan berjuang bersama sehingga mereka bisa berada di posisi sekarang ini.

Melihat sahabatnya itu mengomel, Dilla hanya tersenyum manis.

"Tenang saja, Beb. Aku tau kok bagaimana membagi waktu. Ini sudah selesai juga," jawab Dilla sambil menjawil dagu Vella.