Chereads / Miss Dalton, I LOVE YOU / Chapter 2 - Hana Almira Dalton

Chapter 2 - Hana Almira Dalton

Namaku Hana Almira Dalton, umurku 23 tahun. Aku tinggal disalah satu kota terbesar di Indonesia. Aku seorang yatim piatu (menurutku). Ibuku meninggal dunia saat aku berumur 12 tahun dan ayahku? tentu saja dia salah satu seseorang yang mengecewakanku. Jika kebanyakan orang menganggap ayah adalah cinta pertama anak perempuannya, berbeda denganku. Dulu, memang benar, tapi sekarang sepertinya ungkapan itu betul-betul membuatku muak. Lelaki itu yang disebut ayah, menikah lagi tak lama sebelum 40 hari ibuku meninggal, bahkan aku baru mengetahui faktanya jika ibuku mengalami gangguan depresi berat akibat ulah laki-laki itu yang akhirnya membuat beliau kena serangan jantung dan meninggalkan aku seorang diri. Aku sungguh membencinya. Sungguh.

Hari ini aku berhasil meraih gelar sarjana disalah satu universitas swasta di kota Y********a. Ya, meskipun aku lulus tidak mendapatkan gelar cumlaude atau sejenisnya tetapi setidaknya aku dapat menyelesaikan ini sampai akhirnya aku mendapatkan gelar itu. Sarjana Teknik. yeah, aku menyukai pilihanku. Aku suka berpetualang, aku suka alam, aku juga suka pantai. Bagiku, itu lebih indah dari sekedar menikmati kemesraan bersama pacar. Aku jomblo, ya aku tidak niat berpacaran sebelum aku bisa membuktikan kepada Ayahku, istri dan anak tirinya yang jahara itu kalau aku lebih baik tanpa dan berkat bantuan mereka. Bukan dendam, tapi kalian mungkin jika di posisi ku akan melakukan hal yang sama.

Sudah sudah jangan sedih lagi Nona manis. Hari ini aku libur kerja, aku bekerja di salah satu perusahaan Ekspedisi Jinet Ekspres. Ya, lumayanlah jika untuk lepas uang kuliah, kosan, dan perlengkapan ku sebagai wanita sudah cukup. aku bersyukur Tuhanku begitu baik kepadaku.

"Hana, selamat ya bebeyy, cantik banget kamu" peluk hangat sahabatku Sella, aku tersenyum manis padanya. Dia juga wisudah hari ini. Namun, kami beda jurusan. Dia mengambil jurusan Hukum.

"ayok kita foto-foto!" ajaknya sambil menarik paksa tanganku, aku hanya mengikutinya. Sampai Dimana keluarganya berada. Papa, mama, dan kakak nya yang berpakaian senada dengannya.

"Hana, kemari nak, ayo kita foto bersama." ajak mama Sella, beliau sangat baik padaku. Bukan hanya beliau tapi seluruh keluarga Sella.

"ya elah malah bengong kayak kambing ompong, yang wisudah!" celetuk kak Salwa. Ia dia kakaknya Sella. Meskipun bicaranya nyablak, namun dia sangat menyayangi aku dan menganggapku sebagai adiknya juga.

"sini Beby. kamu samping aku ya!" lagi-lagi Sela mengandeng tanganku secara paksa dan aku hanya menurut.

Mereka mengajaku berfoto dan sengaja menyewa fotografer lapangan di momen wisudah anak mereka. Setelah beberapa fose, adegan bergaya pun usai. Kami sedang duduk di area restaurant dekat kampus. setelah acara wisudah selesai. Para wisudawan dan wisudawati diperbolehkan untuk pulang.

"Beby, nanti malam ada makan malam keluarga. Kamu datang ya" pinta Sella padaku.

"Oke, aku akan datang" jawabku santai.

"oiya, aku punya kabar yang buat kamu kaget pastinya" ucapnya di iringi dengan cekikikan kecil khasnya, aku mengernyitkan kening.

"jangan yang aneh-aneh deh kamu" kutatap mata yang kali ini membuat perasaanku tidak enak. Terkadang jiwa usilnya selalu saja membuatku waspada.

Tiba-tiba ia mendekat ke telingaku. dan

"aku akan dilamar Dio malam ini!" Bisiknya, dan kali ini suara tawanya seperti biasa, renyah dan tak tertahan. Orang tua dan kakaknya hanya menggeleng liat kelakuan si bungsu mereka.

"ya ampunnnn... selamat ya bebuyy. Aku ga nyangka kamu bakal menikah dan dan.." aku memeluknya, sangking kaget plus jadi terharu mendengarnya sampai-sampai ingin menangis. Selama ini akulah saksi, betapa keras dan gigih perjuangan sahabatku ini untuk memperoleh restu dari orang tuanya dan membuat Dio sampai di titik keberhasilan.

"jangan sampai memakai baju yang jelek!" ejek Kak Salwa, seketika membuatku ingin menjahit mulut pedasnya.

"kau akan melihatku lebih cantik dari Sella malam ini. Lihat saja!"

"heheheh, baiklah adikku yang solimi!"

Semua orang tertawa dan bahagia hari ini. Meskipun momen sekali seumur hidupku tanpa ditemani orang tua, tapi aku sudah lebih dari bahagia sekarang. Dan aku berharap kisah hidupku jauh dari orang-orang yang pernah membuatku menderita dulunya.