Anthasya Ayirra Ferbiano namaku, sangat menarik bukan? namaku seperti nama seorang putri bangsawan mengejutkan. Namun, sebenarnya aku terlahir dari keluarga biasa saja bukan juga termasuk seorang putri bangsawan.
Umurku baru akan menginjak genap delapan belas tahun, yahh aku bukan lagi seorang anak remaja melainkan seorang wanita dewasa itu sih menururku. Tanteku bilang aku seorang yatim piatu, buktinya sejak kecil aku hidup dan tinggal bersamanya.
" Anthasyaa.."
" Yaaa... ada apa?" Aku segera berlari menuju sumber suara.
" Tolong antarkan kue ini pada paman Geordi ya, setelah itu kau makan ( sarapan ) dimeja. Lalu berilah makan bebek bebek ternak ".
" Memang tante mau kemana? " Tanyaku asal.
" Ahh, hari ini tante akan ada pertemuan yang sangat penting sekali " jelasnya buru buru.
" Jangan pergi terlalu jauh ya sangat berbahaya apalagi kau kan gadis desa. Lebih baik kau kerjakan perkerjaan rumah " ucapnya sebelum pergi menghilang entah kemana.
Begitulah ia, selalu pergi meninggalkan ku sendiri. Karena di pedesaan ini hanya aku dan Mira yang merupakan anak gadis sisanya sudah lanjut usia.
" Mira, Miraa... "
'Ceklek' ( suara pintu terbuka )
Seorang wanita paruh baya kini berdiri dihadapanku.
" Apakah Mira ada? "
Ia hanya menggelengkan kepala, lalu menyondorkan sebuah surat padaku.
" Dari Mira ?" tanyaku.
lagi lagi ia hanya menganghuk lalu segera masuk kedalam rumah kembali.
" Hai syaa!
Maaf loh, kemarin aku gak sempat bilang sama kamu ya karena aku terlalu sibuk. Ibuku bilang ia akan menyekolahkanku di luar kota, kau tahu ? sekolahku akan dekat sekali dengan istana kerajaan loh ! Kamu baik baik ya disana tiga tahu sekali aku akan pulang dan menemuimu.
See you ! Sahabat tercinta Miraa "
Aku menghela nafas panjang, rasanya hampir sesak saat mengetahui bahwa Mira satu satuny sahabatku pun akhirnya ikut pergi meninggalkanku sendiri.
******
" Apa kau sudah makan? "
Aku menggelengkan kepala.
" Loh kenapa? "
" Enggak, aku cuma belum lapar saja " ucapku beralasan.
" Apa ada masalah? coba kau ceritakan lah " Tante Marsanda langsung duduk dan mengusap usap bagian punggunggu, seketika air mataku mulai jatuh.
" Apa yang terjadi ? ceritakan lah "
" Kau tahu, Mira pergi bersekolah ke luar kota yang dekat dengan istana " jelasku
" Lalu, apa salahnya ? "
" Apa kau juga tak mengerti, aku juga ingin bersekolah, punya banyak teman, bahkan ingin sekali rasanya bertemu dengan yang mulia raja " rengekku.
" Jadi kau tidak pernah menganggapku sebagai temanmu juga? Kau ini sudah pintar tak usah bersekolah, berhentilah memimpikan hal konyol makan lah " ucapnya seraya pergi.
" Kumohonn "