Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

BodyCare

DaoistGxi2JK
1
Completed
--
NOT RATINGS
3.4k
Views
Synopsis
Skincare? Siapa yang tak kenal dengan skincare? Bahkan hampir seluruh wanita di penjuru dunia ini kenal dengan skincare, dan tak pernah lepas dari benda kecil yang bermacam harganya itu. Lantas, bagaimana jika hal ini terjadi pada Theresa yang punya masa lalu buruk hingga akhirnya ia bertemu dengan skincare yang membuat dirinya jauh lebih cantik hari ini. Akan tetapi, ia tak peduli dengan apapun untuk masa depannya karena larut dalam membeli skincare. Lalu, bagaimana kan kelanjutan kisahnya Theresa? Akankah ia bisa berubah untuk menjadi hemat ? Atau malah sebaliknya?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1 AWALAN

Kenalin gue adalah Theresa Claudia. Seorang mahasiswi lulusan universitas terkenal di kota tempat gue tinggal. Lantas, bagaimana daily life seorang Theresa yang di pikir anak manja, karena merupakan anak bontot di keluarga ini. So, orang berfikiran kalo gue bukanlah anak yang gigih dan juga supel. Karena apa, karena seluruh menghujat dan menghakimi dalam hal fisik! Dan gue gak tau apa pemikiran mereka akan hal itu, yang pada akhirnya melakukan body shaming terhadap orang lain.

Sekilas tentang nama gue, nyokap dan bokap gue itu, pinter banget buat milihin nama anaknya. Yah, Theresa itu artinya pekerja keras dan bisa mengambil keputusannya sendiri dalam berbagai hal. But, gue gak ngerasain itu sama sekali gak ada di diri gue. Kenapa? Karena gue gak ngerti dengan diri gue sendiri yang terlalu larut dalam hal bodoh dan selalu ingin di bully, seakan hidup gue itu, muter-muter disana aja! Gak ada alur majunya sama sekali, kalo pun memang ada alurnya, itu pasti alur mundur. Dan gue gak ngerti sama sekali cara jelasinnya gimana. Dan banyak yang bilang ke gue, kalau gue itu sebenarnya cantik. Cuman aja, badan gue kelebihan lemak! Sakit sih! Tapi menurut gue pribadi, itu nggak lucu karena itu salah satu bentuk sindiran halus yang ditujukan buat diri gue yang bikin otak gue tuh berkecamuk dan pengen geplak itu orang pake sendal swallow.

Gue pikir itu nggak jadi masalah ya, karena itu menurut mereka, dan gue ngerti kok setiap orang itu berhak untuk melakukan penilaian terhadap orang lain. Lagipula banyak kok orang di luar sana yang berawal dari jelek bisa jadi cantik tapi untuk saat ini gue nggak ngerti gimana cara ngerubahnya, karena gue belum punya apa-apa sedangkan sekarang ini aja gue nganggur selesai kuliah dan nggak tahu mau ngelanjutin apa. Karena memang hidup gue itu nggak ada tujuannya sama sekali. Emang gue itu nggak suka banget buat bekerja keras dan lebih senang nyantai dan nikmatin aja hidup sesuai prosesnya.

Karena waktu gue sekolah, gue sering denger kalimat yang bunyinya itu kegini : HIDUP SANTAI, MASA DEPAN CERAH! Kalimat itu bener-bener menghipnotis, entah gue yang bego atau orang yang menciptakan kata-katanya itu yang bodoh! Entahlah.

Karena kata-katanya itu, yang bikin gue santai sampai saat sekarang ini! Padahal gue rasa, masa depan gue itu gak cerah, yang ada gelap dan suram gitu loh akibat gue yang terlalu nyantai.

Okey, gue mau berbagi sedikit kisah masa lalu yang menurut gue itu adalah hal yang paling menyakitkan dan mampu membuat ingatan gue ingin kembali ke masa itu dan membalaskan mereka satu per satu dengan perubahan yang gue miliki nantinya.

***

Flashback on going.

Bruk!

Gadis itu terjatuh saat ia hendak memasuki ruang kelas yang saat ini tengah ramai. Bahkan ia sendiri yang datang lima menit sebelum bel pun tak tau apa yang tengah terjadi di antara kerumunan siswa itu.

"Hahahaha si gembel ini jatuh ya, makanya jalan itu pake mata dong! Jangan pake dengkul!" teriak salah seorang anak lelaki yang ternyata penyebab dari jatuhnya gadis yang bernama Theresa itu.

"Sakit ya! Makanya, kalo jalan itu, jangan sok ngartis, remahan biskuit kayak lo itu gak pantas tau gak jalan kegitu!" timpal Roy lagi pada Theresa yang terdiam dan hampir saja menangis karena kalimat yang dilontarkan dua lelaki itu.

Sementara itu, Theresa hanya meringis menahan sakit karena di dorong oleh Rafael teman sekelasnya. Saat itu, Theresa duduk di kelas 3 SMA, dimana seharusnya ia menikmati indahnya masa putih abu-abu. Tapi ini tidak sama sekali, yang ada hanya sebuah malapetaka yang menimpanya. Meskipun ia pinter dalam akademik, tapi itu tidak membuat orang menghargainya.

"Gue emang gak cantik, tapi gue berhak buat di hargai!" tukas Theresa yang masih terduduk di lantai, meringis. Rasa insecure dalam dirinya kembali menyeruak dan tak mampu tertahan kan lagi, karena kalimat yang di utarakan pria itu membuat dirinya down kembali.

"Hahahah, bacot lo! Udah jelek banyak gaya lagi! Lo itu gak selevel tau sama cewek yang ada dikelas ini, apalagi sama Sonia tuh, dia lebih perfect dibandingkan lo yang hanya serpihan sampah!" cerca pria itu lagi pada Theresa.

"Lo itu gak---"

"Gak pantas untuk menyakiti wanita, seperti apapun bentuk fisiknya!" sela seseorang yang memotong dengan cepat kalimat yang akan di lontarkan oleh Rafael pada Theresa.

"Ze- Zergan," lirih Roy saat menatap pria itu berada dihadapannya, dengan tatapan dingin juga gayanya yang cool.

"Iya! Kenapa?" ujar Zergan balik bertanya.

"Ngapain lo tol---,"

"Jangan banyak bacot kalo jadi cowok! Kalian hargai perempuan seperti kalian menghargai ibu kalian sendiri! Jangan fisik di jadikan alasan untuk membully seseorang! Kalo dia punya kekurangan, apa lo berdua enggak punya? Emang lo sempurna?" tutur Zergan lagi yang membuat keduanya terdiam dan saling tatap.

Semua orang tau kalo Zergan itu adalah anak dari pemilik sekolah ini, dan dia adalah Real Rich Man, and Perfect sebenarnya! Tapi, sikapnya yang dingin, membuat wanita yang berada di sana tergila-gila, dan menyukai dalam diam. Karena menurut mereka, tak ada yang bisa meluluhkan hati Zergan, mau sehebat apapun triknya. Namun, berbeda halnya ketika dengan Theresa.

"Kalian mau ngomong apa lagi? Silahkan!" timpal Zergan pada Roy juga Rafael.

"Eh, eng-enggak ada kok. Kita kesana dulu ya Zergan, permisi," tukas Rafael yang menarik tangan Roy untuk beranjak dari sana.

"Jangan jadi banci, beraninya sama cewek!" lirih Zergan sebelum keduanya bergegas beranjak dari sana.

Theresa yang masih duduk di lantai meringis, dan menyeka bulir bening yang membasahi pipinya.

Zergan mengulurkannya tangannya pada gadis itu. Sementara itu, tanpa basa-basi lagi Theresa menjawab uluran tangan Zergan padanya.

"Jangan nangis, perempuan seperti lo pantas kok untuk di hargai, dan lo itu cantik!" tukasnya pada Theresa yang hanya tersenyum tipis mendengar kalimat yang di ucapkan pria itu padanya. Namun, Theresa tak percaya seutuhnya, karena baginya semua yang baik padanya pasti suatu saat akan jahat juga.

"Makasih," jawab Theresa. Dan kemudian berjalan cepat bergegas meninggalkan pria itu. Karena ia merasa tak nyaman untuk terus berada di dekatnya.

"Eh, mau kemana?" cegat Zergan cepat dan meraih tangan Theresa cepat sebelum ia melangkah lagi.

"Ma-mau ke kelas, kan bentar lagi bel masuk," jawab Theresa lagi pada Zergan, dan masih menundukkan kepalanya saat berbicara dengannya.

"Gue anterin!" titahnya lagi pada There, yang akan baru akan membuka mulutnya untuk menolak.

"A, Eng--,"

"Udah gak apa-apa, ayok gue anterin ampe depan kelas, karena gue gak mau lo di gangguin lagi!"

Dengan setengah hati, akhirnya Theresa mengikuti permintaan Zergan.

***