Hitler melihat gereja penting secara politik, sebagai suatu pengaruh konservatif terhadap masyarakat. Ia merasa jika gereja dihancurkan, umat beragama akan beralih ke mistisisme, yang ia anggap sebagai kemunduran politik dan budaya. Meski ia tidak pernah meninggalkan Gereja Katolik secara resmi, ia tidak punya kedekatan sejati dengan gereja. Setelah meninggalkan kampung halaman, ia tidak pernah lagi menghadiri misa atau menerima sakramen. Ia lebih menyukai aspek Protestantisme yang pas dengan pandangan-pandangannya dan mengadopsi sebagian elemen organisasi hierarkis, liturgi, dan fraseologi Gereja Katolik dalam politiknya.